Renungan

Sabtu, 07 Agustus 2010

Ghayatul Wushul (terjemahan & penjelasannya), Lanjutan Khutbah, hal. 2-3

( بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِْ ) أى اؤلف أو ابتدئ تأليفى والباء للمصاحبة ليكون ابتداء التأليف مصاحبا لاسم الله تعالى المتبرك بذكره وقيل للإستعانة نحو كتبت بالقلم والإسم من السمو وهو العلو وقيل من الوسم وهو العلامة والله علم للذات الواجب الوجود المستحق لجميع الصفات الجميلة والرحمن الرحيم صفتان بنيتا للمبالغة من رحم والرحمن ابلغ من الرحيم لأن زيادة البناء تدل على زيادة المعنى كما فى قطع وقطّع
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), yaitu saya susun atau saya mulai karanganku.(1) Huruf “ba” maknanya mushahabah (bersamaan), supaya permulaan mengarang bersamaan dengan nama Allah yang diberkati dengan menyebutnya.(2) Dikatakan, “ba” maknanya isti’anah (isim yang dimasuki “ba” menjadi alat), seperti : Saya menulis dengan pena. Perkataan “ism” berasal dari “samw” yaitu tinggi. Dikatakan, berasal dari “wasm” yaitu tanda. Perkataan “Allah” dinamakan kepada zat yang wajib wujud yang mempunyai semua sifat-sifat baik. Perkataan al-Rahman al-Rahiim adalah dua sifat yang bentuknya berfaedah mubalaghah (mempunyai makna kuat atau lebih), yaitu berasal dari “rahm”. Sedangkan al-Rahman lebih mubalaghah dari al-Rahiim, karena lebih bentuknya menunjukkan lebih maknanya,(3) sebagaimana pada perkataan “qatha’a” (memotong) dan “qaththa’a” (sungguh-sungguh memotong)
Penjelasan
(1). Pengarang memulai menyusun kitab ini dengan membaca basmallah dengan mengharap keberkatannya
(2). Makna “ba” pada basmallah bermakna mushahabah. Disamping itu ada juga yang mengatakan bermakan isti’anah. Pengertian Mushahabah adalah kata kerja sebelum huruf “ba” datang bersamaan dengan ism sesudah “ba”. Contohnya firman Allah Q.S. Hud : 48
قيل يا نوح اهبط بسلام
Artinya : Difirmankan : “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera“(Q.S. Hud : 48)

Di sini, berarti memulai mengarang datang bersamaan dengan menyebut nama Allah. Pengertian isti’anah adalah isim yang dimasuki “ba” menjadi alat, seperti : Saya menulis dengan pena. Di sini, berarti menyebut nama Allah menjadi alat (karena menjadikannya sebagai keberkatan) memulai mengarang kitab.
(3). Perkataan “al-Rahman” mempunyai makna yang lebih dibandingkan “al-Rahim”, karena “al-Rahman” mempunyai huruf melebihi dari “al-Rahim” . Hal ini berdasarkan qaidah :
أن زيادة البناء تدل على زيادة المعنى
Artinya : lebih bentuknya menunjukkan lebih maknanya.
Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan bahwa al-Rahman bermakna nikmat dunia dan akhirat. Sedangkan al-Rahim nikmat akhirat saja.(Zainuddin al-Malibary, Fath al-Mu’in, dicetak pada hamisy I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang, Juz. I, Hal. 10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar