Renungan

Sabtu, 26 Maret 2011

Tafsir Qur’an Surat ar-Ra’d : 11 tentang nasib

Banyak para da’i dalam dakwah mereka kepada umat untuk mau bekerja keras meraih kesuksesan hidup dengan mengutip ayat 11 Surat ar-Ra’d, sebagai dasar dakwah mereka, yaitu :
إنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Dengan mengartikan مَا pada perkataan مَا بِقَوْمٍ dan مَا pada perkataan مَا بِأَنْفُسِهِمْ dengan makna nasib, sehingga makna lengkap ayat di atas adalah :

"Sesungguhnya Allah tidak merobah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merobah nasib mereka sendiri ".

مَا dalam ayat di atas secara bahasa adalah isim mausul yang berarti sesuatu, apa
saja. Secara mufradat tidak ada bermakna nasib. Apalagi kalau kita terjemahkan seperti di atas, sungguh bertentangan dengan kenyataannya. Ada terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya orang tidak berusaha untuk kaya tetapi tiba-tiba dia menjadi kaya, tanpa diduga-duga, dia mendapat warisan berlimpah dan sebaliknya, ada orang yang berusaha siang dan malam dengan kerja keras tetapi Allah tidak menghendakinya kaya. dan lagi pula itu bertentangan dengan rukun iman yang ke-enam, percaya kepada qadha dan qadar datang dari Allah.
Lalu apa makna مَا pada ayat di atas ?
Ayat al-Qur’an adakalanya menafsirkan ayat lainnya yang kurang jelas, demikian dijelaskan dalam Ulumul Qur’an. Oleh karena itu, mari kita perhatikan ayat yang lain yang mirip dengan ayat ini, yaitu dalam Surat al-Anfal : 53
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Yang demikian itu (siksaan Allah) adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (dengan berbuat maksiat) dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. al-Anfal : 53)

Apabila kita sesuaikan dengan maksud ayat 53 Surat al-Anfal di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa makna مَا pada perkataan مَا بِقَوْم adalah bermakna nikmat, bukan nasib. Ini akan lebih jelas lagi apabila kita perhatikan ayat 11 Surat ar-Ra’d di atas secara lengkap, yaitu :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah nikmat sesuatu kaum sehingga mereka merobah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dengan demikian, maksud ayat ayat 11 Surat ar-Ra’d dan ayat 53 Surat al-Anfal adalah pada adatnya, Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tidak merubah ketaatan dan bersyukur kepada Allah kepada perbuatan maksiat. Penafsiran seperti ini telah disebut oleh pengarang Tafsir Jalalain,1 Tafsir Shawy,2 Tafsir Baidhawy 3 dan lain-lain dari kalangan ahli tafsir yang muktabar.

DAFTAR PUSTAKA
1.Al-Jalalain, Tafsir al-Jalalain, dicetak dalam Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. II, Hal. 267
2.Ahmad al-Shawy, Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. II, Hal. 267
3. Al-Baidhawy, Tafsir al-Baidhawy, Muassasah Sya’ban, Beirut, Juz. III, Hal. 148

19 komentar:

  1. assakamu'alaikum ustad
    Kalau tdk salah ada ayat yg artinya:allahlah yg menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu itu (ash shaffat 96)
    Bagaimanakah tafsirnya,tlng penjelasannya.wassalam

    BalasHapus
  2. penjelasan :
    1. manusia dan perbuatannya, baik perbuatan yang bersifat tanpa usaha, seperti jatuh dari pohon kayu ataupun perbuatan bersifat usaha adalah ciptaan Allah.

    2. perbuatan bersifat usaha di sandarkan kepada`manusia seperti begitu kita melihat si Umar berjalan, kita mengatakan : "umar sedang berjalan", hal ini karena ada keinginan dari dari si umar utk berjalan. jadi i'tibar pencipta perbuatan itu, maka perbuatan itu adalah ciptaan Allah dan i'tibar perbuatan tersebut terjadi beriringan dengan keinginan si Umar, maka dikatakan usaha si Umar atau berjalan itu di sandarkan kepada si Umar.

    wassalam

    BalasHapus
  3. assalamu'alaikum...Tgk
    Bagaimanakah pemahaman MARJA' DHAMIR pada surat al ikhlas (Huuwa).qulhuwallah huakhat.wassalama

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah kami jawab pada :
      http://kitab-kuneng.blogspot.com/2013/09/kembali-dhamir-huwa-pada-qul-huwallahu.html

      wassalam

      Hapus
  4. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah nikmat sesuatu kaum sehingga mereka merobah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia....
    Allah senantiasa menjaga dan memberi peringatan pada setiap langkah kita (melalui para malaikatnya). Malaikat didepan : Setiap kita akan memulai sesuatu niscaya akan selalu ada pergolakan bathin (walaupun sedikit) yg mempertimbangkan baik atau buruk yg akan kita lakukan, jika yg kita lakukan tersebut buruk, niscaya fitrah kita sebagai manusia akan ada rasa was-was dalam melakukannya. Malaikat di kiri dan kanan merupakan peringatan bagi kita, jika kita tetap nekat melakukan keburukan (timbul was-was) atau istiqamah melakukan kebaikan (adanya rasa tenang, damai dan lega), niscaya akan ada malaikat di kiri dan kanan yg akan mengamati setiap perbuatan kita. Malaikat di belakang kita : setelah kita berbuat pun Allah masih memberi peringatan melalui malaikatNYA, yaitu rasa tenang dan damai jika kita melakukan kebaikan, dan rasa gelisah dan bersalah jika kita melakukan keburukan. Sampai tahap ini pun, jika kita melakukan keburukan, masih ada kesempatan untuk bertaubat (tak ada sebaik-baik pelindung kecuali Allah). Namun jika kita masih keras kepala tentang keburukan yg kita lakukan, maka tak ada satu pun yg mampu jd penghalang terhadap keburukan yg akan menimpa kita.. Dia yg mengilhamkan potensi keburukan dan potensi ketaqwaan (melalui malaikat yg senantiasa mengiringi kita di depan, kiri kanan dan belakang kita). Wallahu 'alam...

    BalasHapus
  5. saya suka dengan pentafsiran ini, smoga para sedulur dapat hidayah lurus... hati2 dngn motivator2 yg mengkambing hitamkan ayat ini

    BalasHapus
  6. Apa pengamalannya dari q.s. ar-ra'd ayat 11

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersyukur, maka akan bertambah nikmat, tapi kalo tidak bersyukur maka tidak akan merasa nikmat, malah yg terjadi adalah galau dihati.

      Hapus
  7. Dari q.s ar'rad ayat 11 pengamalannya gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bersyukur dengan senantiasa mengingat Allah pagi dan sore maka Allah akan menambah kenikmatannya kepada Anda Insya Allah

      Hapus
  8. Dari q.s ar'rad ayat 11 pengamalannya gimana?

    BalasHapus
  9. Bagaimana dengan kata Kaum? (qs Ar-rad 11). Apakah sama manusia (seorang) dengan Kaum. Mohon penjelasan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut hemat kami, kaum terbenar kepada manusia

      Hapus
  10. Assalamualikum ustadz, adakah di al quran ayat yg menyuruh kita untuk menjauhi sifat malas? Jika ada surah apa dan ayat brp, beserta tafsir nya ustadz. Terimakasih sbelumnya. Wassalamualikum

    BalasHapus
  11. Assalamualaikum
    Ustdz maaf sebelumnya, saya membuat komunitas anak" muda dengan nama AR-RAD:11 karna Berdasarkan renungan saya pribadi dgn ayat tersebut "bahwa Allah tidak akan merubah keadaan suatu umat klo umat tersebut tidak mau merubahnya sendiri" dgn pemikiran ini saya berharap temen" yg ikut serta komunitas ini memiliki semangat Perubahan untk terus menjadi lebih baik. Mohon nasehat nya Ustdz, syukron Jazakumullah
    Wassalamualaikum

    BalasHapus
  12. Assalamualaikum
    Ustdz maaf sebelumnya, saya membuat komunitas anak" muda dengan nama AR-RAD:11 karna Berdasarkan renungan saya pribadi dgn ayat tersebut "bahwa Allah tidak akan merubah keadaan suatu umat klo umat tersebut tidak mau merubahnya sendiri" dgn pemikiran ini saya berharap temen" yg ikut serta komunitas ini memiliki semangat Perubahan untk terus menjadi lebih baik. Mohon nasehat nya Ustdz, syukron Jazakumullah
    Wassalamualaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
      Mohon izin menjawab..

      Memang QS Ar Ra'du ayat 11 apabila dipotong sebagian ayatnya sesuai dgn motivasi utk lebih baik.
      Tetapi itu salah karena tafsirnya tidak seperti itu menurut Para Ulama Tafsir yg mu'tabar. Bisa dilihat dari konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.

      Menurut saya walaupun berat kita bisa dgn rendah hati mengakui kekeliruan. Karena kemeliruan ini memang sudah meluas dan populer.

      Mungkin bisa dicari Ayat yg lain misalnya QS At Taubah 105 atau hadits tentang hijrah maknawi.

      Hapus
    2. Mohon penjelasan Tgk Alizar Usman..

      Hapus
  13. assalamuallaikum ustad mohon maaf mengganggu waktu nya , saya baca blog ustad dan saya ingin bertanya. saya punya banyak pertanyaan ustad sebelum nya saya akan bercerita terlebih dahulu supaya tidak rancu . saya ibu 2 anak say sudah bercerai dengan mantan suami sah secara agama dan negara bulan november 2018 selama itu mantan suami saya sudah minta rujuk sebanyak 3x cuman saya tolak karna keegoisan saya . selama november desember saya bertemu mantan suami sudah 2x karna mengajak anak2 jalan2 tetapi tanpa persetujuan kedua orang tua saya karna setelah perceraian saya tidak boleh berkomunikasi dengan mantan suami . pada bulan maret saya bertemu lagi dengan mantan suami dan mantan suami saya minta rujuk lagi dan kali ini saya bilang mau karna saya kasian sama anak2 dan juga perasaan sayang saya masih ada , saya memutus kan awal bulan april untuk bicara sama orang tua saya dengan maksud agar sebelum puasa saya sudah menikah tetapi setelah bicara saya tidak di izinkan menikah kembali dengan mantan suami saya dengan alasan saya tidak punya haga diri klo kembali lagi , jangan mengulangi kesalahan yang sama kat bapa saya . saya sudah jelaskan karna anak tetapi bapa saya bilang anak bukan jadi alasan boleh nikah pakai wali hakim saja dan saya tidak boleh bertemu bapa saya sampai bapa saya meninggal . terus anak pertama saya sakit pa ustad dan mantan suami saya nengok tanpa di duga anak saya bilang ke ayah nya kalau dia engga betah pingin pergi dari rumah orang tua saya , hati ibu mana yang engga sedih ngedenger anak nya ternyata tidak bahagia . setelah itu saya manggih mama saya dengan maksud meminta izin klo anak saya pingin ke rumah ayah nya dulu yang kebetulan kita tetanggan rumahnya tapi bapa saya marah teriak bilang "jangan ngasih pusing ke saya , tau saya lagi pusing nanti saya tebang semua" mantan suami saya pulang dengan keadaan anak nangis . waktu bulan puasa saya dan anak2 saya sering ketemu sembunyi2 pa ustad maen ke pusat perbelanjaan , ke rumah orang tua mantan suami . semua berjalan baik2 saja . sampai setelah lebaran saya ada ucapan sama mantan suami mau bilang ke orang tua saya lagi buat rujuk tetepi belum juga saya bilang isi wa saya dan mantan semua adik2 saya baca dan hanya isi wa yang bunyi nya " kenapa orang tua kamu engga ngizinin buat rujuk , kan orang tua kamu ngeti agama kaya yang ga punya otak" yang adik saya kasih kan ke bapa saya jelas bapa saya sangat marah dan pada tanggal 18 juli 2019 nanya sama saya tentang chatan ini saya bilang karna mantan suami saya kesel kenapa ga boleh rujuk , ga boleh ketemu anak . terus kenapa suami saya punya niat baik tapi tidak di sambut baik oleh kedua orang tua saya . kata bapa saya kemana aja baru punya niat baik sekarang telat . pada hal suami saya udah 2x ke rumah mau ke bapa saya cuman bapa saya nya suka menghindar . dan bapa saya tetep pa ustad mengajukan 2 pilihan ke saya rujuk atau tidak rujuk . kalau rujuk silahkan menikah tapi pakai wali hakim dan jangan ketemu sama bapa saya sampai meninggal yang kedua tidak rujuk berarti saya memilih orang tua dan tidak komunikasi dengan mantan suami semua kebutuhan saya dari atas kepala hingga ujung kaki bapa saya jamin . cuman sampai detik ini saya belum beri jawaban pa ustad karna saya bingung . bapa saya membenci kelurga mantan suami saya karna mama nya bercerai dan nikah lagi sama orang lain bilang nya turunan nya udah jelek . dan posisi anak saya di rumah banyak yg mempengaruhi supaya anak saya tidak ketemu lagi ayah nya karna kasian ke bapa saya pada hal anak saya tiap malem suka nanyain ayah nya . mohon beri jalan keluar atas masalah saya pa ustad , saya harus bagaimana menghadapi masalah ini syukron jazakumullah wassalamuallaikum

    BalasHapus