Renungan

Kamis, 03 Mei 2012

Takhrij Hadits dalam Syarah al-Mahalli ‘ala Minhaj al-Thalibin, Juz. I, Hal. 42


1.        Hadits riwayat Syaikhaini :
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Artinya : Apabila masuk jamban, Nabi SAW membaca do’a :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
(Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)

Hadits ini dengan redaksi di atas disebut oleh Bukhari dalam Shahihnya.[1] Sedangkan dalam Shahih Muslim disamping dengan redaksi di atas, juga terdapat riwayat Husyaim dengan lafazh :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا دَخَلَ الْكَنِيفَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila memasuki jamban, mengatakan :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ
(H.R. Muslim)[2]

Dalam satu riwayat Sa’id bin Manshur, riwayat Abu Hatim dan Ibnu al-Sakn dalam Shihahnya,[3] berbunyi :
بِسم الله ، اللَّهُمَّ إِنِّي أعوذ بك من الْخبث والخبائث

2.        Hadits riwayat al-Sunan al-Arba’ah :
انه صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم كان إِذا خرج من الْخَلاَءَ قَالَ : غفرانك
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila keluar dari jamban, beliau mengatakan : غفرانك
      (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)

Ibnu Mulaqqan menjelaskan bahwa hadits ini telah diriwayat al-Darimy dalam musnadnya, Abu Daud, Turmidzi, Ibnu Majah dan al-Nisa’i dalam sunan mereka. Turmidzi mengatakan, hadits ini hasan gharib. Namun Ibnu Mulaqqan mengatakan bahwa hadits ini adalah shahih dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim.[4]

3.        Riwayat Ibnu Majah berbunyi :
انه صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم كان إِذَا خَرَجَ مِنَ الْخَلاَءِ ، قَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الأَذَى وَعَافَانِي.
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW apabila keluar dari dari jamban, beliau mengatakan :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الأَذَى وَعَافَانِي
(Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)


Hadist ini oleh Ibnu Majah menyebutnya dalam kitab beliau, Sunan Ibnu Majah.[5] Ibnu Mulaqqan mengatakan, hadits telah diriwayat oleh Ibnu Majah, namun dalam sanadnya terdapat Isma’il bin Muslim al-Makhzumy, sedangkan dia dha’if, tetapi ini termasuk dalam katagori fadhail al-amal.[6]

4.        Hadits yang menerangkan perbuatan Nabi SAW melakukan istinja’ dengan batu yang diriwayat oleh Bukhari. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)

Hadits dimaksud di atas adalah hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, beliau berkata :
اتَّبَعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَخَرَجَ لِحَاجَتِهِ فَكَانَ لاَ يَلْتَفِتُ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَقَالَ ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا ، أَوْ نَحْوَهُ ، وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ ، وَلاَ رَوْثٍ فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ بِطَرَفِ ثِيَابِي فَوَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ وَأَعْرَضْتُ عَنْهُ فَلَمَّا قَضَى أَتْبَعَهُ بِهِنَّ
Artinya : Aku mengikuti Nabi SAW saat beliau keluar untuk buang hajat, dan beliau tidak menoleh (ke kanan atau ke kiri) hingga aku pun mendekatinya. Lalu Beliau bersabda: "Carikan untukku batu atau seumpamanya untuk aku gunakan beristinja' dan jangan bawakan tulang atau kotoran hewan." Lalu aku datang kepada beliau dengan membawa kerikil di ujung kainku, batu tersebut aku letakkan di sisinya, lalu aku berpaling darinya. Setelah selesai beliau gunakan batu-batu tersebut. (H.R. Bukhari).[7]


5.        Hadits riwayat Syafi’i :
وليستنج بِثَلَاثَة أَحْجَار
Artinya : Hendaklah beristinja’ dengan tiga batu. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)


Hadist ini diriwayat oleh Imam Syafi’i dalam Musnadnya.[8] Dalam Tuhfah al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj dijelaskan bahwa Imam Syafi’i mengatakan, hadits ini tsabit.[9]

6.        Hadits riwayat Muslim dan lainnya yang menerangkan larangan Nabi SAW beristinja’ kurang dari tiga batu. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 42)

Hadits dimaksud di atas berbunyi :
لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang kami menghadap kiblat waktu buang air besar dan kecil atau istinja’ dengan tangan kanan atau istinja’ dengan batu kurang dari tiga biji ataupun istinja’ dengan kotoran atau dengan tulang.(H.R. Muslim).[10]

Hadist ini juga diriwayat oleh Baihaqi dalam Sunannya.[11]

                      


[1] Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 48
[2] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 195
[3] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 390
[4] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 393-394
[5] Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 201
[6] Ibnu Mulaqqan, Tuhfah al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 168
[7] Bukhari, Shahih al-Bukhari, maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 51, No. Hadits : 155
[8] Imam Syafi’i, Musnad Syafi’i, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 9, No. Hadits 38
[9] Ibnu Mulaqqan, Tuhfah al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 69
[10] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 154, No. Hadits : 629
[11] Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Makatabah Syamilah, Juz. I, Hal. 91, No. Hadits : 438

Tidak ada komentar:

Posting Komentar