Renungan

Jumat, 03 Agustus 2012

Pemuda Brazil Ini Dapat Hidayah Setelah Pulang Mabuk


Ini adalah kisah nyata seorang warga dari Brazil yang telah menemukan jalan hidupnya yang 'lurus', setelah sebelumnya bergelimang dengan dosa di bar-bar dan pesta-pesta malam di kota Rio Jeneiro. Nama pemuda ini Cassiano. Serambinews.com menurunkan kisah Cassiano menemukan Islam dari video yang dirilis sebuah televisi Dubai. Semoga bermamfaat adanya.

Cassiano bertutur...

Saya di lahirkan di Brazil, disebuah tempat bernama Petrolina. Semula saya berpikir, mengapa orang-orang beragama? Sebab bagi saya, agama itu hanya dongeng fiksi belaka. Saya pun mulai menjauhkan diri dari gereja, saya berpaling dan pergi bertentangan dengan agama. Saya tidak percaya pada apa pun soal agama, semuanya kelihatan seolah-olah seperti candaan. Waktu itu hari-hari yang saya jalani sangatlah sulit. Saya seperti bukan diri sendiri (hana tuso nan dro).

Bulan Februari, ketika saya sedang bermain gitar di sebuah karnaval kota Rio de Janeiro, saya menemukan diri saya dalam kesedihan luar biasa. Waktu itu bukanlah hari yang baik buat saya, sebab berbagai problema membebani pikiran saya. saya berjalan tak tentu arah dan kaki saya selanjutnya membawa saya pulang kerumah tanpa tujuan jelas. Saya berada dalam keadaan mabuk. Semua orang mabuk dan semua dimata saya kelihatan samar-samar. Saya merasakan malam itu adalah malam yang aneh sekali yang belum pernah saya rasakan.

Disaat perasaan saya sedang sedih, saya pergi mandi pada malam tersebut. Saya masuk ke kamar tidur dan melakukan sujud tanpa mengetahui apa arti sujud. Saya terus melakukannya dan menangis, ini sungguh aneh. Saya berkata, "Ya Tuhan, keluarkanlah saya dari negara ini atau saya akan mati". Hati saya sangat sesak waktu itu.

Sebulan selepas peristiwa malam yang aneh itu, saya 'secara aneh' sudah berada di negara Dubai. Semula saya tidak tau apa Dubai.

Ceritanya, ketika itu ada seorang teman saya (dia wanita) yang mengundang saya pergi ke Dubai secara cuma-cuma, saya betul-betul tidak menyangka semua itu terjadi begitu cepat, inilah yang saya sebut tadi aneh. Teman saya ini memberi informasi apapun tentang Dubai kepada saya. Ketika tiba di Dubai, saya bertanya kepada dia:

"apa itu Dubai?"

Dia menjawab, "Dubai terletak di Timur Tengah, di Teluk Persia."

Saya berkata, "Berhati-hatilah, mereka lagi berperang, dan mereka adalah Muslim. Berhati-hatilah dengan orang Islam. Mereka akan membunuh anda!"

Dia tertawa dan berkata, "Bukan, bukan demikian disini." Dia menambahkan, "Saya juga seorang Muslim."

Saya tidak menyangka lalu saya berkata, "Wah, anda seorang Muslim?? Berhati-hatilah!"

Dia berkata, "Anda harus datang dan melihat sendiri jika benar seperti yang anda katakan."

Saya tiba di Dubai dengan tidak mengeluarkan uang sepeserpun, semuanya ditanggung oleh teman saya itu. seolah-olah Allah telah membawa saya keluar dari Brazil dan pergi ke Dubai.

Selama dua bulan tinggal di Dubai, saya memeluk agama Islam dan mengucapkan syahadah karena saya berpikir sebelumnya saya berada dijalan yang sangat sesat. Disana Islam menjelaskan semua apa yang saya lakukan sebelumnya secara gamblang dan transparan sekali sehingga membuat saya sangat bersalah ketika mengingat masa lalu namun saya bersyukur kini telah menemukan jalan yang tepat.

Adel, yang membawa saya ke Dubai itu sudah saya anggap seperti saudara saya. Dia merupakan teman terbaik saya di Dubai. Dia membantu saya dalam segala hal dalam langkah saya sebagai muallaf. Kami banyak sekali berdiskusi masalah agama. Alhamdulillah, dia merupakan rekan terbaik saya. Dia tidak lelahnya menjelaskan Islam kepada saya.

Hal pertama yang saya tanyakan berkaitan Islam adalah, "Adakah kita perlu shalat setiap hari?"

Dia berkata, "Ya".

Saya mengulangi pertanyaan saya, "Anda shalat setiap hari?!"

Dia menjawab, "Ya, setiap hari," jawabnya lagi.

Satu hal yang menarik bagi saya dalam Islam adalah soal berwudhu (bersuci). Islam mengajarkan kita selalu harus mandi dalam setiap selesai kegiatan. Kita mandi untuk pergi kerja. Kita mandi untuk bertemu teman. Intinya kita harus bersih dan wangi. Kita harus bersuci dalam setiap hidup kita karena Allah menyukai hamba-NYA yang bersih (suci).

Ketika kita menghadap Allah kita juga harus bersih dengan bersuci lebih dahulu dan berdandan dengan sopan sesuai tuntunan. Maka sangatlah salah kalau kita tidak mandi atau bersuci saat bertemu dengan Allah, mengapa? Jika Anda ingin menemui raja, sudah pasti anda akan memakai wewangian dan berpakaian rapi untuk berjumpa dengan raja. Karenanya, jika anda ingin menemui Tuhan, sudah tentu anda tidak akan menemui-Nya dengan keadaan badan kotor dan bau. Inilah yang membuat saya kagum.

Saya merupakan anak tunggal dalam keluarga. Saya menemui saudara dalam Islam ketika saya berjumpa dengan Adel. Ibu saya sebetulnya tidak pernah menemui Adel, tetapi dia berkata kepada saya, "Cassiano, anda telah mempunyai seorang saudara, maka dia juga adalah anak saya. Kini dia saya anggap sebagai anak saya". Saya sangat terharu mendengar semua itu.

Kami sungguh gembira dapat bertemu. Ini seperti sesuatu yang telah direncanakan. Allah telah merencanakan segalanya buat saya lewat Adel. Dia punya rencana untuk menjalin hubungan antara manusia. Dia membawa saya keluar dari Brazil lewat Adel. Dari Rio de Janeiro dan pergi ke tempat yang sangat jauh di Dubai tanpa mengeluarkan sedirham uang sekalipun, semua itu berkah tuntunan Allah. Saya sempat pulang ke Brazil dan kemudian kembali lagi ke Dubai lagi-lagi tanpa  sedikitpun mengeluarkan dirham. Allah pasti telah merencanakannya untuk saya. Saya yakin semua ini berjalan menurut ketetapan-Nya.

Waktu saya pertama sekali hendak mengucapkan kalimah syahadat, saya diajak menunaikan shalat jumat berjamaah disebuah masjid besar di Sharjah. Masjid itu dipenuhi ribuan jamaah. Ketika shalat selesai, saya mulai dituntun melafazkan syahadah, dan mereka tahu bahwa saya dari Brazil. Semua orang mengatakan "Dia dari Brazil, dia pintar sepakbola."

Saya kelihatan begitu gagah sekali. Semua datang mengucapkan tahniah kepada saya. Hampir dua jam saya berdiri menerima pelukan, ciuman dan ucapan tahniah dari mereka, malah ada yang menghadiahkan buku. Begitu mengharukan. Setiap orang seperti saudara saya. Saya anak tunggal, kini saya seperti memiliki banyak saudara, Alhamdulillah saya sungguh merasa bahagia.

Saya punya keluarga di Dubai dan mereka adalah keluarga Adel yang sudah saya anggap keluarga saya sendiri. Kini saya punya ibu angkat dan mereka benar-benar melayani saya seperti anak mereka sendiri.

Jujur saya sudah menemukan kedamaian dalam Islam dan di Dubai, hal yang tidak saya temui dikampung saya. Sahabat yang baik, saudara yang baik yang tidak saya miliki di Brazil.

Dulu ketika saya punya teman di Brazil, teman itu selalu mengajak saya ke tempat maksiat seperti bar atau ketempat pesta-pesta yang merusak moral, ya hanya untuk berbuat dosa. Kini setelah memeluk agama Islam dan pulang ke Brazil, mereka berkata, "Cassiano tidak lagi minum. Dia telah menjadi seorang muslim. Jangan ajak dia." Lalu mereka menjauhkan diri dari saya. Tapi bagi saya ini soal pilihan.

Di Dubai, saya tidak lagi bisa tinggal disuatu tempat yang tidak punya masjid. Saya sudah sangat terpesona dengan Masjid. Masjid merupakan bangunan yang indah dan menakjubkan bagi saya. Saya merasa nyaman tinggal dekat masjid dan melakukan ibadah dalam masjid.

Suatu hari seorang teman saya bernama Syeikh Yahya menelepon saya dan berkata, "Cassiano, telepon nomor ini, mereka akan melakukan umrah". sambil memberikan sebuah catatan nomor baru.

Saya pun menelepon. Seseorang bernama Ahmad menjawab dari seberang telepon dan berkata, "Mohon maaf karena rombongan kami telah lengkap 15 orang".

Saya berkata, "Benar demikian?"

Dia berkata, "Ya." Kemudian dia bertanya kepada saya, "Siapa nama anda?"

Saya berkata, "Saya Cassiano dan saya benar-benar ingin melakukan umrah. Ini merupakan sesuatu yang baru buat saya. Saya baru memeluk Islam kira-kira 3 tahun."

Dia menelepon saya pagi keesokan harinya dan berkata, "Ada seorang yang tidak dapat pergi. Oleh karenanya anda bisa mengantikan tempatnya."

Alhamdulillah, Allah memudahkan perjalanan saya. Allah memelihara saya. Saya benar-benar dapat merasakannya. Saya merasakan bahwa Allah-lah yang menjaga kehidupan saya dan diri saya.

Kami tiba di kota Madinah. Hotel penginapan kami berdekatan dengan masjid Nabi Muhammad Saw (masjid Nabawi). Kami merasa gembira karena dapat berdekatan dengan tempat mulia ini. Orang-orang di Madinah begitu ramah sekali. Mereka membuka salah satu pintu untuk kami supaya kami bisa melihat bagian makam Nabi Muhammad Saw.

Polisi yang berdiri disisi makam memberitahu saya, "Marilah kesini dan ucapkan salam kepada Nabi". Sayapun melakukannya dan berdoa semoga Allah memberikan bimbingan buat orang tua saya dan semua orang, saya merasa lapang dan mulai menangis.

Selepas ini, kami tinggal tiga hari di Madinah dan mulai perjalanan menuju Mekah untuk bersalin pakaian Ihram. Ketika memasuki Masjidil Haram dan melihat Ka'bah, yang kebetulan waktu itu masuk jadwal shalat dzuhur, semua berbaris untuk menunaikan shalat bersama.

Saya melihat Ka'bah, saya mula menangis kembali dan menangis sepanjang menunaikan shalat. Saya tidak tahu itu terus terjadi. Yang terjadi seolah-olah seperti melakukan shalat lima waktu setiap hari ke arah tersebut dan saya berada disitu seakan sangat lama. Ini tempat yang sangat istimewa. Bagi saya, Masjidil haram merupakan sebuah tempat yang terbaik di muka bumi ini. Saya benar-benar gembira karena dapat berada di Madinah dan Mekkah. Saya sungguh terpesona dan saya sangat terharu.

Keimanan saya menyebabkan hati saya tenang dan mantaf. Saya sungguh-sungguh mencintai Allah. Kalau dulu begitu banyak masalah yang saya hadapi, kini Allah merupakan yang pertama dalam hidup saya tempat mengadu.

(Sumber : Serambinews.com/H, Jumat, 3 Agustus 2012 00:16 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar