18.
Al-Suyuthi (849-911 H)
Nama
lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdurrahman bin al-Kamal bin Abu Bakar bin
Muhammad al-Suyuthi. Lahir pada tahun 849 H dan wafat tahun 911 H. Beliau
mengarang kitab mencapai 300 buah yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu
seperti hadits, fiqh, tafsir, nahu, sharaf, bayan, ma’ani, badi’ dan lain-lain. KH Sirajuddin Abbas dalam bukunya, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i
telah memasukkan nama beliau sebagai ulama bermazhab Syafi’i.[1] Ayah dari al-Suyuthi merupakan
murid dari Ibnu Hajar al-Asqalani.[2]
Diantara
karya-karya al-Suyuthi yang pernah sampai kepada kami, antara lain :
1.
Tafsir Al-Jalalain
2.
Al-Hawi lil Fatawa
3.
Al-Asybah Wal-Nadhair
4.
Al-Itqan Fi Ulumul Qur’an
5.
Syarh al-Sudur bi Syarh Hal al-Mautaa Wal-Qubur
6.
Asma-U al-Mudallisiin
7.
Al-Lala-i al-Masnu’ah Fi Ahadits al-Maudhu’ah
8.
Al-Durar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
9.
Ta’aqubaat al-Suyuthi ‘ala Maudhu’at Ibnu Al-Jauzi
10.
Manahil al-Shifa Fi Takhrij Ahadits al-Syifa
11.
Qut al-Mughtadzi ‘ala Jami’ al-Turmidzi
12.
Al-Asybah Wal-Nadhair fi al-Nahwi
13.
Khashais al-Kubraa
14.
Al-Tahaduts bi Nikmatillah
15.
Jazil al-Mawahib Fi Ikhtilaf al-Mazahib
16.
Asbab al-Nuzul
17.
Ushul al-Tafsir
18.
Al-Radd ‘ala Man Akhlada Ila al-Ardhi
19.
Al-Amru bil Itba’ wa al-Nahyu ‘an al-Ibtida’
20.
Dan lain-lain
Berdasarkan bacaan dari kitab-kitab beliau, tidak diragukan lagi bahwa
al-Suyuthi merupakan salah seorang ulama besar yang bermazhab Syafi’i, meskipun
beliau dalam beberapa hal mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat
kebanyakan ulama Syafi’iyah, bahkan kadang-kadang beliau mempunyai pendapat
yang berbeda dengan imam empunya mazhab, Imam Syafi’i r.a. Hal ini sebenarnya
memang sering kita dapati pada ulama-ulama sekelas al-Suyuthi dimana
beliau-beliau ini sudah mencapai maqam ijtihad, namun karena masih menggunakan
metode ijtihad Imam Syafi’i, maka mereka masih menisbahkan dirinya sebagai
pengikut Syafi’i. Dalam kitab al-Radd ‘ala Man Akhlada Ila al-Ardhi, al-Suyuthi
mengatakan :
”Yang kami dakwa pada diri kami adalah ijtihad mutlaq, bukan ijtihad
istiqlal (mandiri), bahkan kami sendiri mengikuti Imam Syafi’i r.a. dan
berjalan pada metodenya pada ijtihad karena menyanjung perintahnya dan kami
termasuk dari pengikutnya”[3]
Dalam kitab Tahaduts bi Nikmatillah, al-Suyuthi juga menegaskan beliau
sebagai ulama bermazhab Syafi’i. al-Suyuthi mengatakan :
“Manakala aku sampai derajat ijtihad mutlaq, aku tidak keluar dari Mazhab
Syafi’i dalam ifta’ sebagaimana halnya al-Qafal, dimana disaat sampai pada
derajad ijtihadi, beliau masih mengifta’ dengan Mazhab Syafi’i, bukan dengan pendapat
pilihannya. Al-Qafal mengatakan, ”Penanya bertanya kepadaku tentang Mazhab
Syafi’i, bukan menurut pendapatku.”. Sedangkan aku (al-Suyuthi) tidak aku pilih
sesuatu yang keluar dari Mazhab Syafi’i kecuali sedikit sekali dan sisanya yang
aku pilih itu adalah masih dalam mazhab, adakalanya qaul lain al-Syafi’i, baik
jadid atau qadim dan adakalanya wajah dalam mazhab bagi ashabnya. Namun
semuanya kembali kepada mazhab dan tidak keluar darinya.”[4]
Catatan :
Al-Suyuthi membedakan antara ijtihad mutlaq dengan ijtihad istiqlal. Ijtihad
mutlaq adalah ijtihad dalam semua bidang fiqh, baik dengan ijtihad secara mandiri
dengan mempunyai metode ijtihad sendiri (istiqlal) maupun dengan taqlid kepada
metode ijtihad fiqh para imam mazhab seperti Syafi’i. Sedangkan ijtihad
istiqlal adalah ijtihad dalam semua masalah dengan menggunakan metode ijtihad
sendiri tanpa taqlid kepada orang lain. Orang yang mencapai derajat ini adalah
seperti imam mazhab yang empat. Jadi yang didakwa al-Suyuthi adalah ijtihad
mutlaq sebagaimana kutipan diatas, bukan ijtihad istiqlal. Artinya, beliau
mencapai derajat kemampuan berijtihad dalam semua bidang fiqh, namun metode
ijtihad yang beliau gunakan tetap bertaqlid kepada metode Imam Syafi’i.[5]
Salah seorang guru al-Suyuthi adalah al-Muhaddits Waliuddin al-Iraqi.[6]
[1] KH Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i,
Pustka Tarbiyah, Jakarta, Hal. 157-158
[2] Al-Suyuthi, al-Tahaduts
bi Nikmatillah, Mathbaah al-Arabiyah al-Haditsah, Kairo, Hal. 45
[3] Al-Suyuthi, al-Radd ‘ala Man Akhlada Ila al-Ardhi, Maktabah
al-Tsaqafah al-Diniyah, Kairo, Hal. 42
[4] Al-Suyuthi, al-Tahaduts bi Nikmatillah, Mathbaah
al-Arabiyah al-Haditsah, Kairo, Hal. 90
[5] lihat penjelasan al-Suyuthi dalam kitab al-Radd ‘ala Man Akhlada Ila al-Ardhi dan al-Tahaduts
bi Nikmatillah.
[6] Al-Suyuthi, al-Tahaduts
bi Nikmatillah, Mathbaah al-Arabiyah al-Haditsah, Kairo, Hal. 70
Assalamu alaikum,tengku mohon maaf ada yg salah tulis mungkin soal tahun wafat, (Lahir pada tahun 949 H dan wafat tahun 911 H.)
BalasHapusterima kasih atas koreksinya. sdr benar. yang benar sebagaimana tertulis pada judul tulisan, yakni lahir 849 dan wafat 911 H
Hapuswassalam
mohon izin Tengku,saya copy paste sebagian artikel di blog tengku untuk saya belajar dan keluarga di rumah.
BalasHapus1. silakan. artikel di blog ini boleh dicopi paste untuk jadi bahan kajian pribadi dan keluarga.
Hapus2, kalau utk di publikasi ke media lain, mohon sebut sumbernya.
wassalam