Renungan

Senin, 02 Februari 2015

Karamat Para Aulia Menurut Ibnu al-Subki (Bag. 3)

C.      Macam-Macam Jenis Karamat
Ibnu al-Subki menyebutkan beberapa jenis karamat, antara lain :
1.      Menghidupkan orang mati.
Beliau menyebut beberapa contohnya, salah satunya adalah berdasarkan riwayat shahih, yang mengisahkan kejadian yang dialami Abu ‘Ubaid al-Busri ketika berperang, bersamanya ada seekor hewan tunggangannya tetapi kemudian mati. Lalu beliau berdo’a kepada Allah Ta’ala supaya dihidupkan kembali, supaya bisa pulang ke kampung halamannya dengan menunggang hewan tersebut. Tanpa diduga, hewan itupun hidup dan berdiri, namun tanpa dua telinganya. Begitu selesai perang dan beliau sampai ke kampung halamannya, beliau memerintahkan pembantunya untuk mengambil pelana dari hewan tersebut, begitu pelana itu diambil, hewan itupun tersungkur dalam keadaan mati.
Namun pada Akhir penyebutan kisah-kisah aulia Allah menghidupkan kembali orang mati, beliau mengatakan tidak ada riwayat yang shahih yang mengisahkan seorang aulia Allah dihidupkan baginya seorang yang sudah mati dalam waktu yang lama sehingga tulangnya diperkirakan sudah hancur, tetapi kemudian bisa hidup dalam waktu yang lama juga. Namun menurut beliau ini tidak diragukan, mungkin saja terjadi pada seorang nabi sebagai mu’jizatnya.
2.      Berbicara orang mati
Ini banyak contoh kisah-kisahnya seperti yang diriwayat tentang kisah yang terjadi pada Abu Sai’d al-Kharazi, Syeikh Abd al-Qadir al-Jailani dan lain-lain.
3.      Terbelah laut atau kering laut dan dapat berjalan atas air
Contohnya banyak, diantaranya kisah yang dialami oleh Syeikh Islam Taqiyuddin Ibn Daqiq al-Id.
4.      Berubah suatu benda kepada bentuk lain.
Sebagaimana dikisahkan Syeikh Isa al-Hitar, pernah seseorang mengirim kepadanya dua tempayan penuh dengan khamar untuk memperolok-oloknya. Namun Syeikh Isa al-Hitar menuangkan isi salah satunya kepada tempayan yang Lain, kemudian beliau mengatakan kepada yang hadir ketika itu, “Bismillah, makanlah.” Maka merekapun makan, karena seketika itu juga khamar tersebut menjadi mentega, yang harum dan warnanya tidak pernah dilihat sama dengannya.
5.      Mengerucut bumi
Dihikayahkan sebagian aulia di Jami’ Tharasus kepingin berziarah ke Masjidilharam, maka aulia itu memasukkan kepada dalam jubbahnya, ketika dikeluarkannya, beliau itu sudah berada di masjidilharam. Ibnu al-Subki mengatakan kisah-kisah seperti ini mencapai qadar jumlah mutawatir yang tidak mungkin mengingkarinya kecuali orang keras kepala.
6.      Berbicara benda mati atau hewan
Tidak diragukan lagi, ini banyak terjadi. Contohnya kisah Ibrahim bin Adham lagi duduk di bawah pohon delima di Baitul Muqaddis, tiba-tiba pohon  kurma itu berbicara sampai tiga kali, ”Hai, Abu Ishaq, muliakanlah aku dengan memakan sesuatu dariku”. Pohon kurma itu rendah dan rasanya asam. begitu setelah delima itu dimakan Ibrahim bin Adham, pohonnya tiba menjadi tinggi dan rasanya menjadi manis serta berbuah dua kali dalam setahun. Kemudian orang-orang menamakan kurma itu kurma orang ‘abid.
7.      Dapat menyembuh orang sakit
Sebagaimana dikisahkan Syeikh Abd al-Qadir Al-Jailani bertemu dengan seorang anak kecil yang tidak bisa berjalan, pakaiannya kotor, buta dan berpenyakit kusta. Abd Al-Qadir al-Jailani mengatakan kepadanya, “Berdirilah dengan izin Allah” maka anak itupun berdiri dan penyakitnya hilang semua.
8.       Patuh binatang-binatang dan benda mati
Sebagai kisah yang terjadi pada Abi Sa’id bin Abi al-Khair al-Maihani bersama seekor singa dan kisah Ibrahim al-Khawas mencium singa. Bahkan patuh benda mati sebagaimana kisah yang terjadi pada Syeikh Islam ‘Izzuddin bin Abdussalam
9.       Menyingkatkan waktu
10.   Dan memanjang waktu
Ibnu al-Subki mengatakan, dua bentuk karamat ini sukar dipahami, tetapi kisah-kisahnya banyak terjadi. Karena itu, menyerahkan kepada ahlinya lebih baik untuk orang yang mengimaninya.
11.  Istijabah do’a
Ini banyak sekali. Ibnu al-Subki mengatakan, kami sering menyaksikannya.
12.  Tertahan lidah dari berkalam dan kefasihan berkalam
13.  Ketertarikan sebagian hati manusia dalam suatu majelis yang awalnya penuh kebencian
14.  Memberitahukan sebagian yang ghaib dan kasyaf
15.  Mampu tidak makan dan minum dalam waktu yang lama
16.  Maqam al-tasrif (merubah keadaan alam), seperti sebagian wali yang menjual hujan
17.  Mampu mendapati banyak makanan
18.  Terpelihara dari makanan yang haram
Sebagaimana dihikayahkan bahwa al-Harits al-Hasibi terangkat ke hidungnya desahan makanan haram sehingga ia tahu makanan tersebut adalah haram dan tidak memakannya
19.  Terlihat tempat yang jauh dibelakang hijab
Sebagaimana dikatakan bahwa Syeikh Abu Ishaq al-Syairazi dapat melihat Ka’bah, padahal beliau berada di Baghdad.
20.  Memunculkan ketakutan yang luar biasa sehingga dapat membuat mati dengan semata-mata melihatnya.
Kisah ini pernah dialami oleh teman Abu Yazid al-Bustami
21.  Allah Ta’ala memelihara para aulia Allah dari kejahatan yang direncanakan orang terhadapnya dan berubah menjadi kebaikan
Ini sebagaimana pernah terjadi kisah Imam Syafi’i r.a bersama Harun al-Rasyid.
22.  Berubah dengan bentuk yang berbeda-beda
Ini apa yang disebut oleh kalangan sufí sebagai alam mitsal. Alam mitsal itu alam antara alam ajsam dan alam arwah, lebih halus dari alam ajsam dan lebih kasat dari alam arwah. Berdasarkan ini, pada alam mitsal, arwah dapat berjasad dan berbentuk dalam bentuk yang berbeda. Menurut kaum sufí ini sesuai dengan firman Allah berbunyi :
فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Artinya : Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.(Q.S. Maryam : 17)

Contohnya, kisah al-Qazhib al-Ban al-Maushily (beliau termasuk salah seorang abdal), beliau pernah dituduh meninggalkan shalat oleh orang yang tidak pernah melihat beliau shalat dan orang itu sangat bersikeras bahwa beliau tidak shalat. Pada ketika itu, al-Maushily menjelma dalam beberapa bentuk yang berbeda, beliau bertanya kepada orang yang menuduh beliau tersebut, “Dalam bentuk mana kamu melihat aku tidak shalat?”.
23.  Mengetahui yang tersimpan dalam bumi
24.  Kemudahan dalam mengarang kitab-kitab pada waktu yang singkat.
Sebagaimana Imam Syafi’i, seandainya dihitung umur beliau yang pendek itu, maka dhahirnya tidak mencukupi waktunya untuk mengarang sepersepuluh dari karya-karya beliau. Belum lagi berdasarkan riwayat yang shahih bahwa beliau membaca al-Qur’an sekali khatam dengan memikirkan maknanya dalam setiap hari dan dua kali khatam dalam setiap hari pada bulan Ramadhan, kesibukan mengajar, zikir, berpikir dan sakit.  Ibnu al-Subki mengatakan ini termasuk dalam katagori jenis karamat memanjang waktu (nasyr al-zaman).
25.  Tidak mempan racun dan yang membinasakan lainnya.[1]







[1] Ibnu al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabiyah, Juz. II, Hal. 337-344

Tidak ada komentar:

Posting Komentar