Renungan

Jumat, 20 Januari 2017

Diwan Imam Syafi’i (bag.1)

دع الأيام
وطب نفسا إذا حكم القضاء
دع الأيام تفعل مـا تشـــاء
فما لحوادث الدنيـا بقــاء
ولا تجزع لحــادثة الليـالي
وشيمتك السماحة والوفـاء
وكن رجلا على الأهوال جلدا
وسرك أن يكون لها غطـاء
وإن كثرت عيوبك في البرايـا
يغطيه - كما قيلالسخـاء
تستر بالسخــاء فكل عيـب
فإن شماتة الأعــداء بـلاء
ولا تر للأعــداء قــط ذلا
فما في النار للظمآن مــاء
ولا ترج السماحة من بخيـل
وليس يزيد في الرزق العناء
ورزقك ليس ينقصه التــأني
فأنت ومالك الدنيا ســواء
إذا ما كنت ذا قلب قنــوع
فلا أرض تقيه ولا سمــاء
ومن نزلت بساحته المنايــا
إذا نزل القضا ضاق الفضاء
وأرض الله واسعــة ولكن
فما يغني عن الموت الـدواء
دع الأيام تغدر كل حيــن


1) Biarkanlah Hari-Hari
Biarlah hari-hari itu berlalu kerjakan yang engkau sukai. Apabila takdir sudah menentukan, maka berlapangdadalah kamu.
Janganlah engkau gelisah terhadap musibah-musibah malam hari.  Karena tiada satu pun musibah itu yang kekal abadi.
Kuatkanlah dirimu menghadapi cobaan-cobaan . Murah hati dan setia hendaklah menjadi tabi’atmu.
Meski banyak aibmu di dalam debu. Namun rahasia pribadimu hendaklah  selalu tersimpan.
Tutuplah rahasiamu dengan kemurahan hati. Karena konon semua keaiban dapat ditutup dengan kemurahan hati.
Jangan engkau nampakkan kelemahan pada lawanmu. Karena kuatnya mental lawan merupakan bahaya bagimu.
Jangan engkau harapkan kemurahan orang yang bakhil . Sebab orang yang sedang kehausan tak akan mendapatkan air dalam api.
Sebuah keterlambatan tak akan mengurangi rizkimu. Dan rizkimu pun tak akan bertambah dengan kepayahan badanmu.
Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada. Maka tak ada perbedaan bagimu antara dirimu  dan orang kaya.
Apabila taqdir datang dalam kehidupanmu.  Maka tak sejengkal bumi, tidak pula sebidang langit yang dapat melindungimu.
Bumi Allah amatlah luas.  Namun suatu saat apabila takdir sudah datang, yang luaspun menjadi sempit.
Biarlah hari-hari yang tidak setia setiap saat. Sebab obat apa pun juga tak akan dapat menangkal kematian


Sumber : Diwan Imam Syafi’i,  Disusun oleh : Abdurrahman al-Mushthawy, Terbitan : Darul Ma’rifah, Beirut, Hal. 17-18)

Diwan Imam Syafi'i (bag. 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar