Renungan

Minggu, 31 Juli 2011

Ghayatul Wushul (terjemahan & penjelasannya), hukum mandub, Hal. 12-13

)وَوَجَبَ ) إتمامه ( فِى النُّسُكِ ) من حج أوعمرة ( لأِنَّهُ كَفَرْضِهِ نِيَّةً ) فإنها فى كل منهما قصد الدخول فى النسك أى التلبس به ( وَغَيْرَهَا ) ككفارة فإنها تجب فى كل منهما بالوطء المفسد له وكانتفاء الخروج بالفساد فإن كلا منهما لايحصل الخروج منه بفساده بل يجب المضى فى فاسده وغير النسك ليس نفله كفرضه فيما ذكر فالنية فى نفل الصلاة والصوم غيرهما فى فرضهما والكفارة فى فرض الصوم دون نفله ودون الصلاة مطلقا وبفسادهما يحصل الخروج منهما مطلقا ففارق النسك المندوب غيره من باقى المندوب فى وجوب إتمامه وتعبيرى بالنسك اعم من تعبيره بالحج

.
(Dan wajib) menyempurnakan mandub (pada ibadah) berupa haji dan umrah,(1) (karena mandubnya sama dengan fardhunya pada niat.)(2) Niat pada haji dan umrah, baik yang wajib atau sunat adalah qashad memasuki dalam al-nusuk, yakni bersifat dengannya (dan pada lainnya) seperti kifarat, sesungguhnya kifarat tersebut wajib pada haji dan umrah, baik yang wajib atau sunat dengan sebab bersetubuh yang dapat memfasidkannya. Dan juga seperti tidak dibenarkan keluar dengan sebab fasid al-nusuk, karena itu haji dan umrah, baik yang wajib atau sunat tidak berhasil keluar dengan semata-mata fasidnya, bahkan wajib berlalu dalam fasidnya. Sedangkan selain al-nusuk, maka sunatnya tidak sama dengan fardhunya dalam perkara-perkara yang telah disebutkan. Maka niat pada pada shalat dan puasa sunat berbeda dengan fardhu keduanya. Dan kifarat hanya ada pada puasa fardhu, tidak ada pada puasa sunat dan tidak ada pada shalat secara mutlaq. Dan dengan semata-mata sebab fasid shalat dan puasa, maka berhasil keluar dari keduanya secara mutlaq. Oleh karena itu, al-nusuk yang mandub berbeda dengan mandub lainnya dalam perkara kewajiban menyempurnakannya. ’Ibarat saya dengan lafazh ”al-nusuk” lebih umum dari ’ibarat Asal dengan lafazh ”haji”.

Penjelasan
(1).Haji adalah ibadah dengan kaifiat tertentu yang dilakukan dengan qashad ka’bah. Sedangkan umrah adalah ibadah yang kaifiatnya seperti haji, kecuali pada umrah tidak ada wuquf di Arafah.1

(2).Ini adalah qiyas syibhun, yakni mandub haji dan umrah boleh jadi dikembalikan hukumnya kepada dua asal, yaitu fardhu haji dan umrah atau mandub bukan haji dan umrah. Maka dikembalikan kepada yang banyak kesamaannya, yaitu fardhu haji dan umrah. 2

DAFTAR PUSTAKA
1.Ibrahim al-Bajuri, Hasyiah al-Bajuri, al-Haramain, Singapura, Juz. I, Hal. 308
2.Al-Banani, Hasyiah al-Banani ‘ala Syarah Jam’u al-Jawami’, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. I, Hal. 94

Tidak ada komentar:

Posting Komentar