Renungan

Rabu, 27 Juni 2012

Takhrij Hadits dalam Syarah al-Mahalli ‘ala Minhaj al-Thalibin, Juz. I, Hal. 51


1. Hadits riwayat Syaikhaini, berbunyi :
إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ.
Artinya : Rasulullah SAW apabila bangun dari malamnya, maka beliau menggosok mulutnya dengan siwak. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 51)

Ibnu Mulaqqan mengatakan, haditss ini telah diriwayat oleh Bukhari dan Muslim.[1]

2. Hadits riwayat al-Nisa-i dan lainnya, berbunyi :

السِّوَاكُ مَطُهَرِةٌ لِلْفَمِ
Artinya : Siwak dapat menyucikan mulut. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 51)

Imam al-Nawawi mengatakan, hadits ini merupakan hadits shahih, telah diriwayat oleh Abu Bakar Muhammad bin Ishaq ibn Khuzaimah imam dari imam-imam dalam Shahihnya, al-Nisa-i dan Baihaqi dalam sunannya serta lainnya dengan sanad yang shahih. Bukhari telah menyebutnya dalam kitab Shahihnya dalam Kitab al-Shiyam secara mu’allaq.[2]

3. Hadits riwayat Syaikahini, berbunyi :
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Artinya : Bau mulut orang berpuasa lebih di sisi Allah daripada bau kasturi. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 51)

Ibnu Mulaqqan mengatakan, hadits ini merupakan hadits muttaqun ‘alaihi.[3]

4. Hadits riwayat al-Hasan bin Sufyan dan Abu Bakar al-Sam’any, berbunyi :
أعطيت أمتي في شهر رمضان خمسا قال واما الثانية فانهم يمسون وخلوف أفواههم أطيب عند الله من ريح المسك
Artinya : Diberikan kepada umatku lima perkara dalam bulan Ramadhan. Seterusnya beliau bersabda : Adapun yang kedua, mereka berada pada saat setelah tergelincir matahari, sedangkan bau mulut mereka di sisi Allah lebih harum dari bau kasturi. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 51)

Imam al-Nawawi mengatakan, hadits ini telah diriwayat oleh Imam al-Hafidh Abu Bakar al-Sam’any dalam kitab Amali karyanya, beliau mengatakan, hadits tersebut hasan.[4]


[1] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Darul Hijrah, Juz. I, Hal. 705
[2] Imam al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. I, hal. 267
[3] Ibnu Mulaqqan, Tuhfah al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Dar al-Hira, Juz. I, Hal. 180
[4] Imam al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. I, hal. 278

Tidak ada komentar:

Posting Komentar