TRIBUNNEWS.COM –
Kabar duka menyelemuti keluarga besarNahdlatul Ulama (NU). Jumat (24/1/2014) dinihari ini,
salah seorang kiai yang dihormati di NU, yakni Kiai Sahal Mahfudz, dikabarkan meninggal
dunia.
Kabar
mengenai meninggalnya Kiai Sahal Mahfudz itu disampaikan melalui akun twitter
resmi NU (@nu_online). “Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, Rais Aam PBNU KH
Sahal Mahfudz wafat Jumat (24/1) pukul 01.05. Duka mendalam utk Indonesia.
Al-Fatihah,” demikian kicauan di akun twitter tersebut.
Kiai
Sahal dikabarkan wafat di kediamannya, di kompleks pesantren Mathali'ul Falah,
Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Dikutip
dari wikipedia, Kia Sahal Mahfudz lahir di Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah,
17 Desember 1937. Beliau selama dua periode menjabat sebagai Rais Aam Syuriah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, sejak 1999 hingga saat
ini.
Selain
itu Kiai Sahal selama 10 tahun memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi
Jawa Tengah, kemudian didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI pada Juni
2000 sampai tahun 2005.
Di
luar itu, Kiai Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda (PMH) sejak tahun
1963. Pesantren di Kajen Margoyoso (Pati, Jawa Tengah) ini didirikan ayahnya,
KH Mahfudh Salam, pada 1910. Selain itu Kiai Sahal adalah rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU), Jepara, Jawa Tengah sejak
tahun 1989 hingga sekarang.
(Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/01/24/rais-aam-pbnu-kiai-sahal-mahfudz-meninggal-dunia)
Dicatat oleh Kang
Jaka @ 20.04
DR. KH. MA.
Sahal Mahfudz
Nama
lengkap KH. MA. Sahal Mahfudz (selanjutnya disebut dengan Kyai Sahal) adalah
Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd. Salam Al-Hajaini lahir di Desa Kajen,
Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember 1937.
Beliau
adalah anak ketiga dari enam bersaudara yang merupakan ulama kontemporer
Indonesia yang disegani karena kehati-hatiannya dalam bersikap dan kedalaman
ilmunya dalam memberikan fatwa terhadap masyarakat baik dalam ruang lingkup
lokal (masyarakat dan pesantren yang dipimpinnya) dan ruang lingkup nasional.
Sebelum
orang mengenal Kyai Sahal, orang akan mengenalnya sebagai sosok yang
biasa-biasa saja. Dengan penampilan yang sederhana orang mengira, beliau
sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apapun. Namun ternyata
pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah diakui. Salah satu contoh, sosok
yang menjadi pengasuh pesantren2 ini pernah bergabung dengan institusi yang
bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi anggota BPPN3 selama 2 periode yaitu
dari tahun 1993-2003.
Kyai
Sahal lahir dari pasangan Kyai Mahfudz bin Abd. Salam al- Hafidz (w 1944 M) dan
Hj. Badi’ah (w. 1945 M) yang sedari lahir hidup di pesantren, dibesarkan dalam
lingkungan pesantren, belajar hingga ladang pengabdiannya pun ada di pesantren.
Saudara Kyai Sahal yang berjumlah lima orang yaitu, M. Hasyim, Hj. Muzayyanah
(istri KH. Mansyur Pengasuh PP An-Nur Lasem), Salamah (istri KH. Mawardi,
pengasuh PP Bugel-Jepara, kakak istri KH. Abdullah Salam ), Hj. Fadhilah (istri
KH. Rodhi Sholeh Jakarta), Hj. Khodijah (istri KH. Maddah, pengasuh PP
Assuniyah Jember yang juga cucu KH. Nawawi, adik kandung KH. Abdussalam, kakek
KH. Sahal.).
Pada
tahun 1968/69 Kyai Sahal menikah dengan Dra Hj Nafisah binti KH. Abdul Fatah
Hasyim, Pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang dan berputra Abdul
Ghofar Rozin yang sejak sekarang sudah dipersiapkan untuk menggantikan
kepemimpinan Kyai Sahal.
A.
Latar Belakang Kehidupan
KH.
Sahal Mahfudz dididik oleh ayahnya yaitu KH. Mahfudz dan memiliki jalur nasab
dengan Syekh Ahmad Mutamakkin, namun KH. Sahal Mahfudz sangat dipengaruhi oleh
kekyainan pamannya sendiri, K.H. Abdullah Salam. Syekh Ahmad Mutamakkin sendiri
termasuk salah seorang pejuang Islam yang gigih, seorang ahli hukum Islam
(faqih) yang disegani, seorang guru besar agama dan lebih dari itu oleh
pengikutnya dianggap sebagai salah seorang waliyullah.
Sedari
kecil Kyai Sahal dididik dan dibesarkan dalam semangat memelihara derajat
penguasaan ilmu-ilmu keagamaan tradisional. Apalagi Kiai Mahfudh Salam (yang
juga bapaknya sendiri) seorang kiai ampuh, dan adik sepupu almarhum Rais Aam
NU, Kiai Bisri Syamsuri. Selain itu juga terkenal sebagai hafidzul qur’an yang
wira’i dan zuhud dengan pengetahuan agama yang mendalam terutama ilmu ushul.
Pesantren
adalah tempat mencari ilmu sekaligus tempat pengabdian Kyai Sahal. Dedikasinya
kepada pesantren, pengembangan masyarakat, dan pengembangan ilmu fiqh tidak
pernah diragukan Pada dirinya terdapat tradisi ketundukan mutlak pada ketentuan
hukum dalam kitab-kitab fiqih dan keserasian total dengan akhlak ideal yang
dituntut dari ulama tradisional. Atau dalam istilah pesantren, ada semangat
tafaqquh (memperdalam pengetahuan hukum agama) dan semangat tawarru’ (bermoral
luhur).
Ada
dua faktor yang mempengaruhi pemikiran Kyai Sahal yaitu, pertama adalah
lingkungan keluarganya. Bapak beliau yaitu Kyai Mahfudz adalah orang yang
sangat peduli pada masyarakat. Setelah Kyai Mahfudz meninggal, Kyai Sahal
kemudian diasuh oleh KH. Abdullah Salam, orang yang sangat concern pada
kepentingan masyarakat juga. Beliau adalah orang yang mendalami tasawuf juga
orang yang berjiwa sosial tinggi. Dalam melakukan sesuatu ada nilai
transendental yang diajarkan tidak hanya dilihat dari segi materi. Kyai Mahfudz
orang yang cerdas, tegas dan peka terhadap persoalan sosial dan KH. Abdullah
Salam juga orang yang tegas, cerdas, wira’I, muru’ah, dan murah hati. Di bawah
asuhan dua orang yang luar biasa dan mempunyai karakter kuat inilah Kyai Sahal
dibesarkan.
Yang
kedua dari segi intelektual, Kyai Sahal sangat dipengaruhi oleh pemikiran Imam
Ghazali. Dalam berbagai teori Kyai Sahal banyak mengutip pemikiran Imam
Ghazali.13 Selama belajar di pesantren inilah Kyai Sahal berinteraksi dengan
berbagai orang dari segala lapisan masyarakat baik kalangan jelata maupun
kalangan elit masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran beliau.
Selepas dari pesantren beliau aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan.
Perpaduan antara pengalaman di dunia pesantren dan organisasi inilah yang
diimplementasikan oleh Kyai Sahal dalam berbagai pemikiran beliau.
Minat
baca Kyai Sahal sangat tinggi dan bacaannya cukup banyak terbukti beliau punya
koleksi 1.800-an buku di rumahnya. Meskipun Kyai Sahal orang pesantren
bacaannya cukup beragam, diantaranya tentang psikologi, bahkan novel detektif
walaupun bacaan yang menjadi favoritnya adalah buku tentang agama. Beliau
membaca dalam artian konteks kejadian. Tidak heran kalau Kiai Sahal—meminjam
istilah Gus Dur—lalu ‘menjadi jago’ sejak usia muda. Belum lagi genap berusia
40 tahun, dirinya telah menunjukkan kemampuan ampuh itu dalam forum-forum
fiqih. Terbukti pada berbagai sidang Bahtsu Al-Masail tiga bulanan yang
diadakan Syuriah NU Jawa Tengah, beliau sudah aktif di dalamnya.
Kyai
Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda Putra sejak tahun 1963. Pesantren
di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya, KH Mahfudz
Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kyai Sahal dikenal sebagai
pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU yang mayoritas berasal dari
kalangan akar rumput. Sikap demokratisnya menonjol dan dia mendorong
kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya
melalui pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
B.
Pendidikan dan Guru-guru KH Sahal
Untuk
urusan pendidikan, yang paling berperan dalam kehidupan Kyai Sahal adalah KH.
Abdullah Salam yang mendidiknya akan pentingnya ilmu dan tingginya cita-cita.
KH. Abdullah Salam tidak pernah mendikte seseorang. Kyai Sahal diberi kebebasan
dalam menuntut ilmu dimanapun. Tujuannya agar Kyai Sahal bertanggung jawab pada
pilihannya. Apalagi dalam menuntut ilmu Kyai Sahal menentukan adanya target,
hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan beliau dalam belajar. Ketika belajar
di Mathali’ul Falah Kyai Sahal berkesempatan mendalami nahwu sharaf, di
Pesantren Bendo memperdalam fiqh dan tasawuf, sedangkan sewaktu di Pesantren
Sarang mendalami balaghah dan ushul fiqh.
Memulai
pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (1943-1949), Madrasah Tsanawiyah
(1950-1953) Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen, Pati. Setelah beberapa
tahun belajar di lingkungannya sendiri, Kyai Sahal muda nyantri ke Pesantren
Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur di bawah asuhan Kiai Muhajir, Selanjutnya tahun
1957-1960 dia belajar di pesantren Sarang, Rembang, di bawah bimbingan Kiai
Zubair. Pada pertengahan tahun 1960-an, Kyai Sahal belajar ke Mekah di bawah
bimbingan langsung Syaikh Yasin al-Fadani. Sementara itu, pendidikan umumnya
hanya diperoleh dari kursus ilmu umum di Kajen (1951-1953).
Di
Bendo Kyai Sahal mendalami keilmuan tasawuf dan fiqih termasuk kitab yang
dikajinya adalah Ihya Ulumuddin, Mahalli, Fathul Wahab, Fathul Mu’in, Bajuri,
Taqrib, Sulamut Taufiq, Sullam Safinah, Sullamul Munajat dan kitab-kitab kecil
lainnya. Di samping itu juga aktif mengadakan halaqah- halaqah kecil-kecilan
dengan teman-teman senior. Sedangkan di Pesantren Sarang Kyai Sahal mengaji
pada Kyai Zubair19 tentang ushul fiqih, qawa’id fiqh dan balaghah. Dan kepada
Kyai Ahmad beliau mengaji tentang Hikam. Kitab yang dipelajari waktu di Sarang
antara lain, Jam’ul Jawami dan Uqudul Juman, Tafsir Baidlowi tidak sampai
khatam, Lubbabun Nuqul sampai khatam, Manhaju Dzawin Nazhar karangan Syekh
Mahfudz At-Tarmasi dan lain-lain.
C.
Tugas dan Jabatan
Kyai
Sahal bukan saja seorang ulama yang senantiasa ditunggu fatwanya, atau seorang
kiai yang dikelilingi ribuan santri, melainkan juga seorang pemikir yang
menulis ratusan risalah (makalah) berbahasa Arab dan Indonesia, dan juga
aktivis LSM yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap problem masyarakat kecil
di sekelilingnya. Penghargaan yang diterima beliau terkait dengan masyarakat
kecil adalah penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa)
dalam bidang pengembangan ilmu fiqh serta pengembangan pesantren dan masyarakat
pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peran
dalam organisasipun sangat signifikan, terbukti beliau dua periode menjabat
Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (1999-2009) dan Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2000-2010. Pada Musyawarah Nasional
(Munas) MUI VII (28/7/2005) Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(NU), itu terpilih kembali untuk periode kedua menjabat Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) masa bakti 2005-2010.
Pada
Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Donohudan, Boyolali, Jateng., Minggu
(28/11-2/12/2004), beliau pun dipilih untuk periode kedua 2004-2009 menjadi
Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU). Pada 26 November 1999,
untuk pertama kalinya dia dipercaya menjadi Rais Aam Syuriah PB NU, mengetuai
lembaga yang menentukan arah dan kebijaksanaan organisasi kemasyarakatan yang
beranggotakan lebih 30-an juta orang itu. KH Sahal yang sebelumnya selama 10
tahun memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah, juga
didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI pada Juni 2000 sampai tahun
2005.
Selain
jabatan-jabatan diatas, jabatan lain yang sekarang masih diemban oleh beliau
adalah sebagai Rektor INISNU Jepara, Jawa Tengah (1989-sekarang) dan pengasuh
Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati (1963 - Sekarang).
Sedangkan
pekerjaan yang pernah beliau lakukan, adalah guru di Pesantren Sarang, Rembang
(1958-1961), Dosen kuliah takhassus fiqh di Kajen (1966-1970), Dosen di
Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati (1974-1976), Dosen di Fak. Syariah IAIN Walisongo
Semarang (1982-1985), Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara
(1989-sekarang), Kolumnis tetap di Majalah AULA (1988-1990), Kolumnis tetap di
Harian Suara Merdeka, Semarang (1991-sekarang), Rais 'Am Syuriyah PBNU
(1999-2004), Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI, 2000-2005), Ketua Dewan
Syari'ah Nasional (DSN, 2000-2005), dan sebagai Ketua Dewan Pengawas Syari'ah
pada Asuransi Jiwa Bersama Putra (2002-sekarang).
Sosok
seperti Kyai Sahal ini kiranya layak menjadi teladan bagi semua orang. Sebagai
pengakuan atas ketokohannya, beliau telah banyak mendapatkan penghargaan,
diantaranya Tokoh Perdamaian Dunia (1984), Manggala Kencana Kelas I
(1985-1986), Bintang Maha Putra Utarna (2000) dan Tokoh Pemersatu Bangsa
(2002).
Sepak
terjang KH. Sahal tidak hanya lingkup dalam negeri saja. Pengalaman yang telah
didapatkan dari luar negeri adalah, dalam rangka studi komparatif pengembangan
masyarakat ke Filipina tahun 1983 atas sponsor USAID, studi komparatif
pengembangan masyarakat ke Korea Selatan tahun 1983 atas sponsor USAID,
mengunjungi pusat Islam di Jepang tahun 1983, studi komparatif pengembangan
masyarakat ke Srilanka tahun 1984, studi komparatif pengembangan masyarakat ke
Malaysia tahun 1984, delegasi NU berkunjung ke Arab Saudi atas sponsor Dar
al-Ifta’ Riyadh tahun 1987, dialog ke Kairo atas sponsor BKKBN Pusat tahun
1992, berkunjung ke Malaysia dan Thailand untuk kepentingan Badan Pertimbangan
Pendidikan Nasional (BPPN) tahun 1997.
D.
Karya-karya KH. MA. Sahal Mahfudz
Kyai
Sahal adalah seorang pakar fiqih (hukum Islam), yang sejak menjadi santri
seolah sudah terprogram untuk menguasai spesifikasi ilmu tertentu yaitu dalam
bidang ilmu Ushul Fiqih, Bahasa Arab dan Ilmu Kemasyarakatan. Namun beliau juga
mampu memberikan solusi permasalahan umat yang tak hanya terkait dengan tiga
bidang tersebut, contohnya dalam bidang kesehatan dan beliau menemukan suatu
bagian tersendiri dalam fiqh.
Dalam
bidang kesehatan Kyai Sahal mendapat penghargaan dari WHO dengan gagasannya
mendirikan taman gizi yang digerakkan para santri untuk menangani anak-anak
balita (hampir seperti Posyandu). Selain itu juga mendirikan balai kesehatan
yang sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit Islam.
Berbicara
tentang karya beliau, pada bagian fiqh beliau menulis seperti Al-Tsamarah
al-Hajainiyah yang membicarakan masalah fuqaha, al-Barokatu al- Jumu’ah ini
berbicara tentang gramatika Arab. Sedangkan karya Kyai Sahal yang berbentuk
tulisan lainnya adalah:
Buku (kumpulan makalah yang diterbitkan):
1.
Thariqatal-Hushul ila Ghayahal-Ushul, (Surabaya: Diantarna, 2000)
2.
Pesantren Mencari Makna, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)
3.
Al-Bayan al-Mulamma' 'an Alfdz al-Lumd", (Semarang: Thoha
Putra, 1999)
4.
Telaah Fikih Sosial, Dialog dengan KH. MA. Sahal Mahfudh,
(Semarang: Suara Merdeka, 1997)
5.
Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 1994)
6.
Ensiklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. Mustofa Bisri dari kitab
Mausu'ah al-Ij ma'). (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987).
7.
Al-Tsamarah al-Hajainiyah, I960 (Nurussalam, t.t)
8.
Luma' al-Hikmah ila Musalsalat al-Muhimmat, (Diktat Pesantren
Maslakul Huda, Pati).
9.
Al-Faraid al-Ajibah, 1959 (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati)
Risalah dan Makalah (tidak diterbitkan):
1.
Tipologi Sumber Day a Manusia Jepara dalam Menghadapi AFTA 2003
(Workshop KKNINISNU Jepara, 29 Pebruari 2003).
2.
Strategi dan Pengembangan SDM bagi Institusi Non-Pemerintah,
(Lokakarya Lakpesdam NU, Bogor, 18 April 2000).
3.
Mengubah Pemahaman atas Masyarakat: Meletakkan Paradigma Kebangsaan
dalam Perspektif Sosial (Silarurahmi Pemda II Ulama dan Tokoh Masyarakat
Purwodadi, 18 Maret 2000).
4.
Pokok-Pokok Pikiran tentang Militer dan Agama (Halaqah Nasional PB
NU dan P3M, Malang, 18 April 2000)
5.
Prospek Sarjana Muslim Abad XXI, (Stadium General STAI al-Falah
Assuniyah, Jember, 12 September 1998)
6.
Keluarga Maslahah dan Kehidupan Modern, (Seminar Sehari LKKNU,
Evaluasi Kemitraan NU-BKKBN, Jakarta, 3 Juni 1998)
7.
Pendidikan Agama dan Pengaruhnya terhadap Penghayatan dan
Pengamalan Budi Pekerti, (Sarasehan Peningkatan Moral Warga Negara Berdasarkan
Pancasila BP7 Propinsi Jawa Tengah, 19 Juni 1997)
8.
Metode Pembinaan Aliran Sempalan dalam Islam, (Semarang, 11
Desember 1996)
9.
Perpustakaan dan Peningkatan SDM Menurut Visi Islam, (Seminar LP
Ma'arif, Jepara, 14 Juli 1996)
10. Arah
Pengembangan Ekonomi dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Seminar Sehari,
Jember, 27 Desember 1995)
11. Pendidikan
Pesantren sebagai Suatu Alternatif Pendidikan Nasional, (Seminar Nasional
tentang Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Peningkatan Kualitas SDM Pasca
50 tahun Indonesia Merdeka, Surabaya, 2 Juli 1995)
12. Peningkatan
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang Berkualitas, (disampaikan dalam Diskusi Panel,
Semarang, 27 Juni 1995)
13. Pandangan Islam
terhadap Wajib Belajar, (Penataran Sosialisasi Wajib belajar 9 Tahun, Semarang
10 Oktober 1994)
14. Perspektif dan
Prospek Madrasah Diniyah, (Surabaya, 16 Mei 1994)
15. Fiqh Sosial
sebagai Alternatif Pemahaman Beragama Masyarakat, (disampaikan dalam kuliah
umum IKAHA, Jombang, 28 Desember 1994)
16. Reorientasi
Pemahaman Fiqh, Menyikapi Pergeseran Perilaku Masyarakat, (disampaikan pada
Diskusi Dosen Institut Hasyim Asy'ari, Jombang, 27 Desember 1994)
17. Sebuah Releksi
tentang Pesantren, (Pati, 21 Agustus 1993)
18. Posisi Umat
Islam Indonesia dalam Era Demokratisasi dari Sudut Kajian Politis, (Forum
Silaturahmi PP Jateng, Semarang, 5 September 1992).
19. Kepemimpinan
Politik yang Berkeadilan dalam Islam, (Halaqah Fiqh Imaniyah, Yogyakarta, 3-5
Nopember 1992)
20. Peran Ulama dan
Pesantren dalam Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Umat, (Sarasehan Opening
RSU Sultan Agung, Semarang, 26 Agustus 1992).
21. Pandangan Islam
Terhadap AIDS, (Seminar, Surabaya,1 Desember 1992)
22. Kata Pengantar
dalam buku Quo Vadis NU karya Kacung Marijan, (Pati, 13 Pebruari 1992)
23. Peranan Agama
dalam Pembinaan Gizi dan Kesehatan Keluarga, Pandangan dari Segi Posisi Tokoh
Agama, Muallim, dan Pranata Agama, (Muzakarah Nasional, Bogor, 2 Desember 1991)
24. Mempersiapkan
Generasi Muda Islam Potensial, (Siaran Mimbar Agama Islam TVRI, Jakarta, 24
Oktober 1991)
25. Moral dan Etika
dalam Pembangunan, (Seminar Kodam IV, Semarang, 18-19 September 1991)
26. Pluralitas
Gerakan Islam dan Tantangan Indonesia Masa Depan, Perpsketif Sosial Ekonomi,
(Seminar di Yogyakarta, 10 Maret 1991)
27. Islam dan
Politik, (Seminar, Kendal, 4 Maret 1989)
28. Filosofi dan
Strategi Pengembangan Masyarakat di Lingkungan NU, (disampaikan dalam Temu
Wicara LSM, Kudus, 10 September 1989)
29. Disiplin dan
Ketahanan Nasional, Sebuah Tinjauan dari Ajaran Islam, (Forum MUIII, Kendal, 8
Oktober 1988)
30. Relevansi
Ulumuddiyanah di Pesantren dan Tantangan Masyarakat, (Mudzakarah, P3M,
Mranggen, 19-21 September 1988)
31. Prospek
Pesantren dalam Pengembangan Science, (Refreshing Course KPM, Tambak Beras,
Jombang 19 Januari 1988)
32. Ajaran Aswaja
dan Kaitannya dengan Sistem Masyarakat, (LKL GP Anshor dan Fatayat, Jepara
12-17 Februari 1988)
33. AIDS dan
Prostisusi dari Dimensi Agama Islam, (Seminar AIDS dan Prostitusi YAASKI,
Yogyakarta, 21 Juni 1987)
34. Sumbangan
Wawasan tentang Madrasah dan Ma'arif, (Raker LP Ma'arif, Pati, 21 Desember
1986)
35. Program KB dan
Ulama, (Pati, 27 Oktober 1986)
36. Hismawati dan
Taman Gizi, (Sarasehan gizi antar santriwati,
37. Administrasi
Pembukuan Keuangan Menurut Pandangan Islam, (Latihan Administrasi Pembukuan dan
Keuangan bagi TPM, Pan, 8 April 1986)
38. Pendekatan Pola
Pesantren sebagai Salah Satu Alternatif membudayakan NKKBS, (Rapat Konsultasi
Nasional Bidang, KB, Jakarta, 23-27 Januari 1984)
39. Pelaksanaan
Pendidikan Kependudukan di Pesantren, (Lokakarya Pendidikan Kependudukan di
Pesantren, (Jakarta, 6-8 Januari 1983)
40. Tanggapan atas
Pokok-Pokok Pikiran Pembaharuan Pendidikan Nasional, (27 Nopember 1979)
41. Peningkatan
Sosial Amaliah Islam, (Pekan Orientasi Ulama Khotib, Pati, 21-23 Pebruari 1977)
42. Intifah
al-Wajadain, (Risalah tidak diterbitkan)
43. Wasmah
al-Sibydn ild I'tiqdd ma' da al-Rahman, (Risalah tidak diterbitkan)
44. I'dnah
al-Ashhdb, 1961 (Risalah tidak diterbitkan)
45. Faid al-Hija
syarah Nail al-Raja dan Nazhdm Safinah al-Naja, 1961 (Risalah tidak
diterbitkan)
46. Al-Tarjamah
al-Munbalijah 'an Qasiidah al-Munfarijah, (Risalah tidak diterbitkan)
(Sumber : http://santripegon.blogspot.com/2011/08/biografi-kh-ma-sahal-mahfudz.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar