Renungan

Jumat, 03 Oktober 2014

Qurban dengan Hewan Betina



Qurban merupakan salah satu amalan sunnah dalam Islam. Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala berbunyi :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap bahimatul an’am (binatang ternak) yang telah direzkikan Allah kepada mereka” (QS. Al-Hajj : 34).

Adapun  mengenai jenis kelamin binatang ternak yang diqurban itu boleh jantan dan boleh juga betina. Al-Syairazi salah seorang ulama Syafi’iyah terkenal mengatakan :
ويجوز فيها الذكر والانثى لما روت أم كرز عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قال (على الغلام شاتان وعلى الجارية شاة لا يضركم ذكرانا كن أو أناثا) وإذا جاز ذلك في العقيقة بهذا الخبر دل على جوازه في الاضحية ولان لحم الذكر أطيب ولحم الانثى أرطب
“Boleh berqurban dengan yang jantan dan betina karena riwayat Ummu Kurz dari Nabi SAW beliau bersabda : “"Anak laki-laki hendaklah diaqiqah dengan dua ekor kambing, sedangkan anak perempuan dengan seekor kambing. Tidak mengapa bagi kalian memilih yang jantan atau betina dari kambing tersebut." Jika dibolehkan jantan dan betina dalam aqiqah berdasarkan hadits di atas, maka ini menunjukkan boleh juga dalam hal qurban. Dan juga karena daging kambing jantan lebih enak, sedangkan kambing betina lebih basah."[1]

Hadits Ummu Kurz di atas telah diriwayat oleh Abu Daud, al-Turmidzi, al-Nisa-i, Ibnu Majah dan lainnya. Imam al-Nawawi mengatakan, hadits tersebut kualitasnya hasan.[2]
Fatwa ulama yang senada dengan ini dapat kita simak antara lain :
1.        Imam al-Nawawi dalam kitab beliau, Majmu’ Syarah al-Muhazzab :
يَصِحُّ التَّضْحِيَةُ بِالذَّكَرِ وَبِالْأُنْثَى بِالْإِجْمَاعِ
“Sah berqurban dengan jantan dan betina secara ijmak ulama.”[3]

2.        Dalam kitab Mughni al-Muhtaj disebutkan :
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﺃﻯ ﺍﻟﺘﻀﺤﻴﺔ ﺑﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎﻉ
“Boleh berqurban dengan jantan dan betina secara ijmak ulama.”[4]

3.        Imam al-Ramli mengatakan :
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﻭﺧﻨﺜﻰ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻭﻟﻮ ﺑﻠﻮﻥ ﻣﻔﻀﻮﻝ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﺃﻓﻀﻞ
“Boleh qurban jantan dan betina, tetapi jantan lebih utama menurut pendapat yang dhahir, meskipun jantan itu bentuknya kurang bagus.”[5]

Berdasarkan keterangan Imam al-Ramli di atas, meskipun yang jenis kelamin betina sah dijadikan qurban, namun yang jantan lebih utama dijadikan sebagai hewan qurban. Hal ini mengingat yang jantan lebih baik dagingnya dan lebih mahal, sedangkan kita disyariatkan agar memilih hewan sebaik mungkin untuk  qurban. Sehingga pahalanya lebih besar. Allah berfirman :
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Artinya : Barang siapa yang mengagungkan syiar Allah maka itu menunjukkan ketakwaan hati.” (Q.S. al-Hajj : 32)



[1] Al-Syairazi, al-Muhazzab, (dicetak dalam Majmu’ Syarah al-Muhazzab), Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. VIII, Hal. 364
[2] Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. VIII, Hal. 364
[3] Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. VIII, Hal. 369
[4] Khatib Syarbaini, Mughni al-Muhtaj, Darul Ma’rifah, Beirut, Juz. IV, Hal. 379
[5] Al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VIII, Hal. 133

1 komentar: