Qurban merupakan salah satu amalan sunnah dalam Islam. Ini
sesuai dengan firman Allah Ta’ala berbunyi :
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
Artinya
: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap bahimatul an’am (binatang ternak) yang
telah direzkikan Allah kepada mereka” (QS. Al-Hajj : 34).
Adapun mengenai jenis
kelamin binatang ternak yang diqurban itu boleh jantan dan boleh juga betina.
Al-Syairazi salah seorang ulama Syafi’iyah terkenal mengatakan :
ويجوز فيها الذكر والانثى لما روت أم كرز
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قال (على الغلام شاتان
وعلى الجارية شاة لا يضركم ذكرانا كن أو أناثا) وإذا جاز ذلك في العقيقة بهذا الخبر
دل على جوازه في الاضحية ولان لحم الذكر أطيب ولحم الانثى أرطب
“Boleh berqurban dengan yang jantan dan betina karena riwayat
Ummu Kurz dari Nabi SAW beliau bersabda : “"Anak laki-laki hendaklah
diaqiqah dengan dua ekor kambing, sedangkan anak perempuan dengan seekor
kambing. Tidak mengapa bagi kalian memilih yang jantan atau betina dari kambing
tersebut." Jika dibolehkan jantan dan betina dalam aqiqah berdasarkan
hadits di atas, maka ini menunjukkan boleh juga dalam hal qurban. Dan juga karena
daging kambing jantan lebih enak, sedangkan kambing betina lebih basah."[1]
Hadits Ummu Kurz di atas telah diriwayat oleh Abu Daud,
al-Turmidzi, al-Nisa-i, Ibnu Majah dan lainnya. Imam al-Nawawi mengatakan,
hadits tersebut kualitasnya hasan.[2]
Fatwa ulama yang senada dengan ini dapat kita simak antara
lain :
1.
Imam al-Nawawi dalam kitab beliau,
Majmu’ Syarah al-Muhazzab :
يَصِحُّ التَّضْحِيَةُ بِالذَّكَرِ
وَبِالْأُنْثَى بِالْإِجْمَاعِ
“Sah berqurban dengan jantan dan
betina secara ijmak ulama.”[3]
2.
Dalam kitab Mughni al-Muhtaj disebutkan :
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﺃﻯ ﺍﻟﺘﻀﺤﻴﺔ ﺑﻜﻞ
ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎﻉ
“Boleh berqurban dengan jantan dan
betina secara ijmak ulama.”[4]
3.
Imam al-Ramli mengatakan :
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﻭﺧﻨﺜﻰ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻭﻟﻮ
ﺑﻠﻮﻥ ﻣﻔﻀﻮﻝ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﺃﻓﻀﻞ
“Boleh qurban jantan dan betina,
tetapi jantan lebih utama menurut pendapat yang dhahir, meskipun jantan itu
bentuknya kurang bagus.”[5]
Berdasarkan keterangan Imam al-Ramli di atas, meskipun yang
jenis kelamin betina sah dijadikan qurban, namun yang jantan lebih utama dijadikan
sebagai hewan qurban. Hal ini mengingat yang jantan lebih baik dagingnya dan
lebih mahal, sedangkan kita disyariatkan agar memilih hewan sebaik mungkin
untuk qurban. Sehingga pahalanya lebih
besar. Allah berfirman :
وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Artinya : Barang
siapa yang mengagungkan syiar Allah maka itu menunjukkan ketakwaan hati.” (Q.S.
al-Hajj : 32)
[1] Al-Syairazi, al-Muhazzab,
(dicetak dalam Majmu’ Syarah al-Muhazzab), Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz.
VIII, Hal. 364
[2] Al-Nawawi, Majmu’
Syarah al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. VIII, Hal. 364
[3]
Al-Nawawi, Majmu’
Syarah al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. VIII, Hal. 369
[4] Khatib
Syarbaini, Mughni al-Muhtaj, Darul Ma’rifah, Beirut, Juz. IV,
Hal. 379
[5] Al-Ramli, Nihayah
al-Muhtaj, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. VIII, Hal. 133
BalasHapusalhamdulillah terimakasih atas informasi mengenai kurbannya