Renungan

Senin, 27 Juli 2015

Letak Neraka



Dalam kitabnya Itmam al-Dirayah li Qurra-i al-Niqayah, al-Suyuthi menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai lokasi letak neraka dalam tiga pendapat, yakni :
1.    Ada yang mengatakan, neraka berada di bawah bumi.
Pendapat ini didasarkan kepada riwayat Ibnu Abd al-Barr dari hadits Ibnu Umar secara marfu’, berbunyi :
لا يركب البحر إلا غاز أو حاج أو معتمر فان تحت البحر نارا
Artinya : Janganlah pergi melaut kecuali mereka yang akan berperang, haji, atau menunaikan umrah. Sesungguhnya di bawah lautan itu adalah neraka.

Namun Ibnu Abd al-Barr sendiri menyatakan, hadits ini dhaif.
Hadits lain sebagai sandarannya adalah hadits yang juga diriwayat oleh Ibnu Abd al-Barr dari Ibnu Umar secara mauquf, berbunyi :
لا يتوضأ بماء البحر لأنه طبق جهنم
Artinya : Janganlah berwudhu dengan air laut, sesungguhnya lautan adalah tangga bagi neraka.

Hadits ini oleh Ibnu Abd al-Barr juga dinyatakan dhaif.
Hadits lain sebagai sandaran pendapat ini yang dikemukakan oleh al-Suyuthi adalah hadits yang dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Syu'ab al-Iman, dari Wahab ibn Munabbih, berkata :
إِذَا قَامَتِ الْقِيَامَةُ أَمَرَ بِالْفَلَقِ ، فَيُكْشَفُ عَنْ سَقرَ، وَهُوَ غِطَاؤُهَا ، فَيَخْرُجُ مِنْهُ نَارٌ فَإِذَا وَصَلَتِ الْبَحْرَ الْمُطْبَقَ عَلَى شَفِيرِ جَهَنَّمَ، وَهُوَ بَحْرُ الْبُحُورِ، نَسَفَتْهُ أَسْرَعَ مِنْ طَرْفَةِ الْعَيْنِ وَهُوَ حَاجِزٌ بَيْنَ جَهَنَّمَ وَالأَرَضِينَ السَّبْعِ ، فَإِذَا انْشَفتْ اشْتَعَلَتْ فِي الأَرَضِينَ السَّبْعِ فَتَدَعَهَا جَمْرَةً وَاحِدَةً
Artinya : Ketika kiamat terjadi Allah berfirman pada cakrawala dan terbukalah neraka saqar yang mana cakrawala semula menjadi tutupnya, lalu keluar api yang ketika sampai pada seluruh lautan - dimana laut menjadi tepi batas neraka jahannam - maka api itu mengeringkan lautan lebih cepat dari kedipan mata. Laut menjadi pembatas antara neraka jahannam dan tujuh bumi. Ketika mengering maka laut menyala pada tujuh bumi dan meninggalkannya menjadi onggokan bara api.

2.    Pendapat lain mengatakan neraka berada di atas hamparan bumi.
Pendapat ini didasarkan atas riwayat Wahab ibn Munabbih, beliau berkata :
أشرف ذو القرنين على جبل قاف فرأى تحته جبالا صغارا إلى أن قال يا قاف أخبرنى عن عظمة الله فقال إن شأن ربنا لعظيم إن ورائى أرضا مسيرة خمسمائة عام فى خمسمائة عام من جبال ثلج يحطم بعضها بعضا ولولا هى لاحترقت من جهنم
Artinya : Dzul Qarnain mendaki Gunung Qaf lalu terlihat di bawahnya ada gunung lain yang lebih kecil…..dst, Dzul Qarnain berkata: Gunung Qaf, beritahukanlah padaku akan keagungan Allah. Jawabnya: Sesungguhnya urusan Tuhanku sungguh agung. Di belakangku berjarak langkah lima ratus tahun terdapat sebuah bumi, dimana pada jarak langkah lima puluh tahunnya terdapat pegunungan bersalju yang satu sama lain senantiasa runtuh. Jika bukan karena pegunungan es itu niscaya aku sudah terbakar oleh neraka.

Riwayat lain yang mendukung pendapat ini adalah riwayat al-Harits bin Usamah dalam musnadnya dari Abdullah bin Salam, beliau berkata :
الجنة فى السماء والنار فى الأرض
Artinya : Surga berada di atas langit, sedangkan neraka berada di atas bumi.

3.    Pendapat yang ketiga, neraka di atas langit.
Al-Suyuthi tidak menyebut dalil pendapat yang ketiga ini.
Pada awal pembahasan mengenai letak neraka dalam kitab ini, al-Suyuthi mengatakan :
“Kita berpendapat tawaqquf (tidak berpendapat apa-apa) masalah letak lokasi neraka, karena tidak diketahui lokasinya kecuali hanya Allah. Menurutku, tidak ada hadits yang shahih yang dapat menjadi pegangan tentang ini.”[1]

Al-Qurthubi setelah mengutip dua riwayat Ibnu Abd al-Barr dari hadits Ibnu Umar dan kisah Dzul Qarnain versi riwayat Wahab ibn Munabbih di atas, beliau mengatakan :
“Syeikh rahimallah mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa neraka ada di permukaan bumi, hanya Allah yang tahu di mana letaknya dan di bagian bumi sebelah mana.”[2]

Ibnu al-Rajab al-Hanbali dalam kitabnya, al-Takwif min al-Naar menyebut beberapa hadits serta komentarnya mengenai letak lokasi neraka, yakni sebagai berikut :
1.    Telah diriwayat oleh ‘Athiah dari Ibnu Abbas, beliau berkata :
الجنة في السماء السابعة و يجعلها الله حيث يشاء يوم القيامة و جهنم في الأرض السابعة
Artinya : Surga berada di langit ketujuh. Allah menjadikannya dimana yang dia mau ketika hari qiyamat. Sedangkan neraka jahannam berada di lapisan bumi yang ketujuh. (Hadits ditakhrij oleh Abu Nu’aim.)

2.    Ibnu Mandah telah mentakhrij dari hadits Abu Yahya al-Qattaat dari Mujahid, beliau mengatakan,
قلت لابن عباس : أين الجنة ؟ قال : فوق سبع سموات قلت : فأين النار ؟ قال : تحت سبع أبحر مطبقة
Artinya : Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, “Dimanakah letak surga ?” Beliau menjawab : “Di atas tujuh langit”. Lalu aku bertanya lagi, “Dimanakah letak Neraka ?” Beliau menjawab, “Di bawah tujuh lapis laut yang bertingkat-tingkat.”

3.    Al-Baihaqi meriwayat dengan sanad dhaif dari Abi al-Za’raa’ dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata :
الْجَنَّةُ فِي السَّمَاءِ السَّابِعَةِ الْعُلْيَا، وَالنَّارُ فِي الْأَرْضِ السَّابِعَةِ السُّفْلَى  ثُمَّ قَرَأَ: إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ) المطففين/ 18( و  إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ  )المطففين/ 7 (
Artinya : Surga berada di langit ketujuh yang tertinggi sedangkan neraka berada di bumi lapisan ketujuh yang paling rendah’. Kemudian beliau membaca Firman Allah :
Sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin”.(QS. Al Muthoffifin : 18) dan firman Allah :  “Sesungguhnya kitab orang-orang yangtersimpan dalam Sijjin”.(QS. Al Muthoffifin : 7)

4.    Dari Abdullah bin Salam, beliau berkata :
إن الجنة فى السماء وإن النار فى الأرض
Artinya : Sesungguhnya surga berada di atas langit, sedangkan neraka berada di atas bumi.(Telah ditakhrij oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Abi Dun-ya)

5.    Dari Qatadah, beliau berkata :
كانوا يقولون  إن الجنة في السموات السبع ، وإن جهنم لفي الأرضين السبع .
Artinya : Mereka mengatakan sesungguhnya surge pada langit ketujuh, sedangkan neraka jahannam dalam bumi yang ketujuh.(H.R. Ibnu Abi Dun-ya)[3]

Kesimpulan
1.      Terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan letak lokasi neraka, yakni :
a.       Tawaqquf (tidak menentukan di mana lokasinya), karena tidak ada dalil yang shahih yang dapat dipegangi. Ini merupakan pendapat al-Suyuthi.
b.      Berpendapat neraka berada dipermukaan bumi. Cuma kita tidak tahu dimana letak lokasinya di permukaan bumi itu. Al-Qurthubi cenderung kepada pendapat ini
c.       Berpendapat neraka berada di lapisan bumi ketujuh. Ibnu al-Rajab lebih cenderung kepada pendapat ini.
2.      Yang menjadi pokok akidah kita adalah neraka itu ada dan haq. Sedangkan mengenai lokasi letaknya tidak menjadi pokok akidah.



[1] Al-Suyuthi, Itmam al-Dirayah li Qurra-i al-Niqayah, al-Mathba’ Mudhahir  al-‘Ajaib, Hal. 14-15
[2] Al-Qurthubi, al-Tazkirah, Dar al-Minhaj, Riyadh, Juz. 854-855
[3] Ibnu al-Rajab al-Hanbali, al-Takwif  min al-Naar, Maktabah al-Muayyad, Hal. 62-63

Jumat, 24 Juli 2015

Dimanakah Surga



abdullah: tgk, mohon penjelasannya tentang dimanakah letak syurga dan neraka menurut versi ulama kita

Jawab :
Dalam Surat an-Najm, Allah menceritakan keadaan Sidratul Muntaha, yakni firman Allah berbunyi :
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
Artinya : Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu pada waktu yang lain di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga al-Ma’wa. (QS. An-Najm: 13 – 15).

Dalam ayat di atas juga dijelaskan bahwa surga al-Ma’wa berada dekat Sidratul Muntaha, sedangkan Sidratul Muntaha berdasarkan riwayat yang shahih berada pada langit yang ketujuh. Dalam mengomentari ayat di atas, Abu Bakar al-Jashas (seorang tokoh ulama bermazhab Hanafi) mengatakan, ayat ini menunjukkan bahwa Nabi SAW sesungguhnya naik ke langit dan ke surga.[1]
Imam al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ المُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلاَلُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا  كَأَنَّهُ آذَانُ الفُيُولِ فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ، وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: أَمَّا البَاطِنَانِ: فَفِي الجَنَّةِ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ: النِّيلُ وَالفُرَاتُ
Artinya : (Ketika kami tiba pada langit ketujuh) diperlihatkan kepadaku Sidratul-Muntaha. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. (H.R. Bukhari )[2]

Al-Baidhawi mengatakan, telah diriwayat secara marfu’ bahwa Sidratul Muntaha berada pada langit ketujuh.[3]
Kemudian dalam hadis dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ، فَاسْأَلُوهُ الفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ وَأَعْلَى الجَنَّةِ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ
Artinya : Apabila kalian berdoa kepada Allah, mintalah kepada-Nya surga al-Firdaus. Karena surga Firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atas surga ini ada Arsy Allah ar-Rahman. Dari surga firdaus, bersumber sungai-sungai ke seluruh surga. (H.R. al-Bukhari )[4]

Mengomentari penggalan hadits  Di atas surga ini ada Arsy Allah ar-Rahman”, Ibnu Mulaqqin mengutip penjelasan Ibnu al-Tiin, yakni : “Arasy berada di atas semua syurga”.[5]

Kesimpulan :
1.      Sidratul Muntaha berdasarkan riwayat yang shahih berada pada langit yang ketujuh.
2.      Surga juga berada pada langit ketujuh, karena surga berada dekat Sidratul Muntaha
3.      Surga berada pada langit ke tujuh dan di bawah arasy.







[1] Al-Jashas, Ahkam al-Qur’an, Darul Fikri, Beirut, Juz. III, Hal. 616
[2] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri, al-Maktabah al-Salafiyah, Juz. VI, Hal.302- 303, No hadits : 3207
[3] Al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, Muassisah Sya’ban, Juz. V, Hal. 102
[4] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri, al-Maktabah al-Salafiyah, Juz. VI, Hal. 11, No hadits : 2790
[5] Ibnu Mulaqqin, al-Tauzhih li Syarh al-Jami’ Shahih, Wazarah al-Awqaf wa al-Syuun al-Islamiyah, Qatar, Juz. VII, Hal. 350