1. Pengertian bermazhab.
Yang wajib bagi umat Islam adalah mengikuti
Allah dan Rasul-Nya. Namun tidak semua orang memahami petunjuk-petunjuk dalam
kitab suci al-Quran dan al-hadits, karena tidak semua dari kita memahami bahasa
al-Quran keduanya. Tetapi karena ada ayat-ayat dan hadits yang memerlukan
analisis dan pendalaman yang untuk melakukannya dibutuhkan banyak syarat. Dari
sini, mereka yang memenuhi syarat-syarat itu tampil melakukan apa yang dinamai
ijtihad, dan hasil ijtihad mereka itulah yang dinamai mazhab. Dengan demikian
mazhab pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap firman Allah dan hadits Rasul
SAW. Pada saat seseorang mengikutinya, pada hakikatnya dia tidak mengikuti
seorang imam mazhab, tapi mengikuti Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan yang
dipahami oleh imam mazhab itu.
Al-Syaikh
Ramadhan al-Buthi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bermazhab adalah:
أن يقلد العامي أو من لم يبلغ رتبة
الإجتهاد مذهب إمام مجتهد سواء التزم واحد بعينه أو عاش يتحول من واحد على آخر
Bertaklidnya
orang awam atau orang yang belum mencapai peringkat mampu berijtihad kepada
mazhab imam mujtahid, baik ia terikat pada satu mazhab tertentu atau ia hidup
berpindah dari satu mazhab ke mazhab yang lainnya. (Alla Mazhabiyyah /17)
2.
Kewajiban bermazhab
Bermazhab
merupakan konsekwensi logis ketika seseorang tidak mempunyai kemampuan memahami
petunjuk-petunjuk dalam kitab suci al-Quran dan al-hadits. Dengan sebab
demikian, orang yang termasuk dalam golongan ini berkewajiban mengikuti salah
satu mazhab yang ada. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana sebagian umat
Islam yang yang tidak mengerti bahasa Al-Quran dan al-hadits serta tidak
mengerti mutlaq, ‘am, asbabun nuzul, asbabul wurud hadits dan disiplin ilmu
lainnya dipaksa memahami hukum fiqh yang terkandung di dalamnya. Alhasil,
bermazhab merupakan satu satunya solusi bagi orang awam dan yang tidak
mempunyai kemampuan berijtihad dalam mengamalkan ajaran Islam. Bermazhab
sebagaimana dijelaskan di atas, pada hakikatnya dia tidak mengikuti seorang
imam mazhab, tapi mengikuti Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan yang dipahami
oleh imam mazhab itu. Allah Ta’ala berfirman :
فَاسْـَٔلُوْٓا
اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,(Q.S.
al-Nahl : 43)
Ada dua
golongan umat Islam dalam bermazhab, yang pertama ; ulama yang
taqlid kepada qawaid imam mazhabnya, tidak pada furu’ fiqhnya. Mereka ini
berijtihad pada hukum fiqh sebagaimana lumrahnya seorang mujtahid mutlaq, akan
tetapi dalam berijtihad menggunakan metodelogi atau qawaid yang digunakan oleh
imamnya. Dengan pertimbangan tersebut mereka ini sering menisbahkan dirinya
atau mengaku bermazhab kepada imamnya. Pembagian pertama ini sering disebut
sebagai mujtahid muntasib. Dalam mazhab Syafi’i, ulama seperti ini umumnya
merupakan murid-murid dari Imam Syafi’i seperti al-Muzaniy, al-Buwaithiy dan
lain-lain. Sehingga tidak heran, Imam Syafi’i melarang mereka taqlid kepada
beliau dalam fiqh, karena mereka ini mempunyai kemampuan berijtihad, meskipun
tetap bertaqlid dan menggunakan qawaid Imam Syafi’i. Larangan ini antara lain
dapat diperhatikan dari ucapan Imam
al-Muzaniy
لاقربه على من اراده مع اعلاميه نهيه عن تقليده وتقليد
غيره
Sesungguhnya
telah aku mempermudah ilmu Syafi’i atas orang-orang yang menginginkannya serta
ada pemberitahuan dari Syafi’i atas larangan taqlid kepada beliau dan kepada
selainnya.(Mukhtashar
al-Muzani I/7)
Yang kedua ; Yang tidak mampu berijtihad sama
sekali. Mereka ini diharuskan bertaqlid tentang hukum fiqh kepada mazhab
yang ada sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
3. Bermazhab
dengan salah satu mazhab yang empat
Sebagaimana dijelaskan di
atas, mazhab adalah hasil ijtihad imam mujtahid. Sebenarnya mazhab fiqh tidak
terbatasi hanya empat mazhab. Dalam perkembangan sejarah fiqh, mazhab yang
sempat hidup dan ada pengikut yang mempelajarinya sebagai sebuah disiplin ilmu
mencapai lebih kurang sebelas mazhab, yakni mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hanbali, Sufyan Tsuriy, al-Laits bin Sa’ad, Ishaq bin Rahawaih, Ibn Jarir,
Sufyan bin ;’Aiyinah, al-Auza’i dan mazhab Daud. (Sab’atul Kutubil Mufidah :
58) Namun seiring berjalannya waktu, sebagian mazhab-mazhab tersebut hilang
dari peredaran dunia Islam dan kitab-kitab sebagai rujukannya juga tidak diketahui
lagi. Hanya empat mazhab yang kita kenal hari ini, yakni mazhab Maliki, Hanafi,
Syafi’i dan Hanbali yang dapat bertahan dan terus dipelihara oleh muridnya dari
satu generasi ke generasi berikutnya sampai kepada zaman sekarang dengan semua
penjelasannya (syarah dan hasyiahnya) dan bukan hanya sepenggal-sepenggal
sebagaimana halnya mazhab lain yang sudah hilang. Karena itu, bermazhab dengan
salah satu mazhab yang empat merupakan konsekwensi logis dari perkembangan
mazhab fiqh dalam dunia Islam. Hanya empat mazhab fiqh yang ada hari ini yang masih
dapat dipercaya keasliannya. Karena itu, seandainya mazhab selain yang empat
masih dapat dipercaya keasliannya dan hukum fiqhnya lengkap dengan segala
syarat dan yang berhubungan dengannya, maka tidak diragukan kebolehan
mengikutinya juga. Abubakar Syatha mengatakan,
(قوله: لا غيرها) أي غير المذاهب الاربعة، وهذا إن لم يدون مذهبه،
فإن دون جاز كما في التحفة ونصها: يجوز تقليد كل من الأئمة الاربعة، وكذا من
عداهم ممن حفظ مذهبه في تلك المسألة ودون حتى عرفت شروطه وسائر معتبراته، فالاجماع
الذي نقله غير واحد على منع تقليد الصحابة، يحمل على ما فقد فيه شرط من ذلك.اه
Perkataan
pengarang : tidak boleh taqlid selain mazhab empat. Ini apabila mazhabnya tidak
dibukukan. Adapun jika ada dibukukan, maka boleh sebagaimana penjelasan dalam
Tuhfah. Nashnya : boleh taqlid setiap mazhab yang empat dan demikian juga
mazhab selainnya yang terpelihara dan dibukukan mazhabnya dalam suatu masalah
sehingga diketahui syarat-syaratnya serta yang berhubungan dengannya. Adapun
ijmak yang dikutip bukan hanya satu orang terlarang taqlid mazhab para sahabat
Nabi SAW dipertempatkan kepada yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. (I’anah al-Thalibin IV/250)
4.
Bermazhab lintas mazhab
Yang dimaksud bermazhab
lintas mazhab di sini adalah seseorang tidak mengikat diri dalam beramal dengan
satu mazhab saja. Tidak ada larangan seseorang berpindah dari satu mazhab
kepada mazhab lainnya selama dia menguasai mazhab yang diamalkannya dengan
segala syarat dan yang berhubungan dengannya serta selama tidak terjadi talfiq
dan mencari-cari keringanan. Contoh talfiq, seseorang melakukan shalat dengan
wudhu’nya yang hanya menyapu sebagian kepala karena taqlid kepada mazhab
Syafi’i kemudian dia tidak melakukan sama’ sebab tersentuh jilatan anjing
dengan taqlid kepada mazhab Maliki. Mencampurkan dua mazhab ini dalam shalat,
tentu tidak diakui oleh kedua mazhab tersebut. Shalatnya tidak sah menurut
mazhab Syafi’i, karena najis anjing dan tidak sah menurut mazhab Maliki, karena
wudhu’nya tidak sempurna yang semestinya menurut mazhab Maliki harus disapu
semua bagian kepala. Ibnu Hajar al-Haitamiy mengatakan,
وَأَنَّهُ يَجُوزُ لِلْعَامِّيِّ أَيْ مَنْ لَمْ
يَتَأَهَّلْ لِمَعْرِفَةِ الْأَدِلَّةِ عَلَى قَوَانِينِهَا تَقْلِيدُ مَنْ شَاءَ
مِنْ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا مَا لَمْ يَتَتَبَّعْ الرُّخَصَ أَوْ
يَحْصُلْ تَلْفِيقٌ لَا يَقُولُ بِهِ أَحَدٌ مِمَّنْ قَلَّدَهُمْ
Boleh bagi orang awam yakni orang yang bukan
ahli mengenal dalil-dalil sesuai dengan aturannya dibolehkan bertaqlid kepada
imam mazhab mana saja, baik Syafi’i, Malik dan selain keduanya selama tidak
sekedar mengikuti yang ringan-ringan saja atau terjadi talfiq yang tidak
dikatakan oleh salah seorang dari para mujtahid yang ditaqlidnya. (Al-Fatawa
al-Kubraa al-Fiqhiyah I/251)
Imam al-Nawawi mengatakan,
والذي
يقتضيه الدليل أنه لا يلزمه التمذهب بمذهب، بل يستفتي من شاء أو من اتفق، لكن من
غير تلقط الرخص، ولعل من منعه لم يثق بعدم تلقطه.
Adapun yang ditunjukkan oleh dalil adalah bahwa tidak wajib bagi
seseorang untuk melazimi mazhab tertentu. Akan tetapi, dia boleh untuk meminta
fatwa kepada ulama mujtahid siapa pun yang dia kehendaki atau yang dia temui,
akan tetapi tidak boleh mencari-cari keringanan. Para ulama yang melarang hal
ini bisa jadi tidak yakin akan tidak adanya perbuatan mencari-cari keringanan
ini.(Raudhah al-Thalibin XI/117)
Wallahua’lam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar