Renungan

Selasa, 30 Juli 2013

Bolehkah shalat sunat lagi setelah witir ?


Pertanyaan di atas sering sekali muncul dari umat Islam, mengingat shalat witir dianggap sebagai shalat penutup shalat sunnat malam sebagaimana hadis dari Abdullah bin Umar r.a, Nabi SAW bersabda :
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاتِكُم بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Artinya : Akhirilah shalat kalian pada malam hari dengan shalat witir. (Muttafaqun ‘alaihi)[1]

Perintah menutup shalat malam dengan witir ini hukumnya adalah sunnat, artinya apabila seseorang masih melakukan shalat malam seperti tahajjud sesudah witir, maka shalat tahajjud tersebut sah adanya dan tetap mendapat fadhilah tahajjud. Hal ini karena Rasulullah SAW sendiri pernah melakukan shalat dua raka’at setelah shalat witir sebagaimana riwayat Muslim dari Aisyah, beliau berkata :
ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّ التَّاسِعَةَ، ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ،
Artinya : Kemudian Rasulullah SAW bangun untuk melaksanakan rakaat kesembilan, hingga beliau duduk tasyahud, beliau memuji Allah dan berdoa. Lalu beliau salam agak keras, hingga kami mendengarnya. Kemudian sesudah itu, beliau shalat dua rakaat sambil duduk (H.R. Muslim)[2]

Dalam mengomentari hadits ini, Imam al-Nawawi dalam Majmu’ Syarh al-Muhazzab mengatakan bahwa hadits ini merupakan bayan al-jawaz (menjelaskan kebolehan) melakukan shalat dua raka’at sesudah witir, bukan menunjukkan sebagai amalan utama mengingat banyak sekali perintah dari hadits menutup shalat malam dengan witir.[3]  Pada halaman lain, Imam al-Nawawi mengatakan :
إذَا أَوْتَرَ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ ثُمَّ قَامَ وَتَهَجَّدَ لَمْ يُنْقَضْ الْوِتْرُ عَلَى الصَّحِيحِ الْمَشْهُورِ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ بَلْ يَتَهَجَّدُ بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ شَفْعًا
Artinya : Apabila seseorang witir sebelum tidur, kemudian bangun melakukan shalat tahajjud, maka tidak digugurkan witir* berdasarkan pendapat shahih yang masyhur. Dengannya, Jumhur meng-qatha’-nya. Bahkan hendaknya bertahajjud dengan raka’at genap yang mudah baginya.[4]

Satu halaman berselang setelahnya, beliau mengatakan :
إذَا أَوْتَرَ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ نَافِلَةً أَمْ غَيْرَهَا فِي اللَّيْلِ جَازَ بِلَا كَرَاهَةٍ وَلَا يُعِيدُ الْوِتْرَ كَمَا سَبَقَ
Artinya : Apabila seseorang sudah melakukan witir, kemudian merencanakan shalat sunnat nafilah atau lainnya pada malam, maka boleh tanpa makruh dan tidak diulangi lagi witirnya sebagaimana penjelasan sebelumnya.[5]

Imam al-Ramli mengatakan :
ولا يكره التهجد بعد الوتر لكن ينبغي ان يؤخره عنه قليلا
Artinya : Tidak makruh tahajjud sesudah witir, tetapi hendaknya ditakhirkan dari witir sedikit.[6]


Kesimpulan :
Apabila seseorang sudah melakukan witir, kemudian merencanakan shalat sunnat nafilah atau lainnya pada malam, maka boleh tanpa makruh dan tidak diulangi lagi witirnya sebagaimana penjelasan sebelumnya. Bahkan seandai seseorang mengulangi witirnya, maka shalat witir tersebut tidak sah berdasarkan hadits Nabi SAW berbunyi :
لا وتران في ليلة
Artinya : Tidak ada dua witir dalam semalam (H.R. Abu Daud, Turmidzi dan al-Nisa-i. Turmidzi mengatakan, hadits hasan)[7]


* Yang dimaksud dengan menggugurkan witir adalah melakukan shalat satu raka’at sesudah tidur untuk menggenapkan witir yang sudah dilakukan sebelum tidur, kemudian baru melakukan shalat tahajjud, lalu melakukan witir kembali.[8]



[1] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 323-324,  No. Hadits : 24
[2] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 513, No. Hadits : 746
[3] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Minhaj, Jeddah, Juz. III, Hal. 511-512
[4] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Minhaj, Jeddah, Juz. III, Hal. 509
[5] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Minhaj, Jeddah, Juz. III, Hal. 511
[6] Al-Bujairumy, al-Bujairumy ‘ala al-Khatib, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. II, Hal. 60
[7] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Minhaj, Jeddah, Juz. III, Hal. 509
[8] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Minhaj, Jeddah, Juz. III, Hal. 509

9 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum teungku kami yang mulia saya mau bertanya,,mlm ini ada saya dapati teungku yang shalat sunnat seulamat iman dan shalat sunnat taubat..apakah ulama-ulama syafi'iyah terdahulu semisal Imam Nawawi dan Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami ada mengatakan perihal shalat ini didalam kitab-kitab mereka? mohon penjelasan teungku...terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mengenai shalat nisfu sya'ban pernah kami bahas dalam :
      http://kitab-kuneng.blogspot.com/2011/08/shalat-nisfu-syaban.html

      wassalam

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. berdasarkan tulisan kami dalam link tersebut, maka tidak ada shalat khusus yang di sunnah kan pada mlm nisfu sya'ban, namun tentu kita di bolehkan melakukan shalat sunnat yang sunnah dilakukan kapan saja seperti tasbih, shalat taubat utk mengisi malam nisfu sya'ban. adapun shalat sunat selamat iman kami blm pernah mendengarnya dari fatwa ulama.
      wassalam

      Hapus
  2. trimakasih atas jawaban teungku,,,tetapi apakah ada dalil tentang sunnatnya shalat sunnat taubat? atau bid'ah yang bagaimana lagi itu tgku? trimong geunaseh

    BalasHapus
    Balasan
    1. link : http://www.alkhoirot.net/2012/04/shalat-taubat.html , mungkin dapat membantu sdr

      wassalam

      Hapus
  3. Ustadz. Boleh mintak pib. Bb antum... Syukron

    BalasHapus