Sebagaimana dimaklumi dalam agama Islam
ada kepercayaan bahwa setan merupakan makhluq gaib penggoda manusia di dunia
sebagaimana firman Allah Ta’ala :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا
تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ
فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya setan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. (Q.S.
an-Nuur: 21)
Namun dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan
khusus pada bulan Ramadhan setan-setan tersebut dibelenggu sebagaimana hadits
di bawah ini :
ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﻓُﺘِّﺤَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻏُﻠِّﻘَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﺳُﻠْﺴِﻠَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ
Apabila telah masuk bulan Ramadhan,
terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan
pun terbelenggu (H.R. Bukhari)[1]
Dalam riwayat lain disebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
(H.R.
Muslim)
Dalam menafsirkan
hadits ini, mari kita ikuti pembahasan berikut ini :
1. Masalah penyebutan “Ramadhan”
tanpa didahulukan perkataan “bulan”.
Dalam menyikapi
masalah ini, para ulama berbeda pendapat dalam tiga kelompok :
a. Pengikut mazhab Malik, tidak
boleh menyebutnya tanpa didahulukan perkataan “bulan”. Yang boleh diucap “bulan
Ramadhan”. Kelompok ini mendakwakan bahwa Ramadhan adalah nama Allah. Karena
itu, tidak boleh disebut untuk selain Allah kecuali ada qaidnya.
b. Kebanyakan pengikut mazhab
Syafi’i dan Ibn al-Baqilaniy berpendapat, seandainya ada qarinah penggunaannya
kepada nama bulan, maka tidak makruh. Adapun apabila tidak ada qarinahnya, maka
makruh. Karena itu, boleh mengatakan “Aku puasa Ramahan” dan “Ramadhan
seutama-utama bulan” dan yang sejenisnya. Makruh mengatakan, “Telah tiba
Ramadhan” dan sejenisnya.
c. Imam al-Bukhari dan
para ulama muhaqqiqiin berpendapat, tidak makruh secara mutlaq, baik ada
qarinah maupun tidak ada qarinah.
Imam al-Nawawi
mengatakan, pendapat ketiga ini yang benar, sedangkan pendapat pertama dan
kedua tidak shahih. Karena makruh hanya dapat ditetapkan dengan sebab ada
larangan syara’, sedangkan larangan tersebut
tidak ada. Demikian juga tidak sah penjelasan mereka bahwa Ramadhan
merupakan salah satu nama Allah. Karena nama Allah sifatnya tauqif, tidak
disebut sebagai nama Allah kecuali dengan ada dalil yang shahih. Seandainyapun
diterima Ramadhan merupakan sebuah nama, itupun tidak menunjukkan kepada
makruh. Kemudian al-Nawawi menegaskan, hadits di atas secara sharih menolak dua
pendapat ini. Demikian juga banyak hadits-hadits lain dalam Shahih Muslim ada
penyebutan “Ramadhan” bermakna bulan tanpa ada penyebutan “bulan” sebelumnya.[2]
2. Terjadi perbedaan
pendapat para ulama dalam menafsirkan hadits ini, khususnya . penggalan hadits “terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan
setan-setan pun terbelenggu”. Ada ulama yang
menafsirnya sesuai dengan makna dhahirnya. Sementara itu, ada ulama yang
mentakwilnya kepada makna majazi. Al-Qurthubi salah seorang ulama kita yang
berpendapat lebih rajih kepada makna zhahir. Karena bagaimanapun makna dhahir
adalah makna hakikat sebuah lafazh yang tidak boleh ditakwil kepada makna lain
kecuali ada qarinah yang menghalanginya. Seandainya ada pertanyaan, mengapa kita masih melihat banyak kejahatan dan kemaksiatan terjadi
di bulan Ramadhan, padahal jika memang setan-setan telah dibelenggu, tentunya
hal itu tidak akan terjadi? Al-Qurthubi menjawab :
a. Kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang-orang yang berpuasa
apabila pelaksanaan puasanya memperhatikan syarat-syarat puasa dan menjaga
adab-adabnya.
b. Atau bisa juga bermakna bahwa yang
dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan bukan
seluruhnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada sebagian riwayat.
c. Ataupun bisa juga maksudnya adalah
pengurangan kejahatan-kejahatan di bulan Ramadhan, dan ini sesuai dengan yang dipersaksikan,
yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dari bulan lainnya,
karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejahatan dan
kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadi kejahatan dan kemaksiatan itu
juga karena banyak sebab selain setan, seperti jiwa yang jelek, kebiasaan yang
tidak baik dan godaan atau setan-setan dalam bentuk manusia.[3]
Qadhi ‘Iyadh ketika mengemukakan salah
satu tafsir hadits ini, yaitu bermakna hakikat, beliau menyebutkan bahwa hikmah
terbukanya pintu-pintu surga dan tertutup pintu-pintu neraka serta setan-setan
terbelenggu di bulan Ramadhan adalah sebagai tanda masuk bulan Ramadhan dan
ta’dhim kehormatannya. Sedangkan membelenggu setan-setan supaya para setan
tersebut tidak mempunyai kesempatan menyakiti dan menggoda orang-orang beriman.[4]
Disamping kemungkinan bermakna hakikat,
Qadhi ‘Iyadh juga mengemukan hadits ini juga dimungkinkan bermakna majazi,
yaitu
a.
Isyarah banyak pahala dan ampunan dosa. Sedikit bujukan dan aniaya
setan seolah-olah mereka terbelenggu. Mereka terbelenggu keinginanan dari membujuk
sebagian perbuatan dan sebagian manusia. Ada riwayat lain yang mendukung makna
ini :
فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ
“dibuka
pintu rahmat”
Juga dalam hadits
lain disebutkan :
صُفِّدَتْ
مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ
“dibelenggu
keinginan setan”
b.
Kemungkinan makna majazi yang lain, “dibuka pintu surga” bermakna Allah
Ta’ala membuka bagi hambanya semua ketaatan pada bulan ini yang tidak terjadi
pada bulan lain, seperti puasa, qiyam Ramadhan, perbuatan kebaikan dan
terhindar dari kebanyakan perbuatan salah. Ini merupakan sebab bagi masuk surga
dan pintu-pintu surga. Demikian juga “menutup pintu neraka dan membelenggu
setan-setan” bermakna terhindar dari
kesalahan.[5]
Ibnu Bathal menyebut makna majazinya, “membuka
pintu surga” bermakna Allah Ta’ala membuka bagi hambanya untuk beramal yang
berujung kepada surga seperti shalat, puasa dan membaca al-Qur’an serta jalan
menuju surga pada bulan Ramadhan lebih mudah dan amalan lebih cepat diterima.
Demikian juga pintu neraka tertutup dengan sebab terputus manusia dari
perbuatan maksiat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang berujung neraka.
Sedikit sekali siksaan Allah kepada hambanya karena perbuatan jahat. Adapun
makna “dibelenggu seta-setan”, pada ghalibnya Allah memelihara kaum muslimin
atau kebanyakan mereka dari maksiat dan kecenderungan kepada was-was dan tipuan
setan.[6]
[1] Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz.
III, Hal. 25, No. hadits : 1899
[2] Al-Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah
Syamilah, Juz. VII, Hal. 187
[3] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul
Barry, Cet. Maktabah Salafiyah, Juz. IV, Hal. 114
[4] Al-Nawawi, Syarah
Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 188
[5] Al-Nawawi, Syarah
Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 188
[6] Ibnu Bathal, Syarah
Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 20
Assalamualaikum.
BalasHapusSaya sering mendengar mengenai dibelenggunya syaitan di bulan ramadhan.
Menurut penceramah yang sering saya dengar bahwa kalimat dibelenggunya syaitan di bulan ramadhan itu adalah sebuah perumpamaan saja. Sebab orang yang berpuasa urat atau jalan darahnya itu menyempit sedangkan syaitan mempengaruhi manusia dengan masuk melalui jalan darah tersebut. Sebab masih ada kejadian yang tidak bisa dinalar oleh manusia misalnya, pohon yang tidak bisa roboh walaupun sudah ditebang di bulan ramadhan walaupun sudah menggunakan berbagai alat yang modern sebab pohon tersebut ada penunggu ghaibnya, masih ada syaitan jenis gendruwo, pocong dll yang mengganggu anak² yang sedang membangunkan orang² sahur, dan juga masih ada orang yang kesurupan di bulan ramadhan dan lain sebagainya.
Jadi mohon pencerahannya pak ustadz mengenai pendapat yang paling benar itu yang mana? Dan juga mohon koreksinya apabila saya yang salah dalam memahami penceramah tersebut.
Terima kasih sebelumnya.
Wassalam.
Assalamualaikum...
BalasHapusApabila telah masuk bulan Ramadhan.terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu.
-ketika bulan Ramadhan kita wajib puasa agar kita ke surga krna pintu surga terbuka bagi orang2 yg ta'at di bulan ramadhan..dan pintu2 neraka tertutup bagi yg ta'at di bulan ramadhan... Dan syetan2 akan terbelengguh oleh ke ta'atan mu beribadha di bulan ramadhan ini ..
Mohon ma'af jika salah ..
Wassalam.
Hamba perna mendengar maksudnya adalah pintu hifayah dibukah seluas luasnya ,coba lah perhatikan orang yang ngak biasa sholat, sholat pada bulan puasa, dan orang banyak berubah tingkah lakunya pada bulan puasa, jadi bulan puasa tergantung kita lagi melanjutkan nya selepas puasa
BalasHapus