Renungan

Kamis, 29 Juni 2017

Hadits majelis orang berilmu lebih utama dari shalat seribu rakaat.

Hadits ini ditemui antara lain dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam al-Gazali, berbunyi :

وفي حديث أبي ذر رضي الله عنه حضور مجلس عالم أفضل من صلاة ألف ركعة وعيادة ألف مريض وشهود ألف جنازة فقيل يا رسول الله ومن قراءة القرآن فقال صلى الله عليه وسلم وهل ينفع القرآن إلا بالعلم

Dalam hadits Abi Dzar r.a. , menghadiri majelis orang berilmu lebih utama dari salat seribu rakaat, mengunjungi seribu orang sakit atau menyaksikan seribu jenazah. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana dari membaca al-Qur’an ?,”  Rasulullah SAW menjawab : “Apakah al-Qur’an bermanfaat kecuali dengan ilmu ?” [1]

 

Zainuddin al-Iraqi dalam mentakrij hadits ini mengatakan, hadits ini telah disebut oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Mauzhu’at dari hadits Umar dan aku belum menemukannya dari thariq Abu Dzar.[2] Penjelasan al-Iraqi ini telah dikutip oleh al-‘Ajluni dalam kitab beliau Kasyf al-Khafaa.[3] Apabila kita perhatikan keterangan di atas, yang jelaskan Ibnu al-Jauzi di atas adalah hadits ini dengan sanad yang berujung kepada Umar. Adapun hadits ini dengan sanad yang berujung kepada Abu Dzar, keterangan al-Iraqi hanyalah beliau belum menemukan sanadnya.

Senada dengan penjelasan pengarang Kasyf al-Khafaa di atas, al-Zabiidiy yang juga mengutip hal yang sama dari al-Iraqi. Namun beliau menambahkan, “Berkata al-Iraqi : Hadits ini palsu.”[4] Dalam Lisan al-Mizan, al-Juwaibaari termasuk orang yang dijadikan contoh dengan kedustaannya. Termasuk kesalahan fatal yang dilakukannya adalah riwayat dari Ishaq ibn Najiih al-Kazzaab (pendusta) dari Hisyaam bin Hisaan dari rijalnya (perawinya) :

حضور مجلس عالم أفضل من حضور ألف جنازة وألف ركعة والف حجة وألف غزوة

Menghadiri majelis orang berilmu lebih utama dari menghadiri seribu jenazah, shalat seribu rakaat, seribu haji dan menghadiri seribu peperangan.[5]

 



[1] Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 9

[2] Al-Iraqi, Takrij Ahadits al-Ihya, (dicetak di bawah kitab Ihya ‘Ulumuddin), Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 9

[3] Al-‘Ajluni, Kasyf al-Khufaa, Maktabah al-Qudsi, Hal. 362

[4] Al-Zabiidiy, Takrij Ahadits al-Ihyaulumuddin, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 59

[5] Ibnu Hajar al-Asqalaniy, Lisan al-Mizan, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 193-194

5 komentar:

  1. Bagaimana bila majelis ilmu menunda waktu shalat misal pengajian mulai sebelum isya lewat adzan shalat isya diakhirkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak masalah...yang masalah sampe majelis ilmu selesai ngga shalat isya...

      Hapus
  2. waktu shalat isya mulai hilang syafak merah di ufuk barat (sudah habis waktu magrib) sampai masuk waktu subuh. karena itu selama shalat isya masih mungkin dilakukan dlm waktunya, maka itu tidak mengapa. karena tidak wajib melaksanakan shalat pada awal waktu, meskipun memang shalat di awal waktu dianjurkan. apalagi ini tidak melaksanakan shalat pada awal waktu karena kepentingan menimba ilmu agama. sedangkan menimba ilmu agama hukumnya wajib, sedangkan shalat pada awal waktu hanya anjuran. wallhu a'lam

    BalasHapus
  3. Apakah yang dimaksud dengan majelis ilmu khusus yang berkaitan dengan ilmu agama

    BalasHapus
    Balasan
    1. berkumpul manusia dalam rangka proses mengajar dan belajar ilmu agama

      Hapus