(وتفريقه
بين حكمين بصفة) إما (مع ذكرهما) كخبر الصحيحين أنه صلى الله عليه وسلّم جعل للفرس
سهمين وللرجل. أي صاحبه سهما ، فتفريقه بين هذين الحكمين بهاتين الصفتين لو لم يكن
لعلية كل منهما لكان بعيدا (أو) مع (ذكر أحدهما) فقط كخبر الترمذي القاتل لا يرث
أي بخلاف غيره المعلوم إرثه فالتفريق بين عدم الإرث المذكور والإرث المعلوم بصفة
القتل في الأول لو لم يكن لعليته له لكان بعيدا
Dan juga
iimaa’ itu seperti membedakan oleh empunya syara’ di antara dua hukum dengan
sifat, adakalanya disertai dengan menyebut kedua hukum. Contohnya hadits
Shahihaini, sesunggguhnya Nabi SAW menjadikan bagi kuda dua pembahagian dan
bagi laki-laki, yakni yang punya kuda satu bagian. Maka membedakan antara dua
hukum ini dengan dua sifat tersebut, seandainya pembedaan itu bukan menunjukkan
‘illat setiap kedua hukum, maka itu
sungguh ba'id (kurang logis) (1) Dan adakalanya disertai dengan menyebut salah satu hukum saja.
Contohnya hadits Turmidzi : “Pembunuh tidak dapat mewarisi”, maksudnya berbeda
dengan orang selainnya yang dimaklumi dapat warisan. Maka membedakan di antara
tidak mendapat warisan orang tersebut dan mendapat warisan orang yang dimaklumi
(2) dengan sifat membunuh pada masalah pertama, seandainya pembedaan tersebut
bukan menunjukan pembunuhan merupakan ‘illat bagi tidak mendapat warisan, maka sungguh
itu ba'id (kurang logis).
(أو)
تفريقه بين حكمين، إما (بشرط) كخبر مسلم الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبرّ بابرّ
والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مثلاً بمثل سواء بسواء يدا بيد، فإذا
اختلفت هذه الأجناس فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا بيد فالتفريق بين منع البيع في
هذه الأشياء متفاضلاً وجوازه عند اختلاف الجنس لو لم يكن لعلية الاختلاف
للجوازلكان بعيدا
Atau seperti membedakan
oleh empunya syara’ di antara dua hukum adakalanya dengan syarat. Contohnya
hadits Muslim : “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, dengan sejenis,
sama ukuran dan qabath-iqbath. Dan apabila berbeda jenis, maka jual belilah
bagaimana kamu suka dengan syarat qabath-iqbath. Maka membedakan antara
larangan jual beli pada beberapa perkara ini secara tidak sama ukurannya dan
kebolehan jual beli secara tidak sama ukurannya pada ketika berbeda jenisnya,
seandainya pembedaan tersebut bukan menunjukkan berbeda jenis ini merupakan ‘illat
kebolehannya, maka sungguh itu ba'id (kurang logis)
(أوغاية)
كقوله تعالى ولا تقربوهنّ حتّى يطهرن أي فإذا تطهرن فلا منع من قربانهنّ كما صرّح
به عقبه بقوله فإذا تطهرن فأتوهن فتفريقه بين المنع من قربانهنّ في الحيض وجوازه
في الطهر لو لم يكن لعلية الطهر للجواز لكان بعيدا (أواستثناء) كقوله تعالى فنصف
ما فرضتم إلا أن يعفون أي الزوجات عن النصف فلا شيء لهن فتفريقه بين ثبوت النصف
لهنّ وانتفائه عند عفوهنّ عنه لو لم يكن لعلية العفو للانتفاء لكان بعيدا.
(أواستدراك) كقوله تعالى لا يؤاخذكم الله باللغو في أيمانكم إلى آخره فتفريقه بين
عدم المؤاخذة بالإيمان والمؤاخذة بها عند تعقيدها لو لم يكن لعلية التعقيد
للمؤاخذة لكان بعيدا.
Adakalanya membedakan
dua hukum dengan ghayah. Contohnya firman Allah : “Jangan kalian mendekati
mereka sehingga mereka suci” (Q.S. al-Baqarah : 222). Maksudnya apabila mereka
suci, maka tidak ada larangan mendekati mereka sebagaimana diterangkan
setelahnya dengan firman-Nya : “maka apabila mereka suci, datangilah mereka”.
Dengan demikian, membedakan di antara larangan mendekati isteri pada waktu haid
dan boleh mendekatinya pada waktu suci, seandainya pembedaan itu bukan untuk
menunjukkan ‘suci merupakan ‘illat kebolehan, maka sungguh itu ba'id (kurang logis). Dan
adakalanya dengan ististnaa. Contoh firman Allah : “Maka seperdua dari apa yang
telah kamu tentukan maharnya kecuali isteri-isteri kamu memaafkannya”.
Maksudnya isteri-isteri kamu memaafkan dari seperdua tersebut, maka tidak ada
apapun bagi mereka. Karena itu, membedakan antara berhak seperdua bagi isteri
dan ternafi hak seperdua ketika para isteri memaafkannya, seandainya pembedaan
tersebut bukan menunjukkan kema’afan merupakan ‘illat bagi ternafi hak isteri,
maka sungguh itu ba'id (kurang logis). Dan adakalanya dengan istidrak. Contohnya firman Allah
Ta’ala : “Allah tidak menghukummu dengan sebab sumpahmu yang tidak sengaja”...hingga
akhir ayat. Maka membedakan di antara tidak menghukum dengan sumpah dan
menghukum dengan sumpah ketika sengaja, seandainya pembedaan tersebut bukan
menunjukkan sengaja merupakan ‘illat bagi menghukumnya, maka sungguh itu ba'id (kurang logis).
Penjelasannya :
(1). Keadaan sesuatu
adalah kuda (farsiyah) menjadi ‘illat khusus mendapat dua bagian harta ghanimah
dalam peperangan dan keadaan seseorang adalah seorang manusia (rajuliyah)
menjadi ‘illat khusus mendapat satu bagian. Disebut ‘illat khusus, karena ‘illat
mendapat bagian harta ghanimah secara umum adalah berperang atau hadir dengan
niat berperang, meskipun belum berperang.[1]
(2). Orang tersebut,
maksudnya pembunuh orang yang diwarisinya yang tersebut dalam hadits. Adapun orang
yang dimaklumi, maksudnya orang yang dimaklumi mendapat warisan, yakni ahli
waris yang tidak membunuh orang yang diwarisinya.
(3). Ayat ini, lengkapnya berbunyi :
وَإِنْ
طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ
فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ
Jika kalian
menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal
sesugguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar
yang telah kamu tentukan kecuali isteri-isterimu memaafkan. (Q.S. al-Baqarah
: 237)
(4). Ayat ini, lengkapnya berbunyi :
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ
بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ
الْأَيْمَانَ
Allah tidak
menghukummu dengan sebab sumpahmu yang tidak sengaja, akan tetapi Allah
menghukummu dengan sebab sumpahmu yang kamu sengaja.(Q.S. al-Maidah : 89)
[1]
Abdurrahman al-Syarbaini, Taqrir
al-Syarbaini ‘ala Hasyiah ‘ala Syarah Jam’u al-Jawami’, (dicetak pada
hamisy Hasyiah ‘ala Syarah Jam’u al-Jawami’) Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah,
Indonesia, Juz. II, Hal. 267
tgk..pkon hn peutubit ju trjemahan ghayah usul kmoe preh2 that
BalasHapus