Renungan

Jumat, 28 Juli 2023

Perbedaan akibat hukum antara talaq dan fasakh

 

Dalam I’anah al-Thalibin dijelaskan :

(اعلم) ‌أن ‌الفسخ ‌يفارق الطلاق في أربعة أمور: الأول أنه لا ينقص عدد الطلاق فلو فسخ مرة ثم جدد العقد ثم فسخ ثانيا وهكذا لم تحرم عليه الحرمة الكبرى، بخلاف ما إذا طلق ثلاثا فإنها تحرم عليه الحرمة المذكورة ولا تحل له إلا بمحلل.الثاني إذا فسخ قبل الدخول فلا شئ عليه، بخلاف ما إذا طلق فإن عليه نصف المهر.الثالث إذا فسخ لتبين العيب بعد الوطئ لزمه مهر المثل، بخلاف ما إذا طلق حينئذ فإن عليه المسمى.الرابع إذا فسخ بمقارن للعقد فلا نفقه لها وإن كانت حاملا، بخلاف ما إذا طلق في الحالة المذكورة فتجب النفقة.وأما السكنى فتجب في كل من الفسخ والطلاق حيث كان بعد الدخول

Ketahuilah, bahwa fasakh membedakan talaq pada empat perkara. Pertama, fasakh tidak mengurangi bilangan talaq. Karena itu, jika seorang suami difasakh satu kali, kemudian memperbarui akad nikah lagi, kemudian difasakh lagi untuk kedua kalinya dan seterusnya (untuk ketiga kalinya), maka tidak haram atas suami sebagai haram kubra. Ini berbeda apabila seseorang melakukan talaq tiga, maka perempuan itu haram atasnya sebagai haram kubra yang disebutkan dan perempuan tersebut tidak halal atasnya kecuali melalui muhallil. Kedua, apabila difasakh sebelum persetubuhan, maka tidak ada kewajiban mahar atas suami. Berbeda apabila seseorang melakukan talaq sebelum persetubuhan, maka atas suami berkewajiban setengah mahar. Ketiga, apabila difasakh dengan alasan ketahuan aib setelah terjadi persetubuhan, maka kewajiban atas suami mahal mitsil. Berbeda apabila melakukan talaq ketika itu, maka kewajiban atas suami mahar musamma. Keempat, apabila difasakh dilakukan dengan sebab suatu hal yang bersamaan dengan akad, maka tidak ada hak nafkah untuk isteri meskipun dalam keadaan hamil. Berbeda apabila melakukan talaq pada ketika itu, maka wajib nafkah. Adapun hak tempat tinggal maka wajib, baik pada fasakh maupun talaq apabila dilakukan setelah persetubuhan.(Hasyiah I’anah al-Thalibin : III/336).


Dalam Mughni al-Muhtaj dijelaskan,

وَاحْتُرِزَ بِالْبَيْنُونَةِ بِالْخُلْعِ أَوْ الثَّلَاثِ عَنْ الْبَائِنِ بِالْفَسْخِ بِالْعَيْبِ وَغَيْرِهِ، وَالْأَصَحُّ أَنَّهُ إنْ كَانَ بِسَبَبٍ مُقَارِنٍ لِلْعَقْدِ كَالْعَيْبِ وَالْغُرُورِ فَلَا نَفَقَةَ كَمَا ذَكَرَهُ الرَّافِعِيُّ فِي بَابِ الْخِيَارِ؛ لِأَنَّ الْفَسْخَ بِهِ يَرْفَعُ الْعَقْدَ مِنْ أَصْلِهِ، وَلِذَلِكَ لَا يَجِبُ الْمَهْرُ إنْ لَمْ يَكُنْ دُخُولٌ

Dengan perkataan “bain dengan sebab khulu’ dan talaq tiga” dikecualikan fasakh dengan sebab aib dan lainnya. Menurut yang lebih shahih, jika fasakh tersebut dengan sebab suatu hal yang bersamaan dengan akad seperti aib dan ghurur (tipuan), maka tidak ada hak nafkah sebagaimana dijelaskan oleh al-Rafi’i dalam bab khiyar. Karena fasakh dengan sebab hal tersebut menghapus akad dari asalnya. Karena itu, tidak wajib mahar apabila belum terjadi persetubuhan.(Mughni al-Muhtaj : V/174)

 

Berdasarkan dua nash kitab di atas, maka perbedaan antara fasakh dan talaq adalah antara lain :

1.  Fasakh tidak mengurangi jumlah bilangan talak. Maka jika seorang istri mengajukan fasakh kemudian melaksanakan akad yang baru, lalu mengajukan fasakh untuk yang kedua kalinya dan seterusnya melaksanakan akad yang baru lagi kemudian melakukan fasakh untuk ketiga kalinya, maka hal tersebut tidak menyebabkan kedua pasangan suami isteri tersebut  menjadi haram kubra. Berbeda jika seorang suami menjatuhkan talak untuk yang ketiga kalinya, maka hal tersebut ( talak tiga) menyebabkan keduanya menjadi haram kubra yang tidak bisa dihalalkan lagi kecuali dengan perantaraan muhallil (istri menikah dengan laki-laki lain).

2.  Jika seorang istri mengajukan fasakh sebelum melakukan hubungan intim, maka hal itu menyebabkan suami tidak wajib membayar mahar Berbeda jika seorang suami menjatuhkan talak sebelum melakukan hubungan intim, maka wajib baginya (suami) untuk membayar setengah dari mahar yang disebut pada saat melaksanakan akad nikah

3.  Jika seorang istri mengajukan fasakh karena adanya aib yang baru diketahui setelah terjadinya hubungan intim, maka wajib bagi suaminya untuk membayar mahar mitsli. Berbeda jika seorang suami menjatuhkan talak karena adanya aib yang baru diketahui setelah terjadinya hubungan intim, maka wajib baginya (suami) membayar mahar sesuai dengan mahar yang disebut pada saat melaksanakan akad nikah

4.  Jika seorang istri mengajukan fasakh dengan sebab suatu hal yang bersamaan dengan akad seperti aib dan ghurur (tipuan), maka hal itu (fasakh) dapat menyebabkan gugurnya kewajiban suami untuk memberikan nafkah walaupun istri dalam keadaan hamil. Berbeda jika suami menjatuhkan talak dengan sebab suatu hal yang bersamaan dengan akad seperti aib dan tipuan, maka hal itu (talak) tidak menyebabkan gugurnya kewajiban suami untuk memberikan nafkah.

.Adapun hak tempat tinggal maka wajib, baik pada fasakh maupun talaq apabila dilakukan setelah persetubuhan.

Wallahua’lam bisshawab

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar