Renungan

Minggu, 11 Januari 2015

Ahli hadits yang bermazhab Syafi’i (bag.2)

3.  Abu Daud (202-275 H)
Ibnu al-Subki (w. 771 H) telah memasukkan nama beliau dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam kitab beliau, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra. Nama lengkap beliau adalah Abu Daud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amr bin Imran al-Sijistany al-Azdi. Beliau lahir pada tahun 202 H di Sijistan sebuah desa di India. Al-Turmidzi dan al-Nisa-i termasuk ahli  hadits yang mengambil hadits dari beliau.  Abu Daud ini wafat pada Tanggal 16 Syawal 275 H.
Salah satu kitab karya beliau adalah kitab hadits terkenal, Sunan Abu Daud. Mengenai kitab ini, Abu Daud sendiri pernah mengatakan :
”Aku menulis hadits dari Rasulullah SAW sebanyak 500 ribu hadits, kemudian aku pilih darinya 4800 hadits yang terkumpul dalam kitab al-Sunan. Aku sebut hadits-hadits shahih dan yang sama dengannya serta yang mendekatinya. sedangkan yang sangat lemah aku jelaskan lemahnya.”

Namun demikian, al-Zahabi menjelaskan kepada kita bahwa Abu Daud hanya menjelaskan hadits-hadits yang dhahir dha’ifnya, adapun yang masih diragukan lemahnya, beliau mendiamkannya, sedangkan yang didiamkan tidaklah hasan di sisinya bahkan kadang-kadang ada yang lemah.[1]
Abu Daud mengambil hadits dari  al-Qa’nabi, Ahmad bin Hanbal, Ali bin al-Madini , Yahya bin al-Main dan lain-lain.[2]
Catatan
KH Sirajuddin Abbas seorang ulama  yang cukup terkenal di Indoensia dan bahkan di Asia Tenggara, juga telah memasukkan nama Abu Daud dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam buku karya beliau, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i.[3]

4.  Al-Nasa-i (214-303 H)
Nama lengkap pengarang kitab hadits Sunan al-Nasa-i ini adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’ib bin Ali bin Sanan bin Bahr bin Dinar al-Nasa-i. Al-Nasa-i dinisbahkan kepada sebuah nama kota, Nasa’ di Khurasan. Al-Darulquthni mengatakan al-Nasa-i lahir pada tahun 214 H dan meninggal di Makah pada bulan Sya’ban tahun 303 H.  Ada juga yang mengatakan beliau meninggal dunia di Palestina.[4]  
Ibnu al-Subki (w. 771 H) telah memasukkan nama beliau dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam kitab beliau, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra. Dalam kitab tersebut disebutkan  tahun lahir beliau adalah pada tahun 215 H. Sebuah kisah memilukan pernah dialami al-Nasa-i dalam memperjuangkan kebenaran, yakni tatkala beliau memasuki negeri Damsyiq, beliau ditanyai mana yang lebih mulia antara Ali dan Mu’awiyah, beliau menjawab, Ali lebih mulia. Mendengar jawaban seperti itu, orang-orang yang ada dalam mesjid tiba-tiba mengeluarkan beliau dari masjid dan mengusirnya ke Ramlah.[5] Al-Asnawi juga telah memasukkan nama al-Nasa-i dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam kitabnya, Thabaqat al-Syafi’iyah. Dalam kitab ini disebutkan, al-Nasa-i pernah menetap di Mesir dan berguru pada pengikut Syafi’i yang bernama Yunus bin Abd al-A’la.[6] Diantara ulama lain yang memasukkan al-Nasa-i dalam ulama bermazhab Syafi’i adalah Ibnu Qadhi al-Syubhah (w. 851 H) dalam kitabnya, Thabaqat al-Syafi’iyah.[7]





[1] Ibnu al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz. II, Hal. 293-296
[2] Ibnu  ’Alan, Futuhat  al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi, Beirut, Juz. I, Hal. 38
[3] KH Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i, Pustka Tarbiyah, Jakarta, Hal. 140
[4] Ibnu  ’Alan, Futuhat  al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi, Beirut, Juz. I, Hal. 40-41
[5] Ibnu al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz. III, Hal. 14-15
[6] Al-Asnawi, Thabaqat al-Syafi’iyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. II, Hal. 268
[7] Ibnu al-Syubhah, Thabaqat al-Syafi’iyah, Dairah al-Ma’arif al-Utsmaniyah, Juz. I, Hal. 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar