3. Abu Daud (202-275
H)
Ibnu al-Subki
(w. 771 H) telah memasukkan nama beliau dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i
dalam kitab beliau, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra. Nama lengkap beliau adalah Abu Daud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq
bin Basyir bin Syadad bin Amr bin Imran al-Sijistany al-Azdi. Beliau lahir pada
tahun 202 H di Sijistan sebuah desa di India. Al-Turmidzi dan al-Nisa-i
termasuk ahli hadits yang mengambil
hadits dari beliau. Abu Daud ini wafat
pada Tanggal 16 Syawal 275 H.
Salah satu kitab karya beliau adalah kitab hadits terkenal, Sunan Abu
Daud. Mengenai kitab ini, Abu Daud sendiri pernah mengatakan :
”Aku menulis hadits dari Rasulullah SAW sebanyak 500 ribu hadits,
kemudian aku pilih darinya 4800 hadits yang terkumpul dalam kitab al-Sunan. Aku
sebut hadits-hadits shahih dan yang sama dengannya serta yang mendekatinya.
sedangkan yang sangat lemah aku jelaskan lemahnya.”
Namun
demikian, al-Zahabi menjelaskan kepada kita bahwa Abu Daud hanya menjelaskan
hadits-hadits yang dhahir dha’ifnya, adapun yang masih diragukan lemahnya,
beliau mendiamkannya, sedangkan yang didiamkan tidaklah hasan di sisinya bahkan
kadang-kadang ada yang lemah.[1]
Abu Daud mengambil hadits dari
al-Qa’nabi, Ahmad bin Hanbal, Ali bin al-Madini , Yahya bin al-Main dan
lain-lain.[2]
Catatan
KH Sirajuddin
Abbas seorang ulama yang cukup terkenal
di Indoensia dan bahkan di Asia Tenggara, juga telah memasukkan nama Abu Daud
dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam buku karya beliau, Sejarah dan
Keagungan Mazhab Syafi’i.[3]
4. Al-Nasa-i (214-303
H)
Nama lengkap pengarang
kitab hadits Sunan al-Nasa-i ini adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’ib bin
Ali bin Sanan bin Bahr bin Dinar al-Nasa-i. Al-Nasa-i dinisbahkan kepada sebuah
nama kota, Nasa’ di Khurasan. Al-Darulquthni mengatakan al-Nasa-i lahir pada
tahun 214 H dan meninggal di Makah pada bulan Sya’ban tahun 303 H. Ada juga yang mengatakan beliau meninggal
dunia di Palestina.[4]
Ibnu al-Subki
(w. 771 H) telah memasukkan nama beliau dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i
dalam kitab beliau, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra. Dalam kitab tersebut
disebutkan tahun lahir beliau adalah pada
tahun 215 H. Sebuah kisah memilukan pernah dialami al-Nasa-i dalam
memperjuangkan kebenaran, yakni tatkala beliau memasuki negeri Damsyiq, beliau
ditanyai mana yang lebih mulia antara Ali dan Mu’awiyah, beliau menjawab, Ali
lebih mulia. Mendengar jawaban seperti itu, orang-orang yang ada dalam mesjid tiba-tiba
mengeluarkan beliau dari masjid dan mengusirnya ke Ramlah.[5] Al-Asnawi
juga telah memasukkan nama al-Nasa-i dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam
kitabnya, Thabaqat al-Syafi’iyah. Dalam kitab
ini disebutkan, al-Nasa-i pernah menetap di Mesir dan berguru pada pengikut Syafi’i yang bernama
Yunus bin Abd al-A’la.[6] Diantara
ulama lain yang memasukkan al-Nasa-i dalam ulama bermazhab Syafi’i adalah Ibnu Qadhi
al-Syubhah (w. 851 H) dalam kitabnya, Thabaqat al-Syafi’iyah.[7]
bersambung :
Ahli hadits yang bermazhab Syafi'i (bag. 3)
Ahli hadits yang bermazhab Syafi'i (bag. 3)
[1] Ibnu al-Subki,
Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah,
Juz. II, Hal. 293-296
[2] Ibnu ’Alan, Futuhat al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Turatsi
al-Arabi, Beirut, Juz. I, Hal. 38
[3] KH Sirajuddin
Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i, Pustka Tarbiyah,
Jakarta, Hal. 140
[4]
Ibnu ’Alan, Futuhat al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi,
Beirut, Juz. I, Hal. 40-41
[5] Ibnu al-Subki,
Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah,
Juz. III, Hal. 14-15
[6] Al-Asnawi, Thabaqat
al-Syafi’iyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. II, Hal. 268
[7] Ibnu al-Syubhah, Thabaqat
al-Syafi’iyah, Dairah al-Ma’arif al-Utsmaniyah, Juz. I, Hal. 45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar