Renungan

Selasa, 04 April 2023

Siapa saja yang wajib berpuasa

 

Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat muslim yang sudah masuk dalam kategori wajib berpuasa. Landasan kewajiban berpuasa Ramadhan ini merujuk sejumlah dalil syara’, baik al-Quran, hadits atau ijma’. Allah Ta’ala berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah : 183)

Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki syarat wajib dan syarat sah. Hukum puasa menjadi wajib jika dilakukan pada bulan Ramadhan. Sedangkan jika tidak dalam bulan Ramadhan, misalnya puasa Hari Senin dan Kamis, hukumnya tidak wajib kecuali ada sebab-sebab lain yang menjadikannya wajib seperti nazar atau membayar puasa Ramadhan yang tertinggal.

Berdasarkan penelusuran literatur-literatur kitab fiqh, diantaranya Hasyiah al-Bajuriy ‘ala Fathul Qarib, didapatkan syarat-syarat wajib puasa sebagai berikut :

1.  Islam. Para ulama sepakat salah satu syarat wajib puasa adalah beragama Islam. Karena perintah berpuasa hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman sebagaimana tersebut dalam ayat di atas. Orang kafir tidak wajib berpuasa, namun tidak ada kewajiban ini sifatnya hanya berlaku di dunia. Adapun di akhirat kelak, mereka tetap disiksa karena meninggalkan furu’ syariat seperti shalat dan puasa (Q.S al-Muddatsir : 42-43). Orang murtad, karena dia pernah dalam Islam, tidak gugur kewajibannya. Karena itu apabila kembali dalam Islam, wajib atasnya membayar puasa yang tertinggal selama masa murtadnya.

2.  Baligh. Yang belum sampai usia baligh seperti anak kecil tidak ada kewajiban untuk berpuasa Ramadhan.

3.  Berakal. Orang gila, pingsan dan mabuk tidak diwajibkan puasa. Cuma yang membedakan ketiga orang ini dalam hal menggantikan puasa. Orang gila dan mabuk apabila gila dan mabuknya karena sebab kesengajaan, maka wajib menggantinya. Berbeda dengan  orang pingsan meskipun sebabnya bukan faktor kesengajaan, tetap wajib menggantirnya.

4.  Mampu melaksanakannya. Tidak mampu melaksanakan puasa karena sakit harus menggantinya di hari lain saat sudah sembuh kembali. Adapun orang tua dan orang sakit yang tidak memungkinkan berpuasa lagi dibolehkan meninggalkannya. Namun wajib menggantinya dengan membayar fidyah. (Q.S al-Baqarah : 184.) Ibu hamil atau menyusui yang menguatirkan dirinya atau disamping itu, juga mengkuatirkan bayinya bila berpuasa, maka boleh tidak berpuasa dengan kewajiban mengqadhanya (tanpa fidyah). Adapun yang hanya menguatirkan bayinya saja bila berpuasa, maka disamping berkewajiban mengqadhanya juga wajib membayar fidyah.

5.  Tidak dalam perjalanan. Yang sedang dalam perjalanan jauh boleh meninggalkan puasa tapi wajib baginya mengganti di lain hari sejumlah puasa yang ditinggalkan. (Q.S al-Baqarah :184)

6.  Suci dari haid dan nifas. Ijma' ulama, wanita yang sedang haid dan nifas tidak diwajibkan berpuasa. Bahkan haram hukumnya apabila mereka menjalankan puasa. tapi wajib mengganti di lain hari sejumlah puasa yang ditinggalkan.

 

Wallahua’lam bisshawab




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar