Selasa, 09 Agustus 2011

Zikir pada rukuk dan sujud

Banyak hadits shahih yang meriwayatkan tasbih atau zikir yang berbeda yang pernah dibaca oleh Rasulullah SAW dalam rukuk dan sujudnya. Diantaranya adalah :
1.Dalam Shahihain, dalam rukuk dan sujud :1
سبحانك اللهم ربنا وبحمدك اللهم اغفرلي

2.Dalam Shahih Muslim, dalam rukuk dan sujud: 2
سبوح قدوس رب الملائكة والروح

3.Dalam Shahih Muslim, dalam rukuk dan sujud : 3
سبحانك وبحمدك لا إله إلا أنت

4.Dalam Shahih Muslim, dalam sujud : 4
اللهم اغفر لي ذنبي كله دقه وجله وأوله وآخره وعلانيته وسره

Namun inti dari zikir tersebut adalah ta’zhim kepada Allah SWT. Ini berdasarkan hadits Nabi SAW :
فأما الركوع فعظموا فيه الرب وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فََََََََََََََََََقََََمِِنُُُ أن يستجاب لكم
Artinya : Adapun pada rukuk, maka ta’zhim tuhanmu padanya dan adapun pada sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdo’a padanya, karena besar kemungkinan dikabulkannya. (H.R. Muslim) 5

Oleh karena itu, dibolehkan dalam rukuk shalat berzikir dengan lafazh mana saja, namun harus mengandung makna ta’zhim. Imam Nawawi dalam penjelasan mengenai hadits di atas, mengatakan :
“ Ketahuilah sesungguhnya hadits ini yang terakhir adalah maksud masalah ini, yaitu ta’zhim Tuhan S WT pada rukuk dengan lafazh apa saja.” 6

Membaca wa bihamdihi pada tasbih rukuk dan sujud
Berikut pendapat para ulama mengenai tambahan ucapan wa bihamdihi pada rukuk dan sujud, antara lain :
1.Zainuddin al-Malibary mengatakan sunnat pada rukuk membaca Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi tiga kali dan pada ketika sujud Subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi tiga kali. 7

2.Imam an-Nawawi mengatakan :
“Berkata ashab kami (sahabat-sahabat kami dari Mazhab Syafi’i): Disunatkan membaca Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi. Diantara ulama yang memberikan nash atas sunat mengucapkan wa bihamdihi adalah al-Qadhi Abu Thayyib, al-Qadhi Hussin, pengarang kitab Syamil, Imam al-Ghazali dan para ulama selainnya.” 8

Dalil fatwa ini adalah berdasarkan :
1.Hadits riwayat Abu Daud :
فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ركع قال : سبحان ربي العظيم وبحمده ثلاثا . وإذا سجد قال : سبحان ربي الأعلى وبحمده ثلاثا
Artinya : Rasulullah SAW apabila melakukan rukuk, mengatakan Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi tiga kali dan apabila sujud, maka mengatakan Subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi tiga kali (H.R. Abu Daud) 9

2.Hadits riwayat Darulquthny

عن حذيفة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم : كان يقول في ركوعه : سبحان ربي العظيم وبحمده ثلاثا وفي سجوده سبحان ربي الأعلى وبحمده ثلاثا

Artinya : Dari Huzaifah r.a. sesungguhnya nabi SAW berkata pada rukuknya Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi tiga kali dan pada sujudnya Subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi tiga kali (H.R. Darulquthny) 10

3.Hadits Ibnu Mas’ud
عن عبد الله بن مسعود قال من السنة أن يقول الرجل في ركوعه سبحان ربي العظيم وبحمده وفي سجوده سبحان ربي الأعلى وبحمده
Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud , beliau berkata : “Termasuk sunnah berkata seseorang pada rukuknya Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi dan pada sujudnya Subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi (H.R. Darulquthny) 11

Hadits terakhir ini, hukumnya adalah marfu’, meskipun itu adalah perkataan Ibnu Mas’ud, yaitu seorang sahabat. Karena perkataan Ibnu Mas’ud : “min al-sunnah” dapat dijadikan pegangan bahwa itu adalah datang dari sunnah Nabi. Kesimpulan ini berdasarkan keterangan an-Nawawi berikut :
“Perkataannya, “Sesungguhnya itu adalah sunnah” adalah sama seperti perkataan sahabat “Termasuk sunnah seperti ini”. Maka perkataannya itu adalah marfu’. 12

Hadits-hadits mengenai bacaan tersebut diatas, diriwayatkan oleh imam-iman hadits dari sahabat Nabi yang berbeda, antara lain :
1.Imam Abu Daud dari sahabat yang bernama Uqbah bin ‘Amir r.a
2.Imam Darulqutni dari sahabat Ibn Mas’ud r.a
3.Imam Darulqutni dari sahabat Huzaifah r.a

Walaupun pada sanad setiap riwayat hadits di atas, terdapat kelemahan, tapi perlu diingat bahwasanya suatu hadits dapat menjadi kuat dengan adanya sokongan riwayat-riwayat lain. Oleh karena memperhatikan hadits yang menjelaskan sunnah menambah wa bihamdihi pada rukuk dan sujud terdapat beberapa jalan periwayatannya dengan jalur yang berbeda, maka kami berpendapat hadits tersebut adalah hasan li ghairihi, sehingga dapat dijadikan hujjah dalam menentukan suatu hukum fiqh. Penjelasan seperti ini dapat juga diperhatikan pada keterangan Muhammad bin ‘Alan al-Shadiqi al-Syafi’i dibawah ini dalam komentar beliau terhadap hadits Ibnu Mas’ud di bawah ini, yaitu :
كان ابن مسعود إذا ركع قال سبحان ربي العظيم و بحمده ثلاثا وكان يذكر ان النبي صلعم كان يقوله
ِِArtinya : Ibnu Mas’ud apabila melakukan rukuk berkata : “Subhana rabbiyal’adhimi wa bihamdihi dan beliau menyebutkan bahwa sesungguhnya Nabi SAW ada mengatakannya. (H.R..Thabrany) 13

Muhammad bin ‘Alan al-Shadiqi al-Syafi’i berkata 14 :
“ Hadits ini dha’if dan sanadnya munqathi’, tetapi hadits ini ada penyokongnya yaitu hadits ‘Aqbah bin Amir yang ditakhrij oleh Abu Daud seperti lafazh ini dengan menambah perkataan :

"وإذا سجد قال سبحان ربي الأعلى وبحمده ثلاثا"

Lagi pula menambah zikir dalam dalam shalat selama tidak bertentangan dengan zikir yang ma’tsur dapat dibenarkan. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Rifa’ah bin Rafi’ al-Zarqy, beliau berkata :
كنا يوما نصلي وراء النبي صلى الله عليه وسلم، فلما رفع رأسه من الركعة، قال: سمع الله لمن حمده. قال رجل وراءه: ربنا ولك الحمد، حمدا طيبا مباركا فيه. فلما انصرف، قال: من المتكلم قال: أنا، قال: رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها، أيهم يكتبها أول.
Artinya : Dari Rifa’ah bin Raafi’ al-Zarqi, beliau berkata : “Pada suatu hari, kami shalat dibelakang Nabi SAW. Manakala Rasulullah mengangkat kepalanya dari rukuk, beliau berkata : “Sami’allahu liman hamidah, lalu berkata seorang laki-laki di belakang beliau : “Rabbana wa lakalhamdu hamdan thaiban mubarakan fiihi. Tatkala Rasulullah selesai (dari shalatnya) bertanya : “Siapa yang berkata tadi ?. Laki-laki itu menjawab : “Saya”. Rasulullah bersabda : “Aku melihat tiga puluh orang lebih malaikat yang berebutan pertama kali menulis amalnya”.(H.R. Bukhari)15

Berkata Ibnu Hajar al-Asqalany :
“ Dijadikan dalil dengan hadits tersebut, kebolehan mengihdats (mendatangkan dengan tanpa ada dalil) zikir yang tidak ma’tsur dalam shalat apabila zikir itu tidak bertentangan dengan zikir yang ma’tsur”. 16

Hadits riwayat Abu Daud dan Darulquthni di atas, juga didukung oleh firman Allah Q.S. al-Nashr : 3, berbunyi :
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Artinya : Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.(Q.S. al-Nashr : 3)

DAFTAR PUSTAKA
1.Bukhari, Shahih Bukhari, Dar Thauq an-Najh, Juz. I, Hal. 163, No. Hadits : 817 dan Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, hal. 350, No. Hadits : 484
2.Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, hal. 353, No. Hadits : 487
3.Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, hal. 351, No. Hadits : 485
4.Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, hal. 350, No. Hadits : 483
5.Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, Hal. 348, No. Hadits : 478
6.An-Nawawi, al-Azkar, al-Haramain, Hal. 51
7.Zainuddin al-Malibary, Fathul Mu’in, dicetak pada hamisy I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang, Juz. I, Hal. 155 dan 165
8.An-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Darul Fikri, Beirut, Juz. III, Hal. 370
9.Abu Daud, Sunan Abu Daud, Darul Fikri, Beirut, Juz. I, Hal 292, No. Hadits : 870
10.Darulqthny, Sunan Darulquthny, Darul Ma’rifah, Beirut, Juz. I, Hal. 341
11.Darulqthny, Sunan Darulquthny, Darul Ma’rifah, Beirut, Juz. I, Hal. 341
12.Umairah, Hasyiah Qalyubi wa Umairah, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. I, Hal. 331
13.Muhammad bin ‘Alan al-Shadiqi al-Syafi’i, Futuhaat al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Talatsi al-Arabi, Beirut, Juz. II, Hal. 243
14.Muhammad bin ‘Alan al-Shadiqi al-Syafi’i, Futuhaat al-Rabbaniyah, Dar Ihya al-Talatsi al-Arabi, Beirut, Juz. II, Hal. 243
15.Bukhari, Shahih Bukhari, Dar Thauq al-Najh, Juz. I, Hal. 159, No. Hadits 799
16.Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Barri, Darul Fikri, Beirut, Juz. II, Hal. 287

9 komentar:

  1. Assalamu'alaikum tgk

    saya ingin bertanya :

    1. Apakah benar ketika kita sujud dalam shalat, dahi kita tidak boleh bersentuhan dengan benda yang ikut bergerak seperti ridak, sorban, rambut dan lain-lain ?
    2. kenapa hanya pada dahi saja yang dilarang, sedangkan pada 6 anggota sujud yang lain tak dilarang ? misalkan saya sujud dengan tangan saya di atas sorban umpamnya, atau kedua kaki saya bersentuhan dengan sarung yang saya pakai bukan bersentuhan dengan sajadah secara langsung.
    3. bagaimana posisi anggota 7 dalam shalat ?

    syukran tgk

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. benAr. dlm tuhfAh disebutkan :
      Tuhfah al Muhtaj Fi Syarhil Manhaj hal.49" dalam Al Maktab Syamilah
      قَوْلُهُ إنْ لَمْ يَتَحَرَّكْ بِحَرَكَتِهِ ) هَلْ يَجْرِي هَذَا التَّفْصِيلُ فِي أَجْزَائِهِ كَأَنْ طَالَتْ سِلْعَةٌ بِبَدَنِهِ فَيَفْصِلُ فِي السُّجُودِ عَلَى بَعْضِهَا بَيْنَ أَنْ يَتَحَرَّكَ بِحَرَكَتِهِ فَلَا يَصِحُّ وَأَنْ لَا فَيَصِحُّ وَفِيهِ نَظَرٌ وَتَعْلِيلُهُمْ عَدَمُ صِحَّةِ السُّجُودِ عَلَى مَا يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَةٍ بِأَنَّهُ كَالْجُزْءِ مِنْهُ لَا يَدُلُّ عَلَى جَرَيَانِ هَذَا التَّفْصِيلِ فِي الْجُزْءِ مِنْهُ فَتَأَمَّلْهُ وَظَاهِرُ إطْلَاقِهِمْ عَدَمُ الْإِجْزَاءِ مُطْلَقًا نَعَمْ شَعْرُ الْجَبْهَةِ لَوْ طَالَ وَسَجَدَ عَلَيْهِ يَنْبَغِي أَنْ يُجْزِئَ لِأَنَّهُ فِي مَحَلِّ السُّجُودِ ( قَوْلُهُ لَا بِالْقُوَّةِ ) أَيْ بِأَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَمْ يَتَحَرَّكْ وَلَوْ
      صَلَّى قَائِمًا لَتَحَرَّكَ لَكِنْ أَفْتَى شَيْخُنَا الشِّهَابُ الرَّمْلِيُّ بِعَدَمِ الصِّحَّةِ فِي الْمُتَحَرِّكِ بِالْقُوَّةِ أَيْضًا

      2. kArenA dAhi diwAjib kAn bersentuhAn lAngsung kulitnyA dgn sAjAdAh

      3. anggota tujuh wAjib menyentuh dgn sAjAdAh atAu tmp shalat meski dilApik dgn kain kcuAli dAhi yg tidAK boleh adA lApik

      Hapus
    2. dibedakAn dahi dgn anggotA lAinnyA kArenA dAhi merupAkAn AnggotA utAmA dAlAm sujud, sedANgkan Anggota lainnyA merupakAn pendukung sujud sAjA. yg dimAksud AnggotA tujuh AdAlAh dAhi, duA tAngAn, duA lutut dAn duA telApAk kAki.

      Hapus
    3. Terima kasih atas jawabannya tgk

      Blog nya sangat bermanfaat dan membantu saya dalam kegalauan saya yang sedang belajar kitab arab saat ini hehe

      sedikit saran saya kalau boleh blognya dipoles sedikit agar label dan daftar isi blog didesain secara otomatis agar postingan yang di post-kan langsung termuat di daftar isi menurut updetannya.

      Semoga waktu yang Tgk luangkan disini menjadi amal shaleh di kemudian hari Aamiin..

      Salem dari aneuk lam ateuk

      Hapus
  2. Assalamu"alaikum Abu.Kiban hadist pake clana atau sarung diatas mata kaki saat shalat

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah pernah kami bahas dlm link berikut :
      http://kitab-kuneng.blogspot.com/2012/01/hukum-memakai-kain-di-bawah-mata-kaki.html

      Hapus
  3. Terimong genaseh Abu..ka mephom lom

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum ustad
    Saya pernah membaca pada suatu buku bahwa zikir dalam mazhab hambali itu wajib, apakah itu benar?
    Dan apakah ada dalilnya tentang hal itu?

    BalasHapus