Rabu, 24 Mei 2023

Hadits penciptaan akal

 

Bunyi haditsnya sebagai berikut :

إِنَّ اللَّهَ لَمَّا خَلَقَ الْعَقْلَ قَالَ لَهُ أَقْبِلْ فَأَقْبَلَ ثُمَّ قَالَ لَهُ أَدْبِرْ فَأَدْبَرَ فَقَالَ وَعِزَّتِي وَجَلالِي مَا خَلَقْتُ خَلْقًا أَشْرَفَ مِنْكَ فَبِكَ آخُذُ وَبِكَ أُعْطِي

Sesungguhnya Allah pada saat menciptakan akal, berfirman kepada akal “Menghadaplah!”, maka akalpun menghadap. Kemudian berfirman lagi, “Membelakangilah !”, maka akalpun membelakangi. Kemudian Allah berfirman, “Demi kehormatan-Ku dan kemulian-Ku, tidak akan Aku ciptakan suatu makhluq yang lebih mulia darimu. Dengan sebabmu, Aku mengambil dan dengan sebabmu pula, Aku memberi.

 

Setelah mengutip hadits ini, Mullaa ‘Ali al-Qaari mengatakan, para ulama sepakat menilai hadits ini dusta dan palsu, demikian tersebut dalam kitab al-Maqaashid. (al-Masnu’ fi Ma’rifah al-Hadits al-Maudhu’ : Hal 62)

Namun demikian, dalam kitab Zawaid ‘ala al-Zuhd karangan Abdullah bin Imam Ahmad dengan sanad dhaif dari al-Hasan al-Bashri secara marfu’ tapi mursal disebutkan :

لما خلق الله العقل قال له: أقبل فأقبل، ثم قال له: أدبر فأدبر، قال: ما خلقت خلقًا أحب إليَّ منك، بك آخذ وبك أعطي.

Pada saat Allah menciptakan akal, Allah berfirman kepada akal “Menghadaplah!”, maka akalpun menghadap. Kemudian berfirman lagi, “Membelakangilah !”, maka akalpun membelakangi. Kemudian Allah berfirman, “Aku tidak akan menciptakan suatu makhluq yang lebih mencintai-Ku dibanding dirimu. Dengan sebabmu, Aku mengambil dan dengan sebabmu pula, Aku memberi.

 

Hadits ini telah diriwayat oleh Daud bin al-Muhbir dalam kitabnya, al-‘Aqlu. Sedangkan Daud bin al-Muhbir ini berdusta meriwayat dari al-Hasan dengan tambahan :

ولا أكرم علي منك؛ لأني بك أُعرَف, وبك أُعبَد.

Tidak ada yang lebih mulia pada-Ku dibanding dirimu, karena dengan sebabmu, Aku dikenal dan dengan sebabmu, Aku disembah.

 

Al-Iraqi dalam takhrij hadits hadits-hadits Ihya mengatakan, hadits ini telah ditakhrij oleh al-Thabraniy dalam al-Kabir dan al-Aushath dan juga ditakhrij oleh Abu Na’im dengan sanad dhaif pada keduanya. Al-Shakhawi dan al-Suyuthi mengatakan, hadits ini telah diriwayat oleh Ibnu Ahmad dalam kitabnya, al-Zawaid al-Zuhd dari al-Hasan secara marfu’. Hadits ini mursal tapi sanadnya jaid (baik). Tidak seharusnya riwayat ini dinilai palsu hanya karena diriwayat oleh Daud bin al-Muhbir, apalagi hadits ini telah diriwayat oleh para imam hadits tidak melalui sanad Daud bin al-Muhbir. Karena itu, hadits ini bukan hadits palsu. (Kasyf al-Khafaa karangan al-‘Ajluniy : II/269)

Alhasil hadits ini tidaklah palsu (maudhu’) sebagaimana disebut oleh Mullaa ‘Ali al-Qaari pada awal tulisan ini, akan tetapi hanyalah dhaif karena sanadnya mursal sebagaimana penjelasan al-Shakhawiy dan al-Suyuthi di atas.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar