Kamis, 26 Desember 2024

Sumber Kekufuran dan Bid’ah

 

Imam Sanusi menyebut ada enam sumber kekufuran dan bid’ah, yaitu

1.   Al-Ijaab al-zatiy :

Al-Ijaab al-zatiy adalah

هو إسناد الكائنات إليه تعالى على سبيل التعليل والطبع من غير اختيار.

Yaitu menyandarkan semua kejadian yang ada di alam ini kepada Allah Ta’ala dengan cara ta’lil (hubungan kausalitas) dan thabi’i (tabiat alamiyah) tanpa pilihan dari Allah.

 

Dari sumber pemahaman ini, muncullah keyakinan kaum filsuf yang berpendapat zat Allah Ta’ala hanya merupakan sebab (hubungan kausaliatas) munculnya alam fana ini, bukan karena  iradah Allah Ta’ala. Karena peran Allah hanya ‘illah munculnya alam, bukan pencipta. Sesuai dengan pemahaman ini, mereka mengatakan Allah tidak mempunyai sifat qudrah, iradah dan sifat-sifat lainnya. Konsekwensi keyakinan ini, muncul pula keyakinan mereka bahwa alam ini qadim. Karena ‘illah (sebab) dan ma’lul (musabbab) maujud secara bersamaan. Karena itu, kalau Allah Ta’ala qadim, maka alam juga qadim.

2.   Al-Tahsiin al-‘aqliy

Pengertian al-tahsiin al-‘aqliy adalah

هو كون أفعاله تعالى موقوفة على الأغراض وهي جلب المصالح ودرء المفاسد

Yaitu perbuatan Allah Ta’ala dikaidkan dengan suatu tujuan, yaitu meraih kemaslahatan dan menghindari kemudharatan.

 

Sebagian ahli filsafat menjadikan al-tahsiin al-‘aqli sebagai dasar mereka menafika kenabian (nubuwah). Nabi  tidak diperlukan lagi muncul di dunia ini, karena kemaslahatan dan kebaikan serta kejahatan dapat dikenali dengan akal. Semua tindakan Allah Ta’ala bergantung kepada apa yang dipahami oleh akal sebagai kebaikan dan kejahatan. Artinya Allah Ta’ala tidak ada pilihan menurut iradah-Nya yang mutlaq. Al-tahsiin al-‘aqli ini juga telah dijadikan dasar oleh golongan Mu’tazilah, sehingga mereka berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala wajib melakukan sesuatu yang baik (al-shalah) dan yang lebih baik (al-ashlah). Namun golongan Mu’tazilah tidak sampai menafikan kenabian.

3.   Al-Taqlid al-radi’

Yang dimaksud dengan al-taqlid al-radi’ (taqlid yang buruk) adalah

هومتابعة الغير لأجل الحمية والتعصب من غير طلب للحق.

Yaitu mengikuti pendapat orang lain karena fanatisme tanpa mau berusaha mencari yang haq

 

Taqlid dalam bidang akidah ini menyebabkan kekufuran para penyembah berhala dan golongan kafir lainnya. Mereka tidak mau menggunakan akal pikiran mereka dalam menentukan tuhan yang berhak disembah. Dalam beragama, mereka hanya mengikuti keyakinan nenek moyang mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَاۗ اَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطٰنُ يَدْعُوْهُمْ اِلٰى عَذَابِ السَّعِيْرِ

Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”, mereka menjawab, “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala ?. (Q.S. Luqman: 21)

Dengan pertimbangan ini, sebagian ulama mentahqiqkan tidak sah iman dengan cara taqlid.

4.   Kausalitas ‘adiy

Sedangkan kausalitas ‘adiy adalah

ثبوت التلازم بين أمر وأمر وجودا ًوعدما ًبواسطة التكرار

Menetapkan talazum antara dua perkara, baik wujudnya maupun ketiadaannya, karena  faktor terjadi berulang-ulang.

 

Artinya hubungan dua perkara yang tidak pernah terpisah satu sama lainnya, karena pada kasat mata keduanya sering muncul secara berulang-ulang, seperti wujud api dan membakar. Kapan saja ada api, maka dipastikan ada membakar. Keyakinan ini menjadi sumber kekufuran kaum al-Thubaai’iin (yang berkeyakinan semua yang terjadi di alam ini berjalan sesuai dengan tabi’atnya/hukum alam) dan sebagian kaum muslim yang menjadi pengikut mereka. Mereka berkeyakinan makanlah yang menyebabkan kenyang, minum yang menyebabkan lepas dari dahaga dan lain-lain, baik dengan sebab tabi’atnya atau dengan sebab suatu kekuatan yang diberikan Allah pada benda tersebut.

5.   Jahl murakkab (kebodohan berlipat ganda)

yaitu

بأن يجهل الحق ويجهل جهله به.

Kebodohan suatu kebenaran dan kebodohan bahwa dia dihinggapi kebodohan

 

Disebut bodoh berlipat ganda, karena ada dua kebodohan di sini, pertama: kebodohan (tidak mempunyai ilmu) terhadap sesuatu, kedua: kebodohan (tidak tahu) bahwa dia bodoh. Dari jahl murakkab ini banyak muncul keyakinan kufur dan bid’ah tercela dalam akidah. Mereka susah mendapatkan kebenaran, karena mereka dihinggapi kebodohan dan tragisnya mereka tidak tahu bahwa mereka ada penyakit kebodohan tersebut. Contohnya, keyakinan ada ta’tsir (dapat memberi bekas) benda-benda falakiyah seperti akal sepuluh dan bintang-bintang dalam kajian filsafat klasik.

6.   Hanya berpegang pada dhahir al-Kitab dan al-Sunnah pada pokok-pokok ‘aqaid tanpa memperhatikan dalil-dalil yang qath’i, baik dalil ‘aqli maupun syar’i serta tanpa mempertimbangkan uslub-uslub dan norma-norma Bahasa Arab. Dari keyakinan seperti ini, muncullah golongan hasyawiyah (golongan mujassimah) yang berkeyakinan bahwa Allah berada pada suatu arah atau Allah ada dilangit. Karena beramal dengan dhahir al-Kitab dan al-Sunnah tanpa menggunakan akal pikiran dan dalil-dalil syar’i lainnya yang bersifat qath’i.

Imam al-Sanusi telah menyebut enam sumber kekufuran dan bid’ah diatas serta penjelasannya dalam kitab beliau, Umm al-Baraahin (Hasyiah al-Dusuqi ‘ala Umm al-Barahin: 217-219). Imam al-Syarqawi juga telah mengutip enam sumber kekufuran dan bid’ah ini dari kitab Imam al-Sanusi yang lain, yaitu al-Muqaddimaat. (Hasyiah al-Syarqaawi ‘ala al-Hudhudiy: 87)

1 komentar: