1. Hadits Muslim yang menunjuki kepada kewajiban
membasuh kaki sampai mata kaki dan menunjukan kepada kewajiban tertib pada
wudhu’ tersebut (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 50), berbunyi :
أن اَبَا هُرَيْرَةَ رضي الله عنه يَتَوَضَّأُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ
الْوُضُوءَ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ ثُمَّ
الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ ثُمَّ مَسَحَ برَأْسهُ ثُمَّ غَسَلَ
رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ
الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ ثُمَّ قَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- يَتَوَضَّأُ
Artinya : Sesungguhnya Abu
Hurairah r.a. berwudhu’, lalu ia mencuci mukanya kemudian
iamenyempurnakan wudhu’nya,lalu ia mencuci tangan kanannya sehingga mengenai ke
lengan, kemudian mencuci tangannya yang kiri sehingga mengenai lengan, kemudian
mengusap kepalanya, kemudian mencuci kakinya yang kanan sehingga mengenai
betis, kemudian mencuci kakinya yang kiri
sehingga mengenai betis, kemudian berkata, “Demikianlah aku melihat Rasulullah
SAW berwudhu’”.
Imam
Muslim telah meriwayatkan hadits ini dalam Kitab Shahihnya. [1]
Hadits lain yang menunjuki kepada kewajiban tertib pada
wudhu’ antara lain :
َعَنْ حُمْرَانَ - أَنَّ عُثْمَانَ
دَعَا بِوَضُوءٍ, فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ تمَضْمَضَ,
وَاسْتَنْشَقَ, وَاسْتَنْثَرَ, ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ
غَسَلَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْمِرْفَقِِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ
اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ
اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ اَلْيُسْرَى مِثْلَ
ذَلِكَ, ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا. - مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Artinya : Dari
Humran, sesungguhnya Utsman pernah meminta air wudhu’, lalu beliau mencuci dua telapak
tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur, menghirup air kehidung dan
mengeluarkannya, kemudian mencuci wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan
kanannya sampai siku-siku tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu juga,
kemudian menyapu kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki
tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu juga. Kemudian berkata : “Seperti
wudhu’ku ini aku melihat Rasulullah SAW berwudhu’. (Muttafaqun ‘alaihi)[2]
2. Hadits
riwayat Ibnu Khuzaimah dan lainnya berbunyi :
لولا أن اشق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل وضوء
Artinya : Kalau tidak aku kuatir kesukaran
kepada umatku, maka sungguh aku perintah mereka bersiwak pada setiap berwudhu’.
(Syarah
al-Mahalli, Juz. I, Hal. 50),
Ibnu Hajar al-Asqalany mengatakan, hadits ini
telah dikeluarkan oleh Malik, Ahmad, al-Nisa’i, dan telah menshahihkannya oleh
Ibnu Khuzaimah. Imam Bukhari telah menyebutnya secara mu’allaq.[3]
Imam al-Nawawi mengatakan, hadits ini, kualitasnya shahih telah diriwayat oleh Ibnu Khuzaimah dan
al-Hakim dalam Shahihnya dan keduanya menshahihkannya dan sanadnya baik.[4]
3. Hadits riwayat Abu Daud dalam Marasil-nya, berbunyi :
إِذا استكتم فاسْتَاكُوا عَرْضًا
Artinya : Apabila kalian bersiwak, maka bersiwaklah dengan arah
melebar. (Syarah
al-Mahalli, Juz. I, Hal. 50),
Ibnu Mulaqqan mengatakan, hadits mursal ini
disokong dengan beberapa hadits yang senada dengannya, meskipun semuanya adalah
dha’if.[5]
4. Hadits riwayat Ibnu Hibban berbunyi :
كُنْتُ أَجْتَنِي لِرسول الله صَلَّى الله علَيْهِ وَسلم سِوَاكًا مِنْ أرَاك
Artinya : Aku sering mengambil siwak kayu
arak untuk Rasulullah SAW (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 50),
Ibnu Mulaqqan
mengatakan, hadits ini telah diriwayat al-Thabarany dalam Mu’jamnya dan Abu Ya’la
al-Mushily dan telah menshahihkannya oleh Ibnu Hibban. Al-Hafidh Dhiauddin al-Maqdisy
dalam “Ahkam”nya mengatakan, rijalnya atas syarat Shahih.[6]
5. Hadits Syaikhaini yang menganjurkan bersiwak ketika
mau shalat tersebut, (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 50), berbunyi :
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي
لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ
Artinya : Kalau tidak aku kuatir kesukaran
kepada umatku, maka sungguh aku perintah mereka bersiwak pada setiap shalat. (Muttafaqun
‘alaihi). [7]
[1]. Imam Muslim, Shahih
Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 149, No. Hadits : 602
[2] Ibnu Hajar
al-Asqalany, Bulughul Maram, al-Mathba’ah al-Salafiah, Mesir, Hal.
30
[3]
Ibnu Hajar
al-Asqalany, Bulughul Maram, al-Mathba’ah al-Salafiah, Mesir, Hal.
29
[4]
Al-Nawawi, Majmu’
Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 273
[5]
Ibnu Mulaqqan, Badrul
Munir, Darul Hijrah, Juz. I, Hal. 723
[6]
Ibnu Mulaqqan, Badrul
Munir, Darul Hijrah, Juz. II, Hal. 62
[7]
Ibnu Mulaqqan, Tuhfah
al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Dar al-Hira, Juz. I, Hal. 175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar