Tata cara sujud syukur penting untuk
diketahui oleh umat muslim. Jenis sujud ini harus dilakukan dengan benar dan
tidak bisa sembarangan. Sujud syukur dilakukan oleh seorang muslim sebagai
wujud rasa terima kasih atas nikmat dan karunia dari Allah SWT. Selain itu,
sujud syukur juga disyariatkan ketika selamat dari musibah, baik itu sakit,
menemukan barang yang hilang, dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits
dijelaskan :
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلعم أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ
سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.
Dari Abu Bakrah, dari Nabi SAW, apabila beliau
mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, maka beliau
tersungkur untuk sujud kepada Allah Ta’ala. (H.R. Abu Daud)
Al-Khatib al-Syarbaini mengatakan,
وَسجْدَة الشُّكْر لَا تدخل صَلَاة وتسن لهجوم نعمة أو اندفاع نقمة أو رؤية مبتلى أو فاسق معلن ويظهرها
للفاسق إن لم يخف ضرره وَلَا للمبتلي لِئَلَّا يتَأَذَّى وَهِي كسجدة التِّلَاوَة
Sujud syukur tidak dapat dimasukkan dalam shalat.
Sujud ini dikerjakan karena datangnya nikmat mendadak (tanpa diduga-duga), terhindar
dari bahaya, melihat orang kena musibah/cacat atau melihat orang fasiq secara
terang-terangan. Seseorang disunahkan menyatakan sujud syukur di hadapan si fasiq
jika tidak dikuatirkan mudharat. Sujud syukur tidak
dilakukan di depan orang yang cacat karena dapat melukai perasaan yang
bersangkutan. Pelaksanaan sujud syukur sama saja dengan sujud tilawah. (al-Iqna’:
I/119)
Sujud syukur hanya dapat dilakukan secara
tersendiri, tidak boleh dilakukan dalam shalat. Ini berbeda dengan sujud
tilawah yang dapat dilakukan dalam shalat dan juga dapat secara tersendiri
diluar shalat. Penegasan ini telah dikemukakan al-Khatib al-Syarbaini di atas.
Hal yang sama juga telah dikemukakan Syeikh Nawawi al-Bantaniy berikut ini,
وَلَا يجوز فعل هَذَا السُّجُود فِي
الصَّلَاة
Tidak boleh melakukan sujud ini (sujud syukur) dalam shalat.(Nihayah
al-Zain: 89)
Sebagaimana dijelaskan al-Khatib
al-Syarbaini di atas, tata cara sujud syukur sama dengan sujud tilawah yang
dilakukan bukan dalam shalat dan juga telah dikemukakan Syeikh Nawawi
al-Bantaniy berikut ini,
وَهِي كسجدة
التِّلَاوَة خَارج الصَّلَاة فِي كيفيتها وشروطها ومندوباتها
Sujud syukur sama dengan sujud tilawah yang
dilakukan di luar shalat dalam tata cara, syarat-syarat dan sunnah-sunnahnya. (Nihayah al-Zain:
88)
Dalam menjelaskan rukun sujud tilawah, al-Khatib
al-Syarbaini menjelaskan,
وأركان
السَّجْدَة لغير مصل تحرم وَسُجُود وَسَلام وَشَرطهَا كَصَلَاة
Rukun sujud tilawah bagi yang bukan sedang
melakukan shalat adalah takbiratul ihram, sujud dan salam. Adapun syaratnya
sama seperti shalat. (al-Iqna’: I/119)
Penjelasan yang sama juga telah
dikemukakan Syeikh Nawawi al-Bantaniy berikut ini,
وأركان سُجُود
التِّلَاوَة لغير مصل تحرم مقرون بِالنِّيَّةِ وَسجْدَة وَسَلام بعد الْجُلُوس
Rukun sujud tilawah bagi yang bukan sedang
melakukan shalat adalah takbiratul ihram yang disertai dengan niat, sujud dan
salam sesudah duduk. Adapun syaratnya sama seperti shalat.(Nihayah al-Zain:
88)
Berdasarkan
keterangan para ulama di atas, maka rukun sujud syukur ada empat rukun, yaitu
niat, takbiratul ihram, sujud dan salam. Sedangkan syarat-syaratnya sama
seperti syarat shalat dan sujud dalam shalat. Al-Bujairumiy menjabarkan lebih
lanjut penjelasan al-Khatib al-Syarbaini di atas dengan penjelasan beliau
berikut ini,
)وَشَرْطُهَا كَصَلَاةٍ)
فَيُعْتَبَرُ لِصِحَّتِهَا مَا يُعْتَبَرُ فِي سُجُودِ الصَّلَاةِ كَالطَّهَارَةِ
وَالسَّتْرِ وَالِاسْتِقْبَالِ وَتَرْكٍ نَحْوَ كَلَامٍ، وَوَضْعِ الْجَبْهَةِ
مَكْشُوفَةً بِتَحَامُلٍ عَلَى غَيْرِ مَا يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ وَوَضْعِ
جُزْءٍ مِنْ بَاطِنِ الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ وَمِنْ الرُّكْبَتَيْنِ
وَغَيْرِ ذَلِكَ
Syarat sujud syukur sama saja dengan
shalat. Sujud syukur dianggap sah seperti sahnya sujud di dalam shalat seperti
bersuci, menutup aurat, menghadap qiblat, tidak bicara, meletakkan dahi terbuka
dengan sedikit tekanan di atas tempat yang tidak ikut bergerak dengan sebab tubuhnya
bergerak, meletakkan telapak dua tangan, dua telapak kaki dan dua lutut, dan
syarat sujud lainnya. (Hasyiah al-Bujairumiy ‘ala al-Iqna’: I/435)
Sesuai dengan uraian di atas, maka tata
cara sujud syukur, pertama seseorang yang akan melakukan sujud syukur mengambil
posisi berdiri, lalu bertakbiratul ihram disertai dengan niat sujud syukur.
Kedua, mengucap takbir turun. Ketiga, turun sujud. Keempat, takbir serta bangun
dari sujud . Kelima, salam.
Pada saat sujud dapat dibaca doa berikut ini.
سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِي خَلَقَهُ
وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَارَكَ
اللهُ أَحْسَنُ الخَالِقِيْنَ
Wajahku bersujud kepada Yang menciptakannya, Yang
membentuknya serta membelah pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan
kekuatan-Nya. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta. (Nihayah al-Zain karya Nawawi al-Bantaniy: 88)
Wallahua’lam
bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar