Jumhur ulama Salaf
dan khalaf berpendapat bahwa shalat dhuha merupakan shalat sunat sebagaimana
halnya shalat sunat lainnya. Sebagian kecil dari mereka ada yang mengingkari
keberadaan shalat ini dan menganggapnya sebagai amalan bid’ah.[1]
Kelompok kedua ini berhujjah dengan dalil-dalil antara lain :
1. Riwayat
Bukhari dalam Shahihnya dari Muarriq, berkata :
قُلْتُ لاِبْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَتُصَلِّي
الضُّحَى قَالَ : لاََ قُلْتُ فَعُمَرُ قَالَ : لاََ قُلْتُ فَأَبُو بَكْرٍ قَالَ
: لاََ قُلْتُ فَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاََ إِخَالُهُ.
Artinya : Aku bertanya kepada Ibnu'Umar r.a.: "Apakah
anda melaksanakan shalat Dhuha?" Beliau menjawab: "Tidak!". Aku
tanyakan lagi: "Bagaimana dengan 'Umar?" Beliau menjawab:
Tidak!"."Bagaimana dengan Abu Bakar?" Beliau menjawab:
Tidak!". "Bagaimana dengan Nabi SAW ? " Beliau menjawab:
"Juga tidak, menurut dugaanku!".(H.R. Bukhari) [2]
2.
Riwayat
dari Mujahid, beliau mengatakan :
دَخَلْتُ أَنَا وَعُرْوَةُ
بْنُ الزُّبَيْرِ الْمَسْجِدَ فَإِذَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا جَالِسٌ إِلَى حُجْرَةِ عَائِشَةَ ، وَإِذَا نَاسٌ يُصَلُّونَ فِي
الْمَسْجِدِ صَلاَةَ الضُّحَى قَالَ فَسَأَلْنَاهُ عَنْ صَلاَتِهِمْ فَقَالَ بِدْعَةٌ
Artinya : Aku dan Urwah
bin al-Zubair memasuki masjid, pada ketika itu Abdullah bin Umar r.a. duduk
bersandar pada bilik ‘Aisyah, sedangkan manusia sedang shalat dhuha dalam
masjid. Mujahid (perawi) mengatakan : “Kami bertanya kepada Ibnu Umar mengenai
shalat mereka, Beliau menjawab : “itu bid’ah.” (H.R. Bukhari).[3]
3.
Hadits
‘Aisyah r.a , beliau berkata :
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه
وسلم سَبَّحَ سُبْحَةَ الضُّحَى وَإِنِّي لأُسَبِّحُهَا.
Artinya : Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW
melaksanakan shalat sunnat Dhuha. Adapun aku mengerjakannya (H.R. Bukhari,
Muslim, Abu Daud dan al-Nisa’i).[4]
4.
Dalam
Mushannaf Ibnu Syaibah disebutkan :
a.
Riwayat
dari Ibnu Umar, beliau berkata :
مَا صَلَّيْتُ الضُّحَى
مُذْ أَسْلَمْتُ إِلاَّ أَنْ أَطُوفَ بِالْبَيْتِ
Artinya : Aku tidak pernah shalat dhuha selama masuk Islam kecuali
thawaf di baitullah. (H.R. Ibnu Syaibah)[5]
b.
Riwayat
dari Ibnu ‘Ulyah dari al-Jurairy dari al-Hakam bin al-A’raj, berkata :
سَأَلْتُ ابْن عُمَرَ ،
عَنْ صَلاَةِ الضُّحَى وَهُوَ مُسْتَنِدٌ ظَهْرَهُ إلَى حُجْرَةِ النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم ، فَقَالَ : بِدْعَةٌ وَنِعْمَتِ الْبِدْعَةُ.
Artinya : Aku
pernah bertanya kepada Ibnu Umar tentang shalat dhuha, sedangkan punggung
beliau bersandar pada bilik Nabi SAW. Beliau menjawab : “itu bid’ah dan
sebaik-baik bid’ah”. (H.R. Ibnu Syaibah).[6]
c. Riwayat dari
Abi ‘Ubaidah, berkata :
لَمْ يُخْبِرْنِي أَحَدٌ
مِنَ النَّاسِ أَنَّهُ رَأَى ابْنَ مَسْعُودٍ يُصَلِّي الضُّحَى
Artinya : Tidak
ada seorangpun manusia yang memberitahukan kepadaku bahwa dia pernah melihat
Ibnu Mas’ud melakukan shalat dhuha. (H.R. Ibnu Syaibah)[7]
d.
Riwayat
dari Waki’ dari Hajib bin Umar dari al-Hakam bin al-A’raj, berkata :
سَأَلْتُ ابْنَ عُمَرَ
عَنْ صَلاَةِ الضُّحَى ؟ فَقَالَ : بِدْعَةٌ.
Artinya : Aku
pernah bertanya kepada Ibnu Umar tentang shalat dhuha, beliau menjawab : “Itu
bid’ah”. (H.R. Ibnu Syaibah).[8]
e.
Riwayat
dari al-Tamimy, berkata :
سَأَلْتُ ابْنَ عُمَرَ عَنْ صَلاَةِ
الضُّحَى فَقَالَ : وَلِلضُّحَى صَلاَة؟.
Artinya : Aku
pernah bertanya kepada Ibnu Umar tentang shalat shalat dhuha, beliau menjawab :
“Apakah bagi dhuha ada shalat ?”. (H.R. Ibnu Syaibah).[9]
Adapun kelompok pertama berhujjah
antara lain :
1.
Hadits riwayat Ibnu Abi Laila, beliau berkata :
مَا أَنْبَأَ
أَحَدٌ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى الضُّحَى غَيْرُ أُمِّ
هَانِئٍ ذَكَرَتْ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ
اغْتَسَلَ فِي بَيْتِهَا فَصَلَّى ثَمَانِ رَكَعَاتٍ فَمَا رَأَيْتُهُ صَلَّى
صَلاَةً أَخَفَّ مِنْهَا غَيْرَ أَنَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ.
Artinya : Tidak mengabarkan kepada kami
seseorangpun bahwasanya dia melihat Nabi SAW mengerjakan shalat dhuha, selain
Ummu Hani' yang menceritakan bahwa Nabi
SAW saat hari penaklukan Makkah, Beliau mandi di rumahnya kemudian shalat
delapan raka'at. (Katanya): "Aku belum pernah sekalipun melihat beliau
melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun beliau tetap
menyempurnakan ruku' dan sujudnya" (H.R. Bukhari).[10]
2.
Hadits
dari Abu Hurairah, beliau berkata :
أَوْصَانِي
خَلِيلِي بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ.
Artinya : Kekasihku (Rasulullah SAW)
telah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku
tinggalkan hingga aku meninggal dunia, yaitu shaum tiga hari pada setiap bulan,
shalat Dhuha dan tidur dengan shalat witir terlebih dahulu". (H.R. Bukhari).[11]
3.
Dari Aisyah, beliau berkata :
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيدُ مَا
شَاءَ اللَّهُ.
Artinya : Rasulullah SAW
melaksanakan shalat dhuha empat raka’at dan beliau melebihinya menurut yang
dikehendakinya. (H.R. Muslim).[12]
4.
Dan beberapa hadits shahih lainnya yang telah disebut oleh Imam al-Nawawi
dalam Majmu’ Syarah al-Muhazzab.[13]
Ketiga hadits shahih di atas secara terang
benderang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat Dhuha.
Keterangan Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah shalat Dhuha
empat raka’at lebih, tidaklah bertentangan dengan keterangan yang menjelaskan
bahwa beliau tidak pernah melihat Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha. Hal
ini, karena tidak pernah melihat Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha tidak
menafikan beliau mengetahui Rasulullah shalat Dhuha dengan diberitahukan oleh
orang lain atau diberitahukan sendiri oleh Rasulullah SAW. Aisyah r.a. tidak pernah
melihat Rasulullah melaksanakannya disebabkan Rasulullah SAW tidak terlalu
sering melaksanakan ibadah ini, karena kekuatiran beliau dengan sebab sering
dilakukannya dapat menyebabkan difardhukan ibadah shalat Dhuha ini, sebagaimana
halnya kasus shalat Tarawih, sebagaimana tergambar dalam hadits Aisyah di bawah
ini, beliau berkata :
إِنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَيَدَعُ الْعَمَلَ وَهْوَ يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ
بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ وَمَا سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم سُبْحَةَ الضُّحَى قَطُّ وَإِنِّي لأُسَبِّحُهَ
Artinya : Jika Rasulullah SAW
meninggalkan suatu amal padahal beliau mencintai amal tersebut, hal itu adalah karena
beliau khawatir nanti orang-orang akan ikut mengamalkannya sehingga diwajibkan
buat mereka. Dan tidaklah beliau melaksanakan shalat Dhuha sama sekali, tetapi
aku melaksanakannya. (H.R. Bukhari).[14]
Hal lain yang menyebabkan Aisyah tidak melihat
Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha adalah karena shalat ini dilakukan pada
siang hari, dimana Rasulullah sebagaimana kaum laki-laki lainnya lebih banyak
berada diluar rumah, musafir ataupun
dimasjid bersama ummat. Kalaupun beliau dirumah, sudah tentu tidak
selamanya berada dirumah Aisyah, karena beliau mempunyai isteri sembilan orang.
Adapun pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Mas’ud bahwa
ibadah Dhuha termasuk dalam amalan bid’ah, menurut Imam al-Nawawi kemungkinan
besar terjadi karena salah satu faktor berikut :
- Riwayat-riwayat yang menjelaskan Rasulullah SAW pernah shalat Duha tidak sampai kepada beliau.
- Yang menjadi bid’ah menurut beliau adalah melakukannya secara terus menerus, sedangkan Rasulullah SAW tidak melaksanakannya seperti itu.
- Yang menjadi bid’ah adalah melakukannya secara terang-terangan di masjid (sebagaimana tergambar dalam hadits riwayat Bukhari dari Mujahid di atas) karena shalat Dhuha termasuk shalat sunat di rumah masing-masing.[15]
[1]
Al-Zabidy, Ittihaf Sadd ah
al-Muttaqin, Juisah Tarikh al-‘Arabi, Beirut, Juz. III, Hal. 366
[2]
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 73,
No Hadits : 1175
[3]
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. III, Hal. 3,
No Hadits : 1175
[4]
Al-Zabidy, Ittihaf Sadd ah
al-Muttaqin, Juisah Tarikh al-‘Arabi, Beirut, Juz. III, Hal. 366
[5]
Ibnu Syaibah, Mushannaf Ibnu Syaibah, Maktabah Syamilah, Juz. II,
Hal. 405, No. Hadits : 7858
[6]
Ibnu Syaibah, Mushannaf Ibnu Syaibah, Maktabah Syamilah, Juz. II,
Hal. 405, No. Hadits : 7859
[7]
Ibnu Syaibah, Mushannaf Ibnu Syaibah, Maktabah Syamilah, Juz. II,
Hal. 405, No. Hadits : 7860
[8]
Ibnu Syaibah, Mushannaf Ibnu Syaibah, Maktabah Syamilah, Juz. II,
Hal. 406, No. Hadits : 7866
[9]
Ibnu Syaibah, Mushannaf Ibnu Syaibah, Maktabah Syamilah, Juz. II,
Hal. 406, No. Hadits : 7862
[10]
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 57,
No Hadits : 1103
[11]
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 73,
No Hadits : 1178
[12]
Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 157,
No. Hadits : 1698
[13]
Lihat Majmu’ Syarah al-Muhazzab, karya al-Nawawi, Maktabah
al-Irsyad, Jeddah, Juz. III, Hal. 530-531
[14]
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 62,
No Hadits : 1128
[15] Al-Nawawi,
Majmu’ Syarah al-Muhazzab, karya al-Nawawi, Maktabah al-Irsyad,
Jeddah, Juz. III, Hal. 531-532
aneh jika Nabi Saww menganjurkan shalat Dhuha sementara beliau sendiri tidak melakukannya secara konsisten.
BalasHapusAyo pak dibahas lebih dalam lagi.
jarang rasulullah melakukannya, itu bukan karena tdk konsisten, tapi bisa jadi karena kekuatiaran beliau kalau serring dilakukannya akan diwajibkan oleh allah sebagaimana telah dijelaskan di atas. atau bukan jarang akan tetapi aisyah sendiri tidak pernah melihatnya karena waktu dhuha adl siang. waktu siang adl waktu nabi jarang di rumah atau bisa jadi ada di rumah isteri lain.
HapusNAMA KITABNYA APA YA YANG MEMBAHAS BAB SAHLAT DUHA. MOHON PENCERAHANNYA
BalasHapus