C.
Macam-Macam
Jenis Karamat
Ibnu al-Subki
menyebutkan beberapa jenis karamat, antara lain :
1.
Menghidupkan
orang mati.
Beliau menyebut
beberapa contohnya, salah satunya adalah berdasarkan riwayat shahih, yang
mengisahkan kejadian yang dialami Abu ‘Ubaid al-Busri ketika berperang,
bersamanya ada seekor hewan tunggangannya tetapi kemudian mati. Lalu beliau
berdo’a kepada Allah Ta’ala supaya dihidupkan kembali, supaya bisa pulang ke
kampung halamannya dengan menunggang hewan tersebut. Tanpa diduga, hewan itupun
hidup dan berdiri, namun tanpa dua telinganya. Begitu selesai perang dan beliau
sampai ke kampung halamannya, beliau memerintahkan pembantunya untuk mengambil
pelana dari hewan tersebut, begitu pelana itu diambil, hewan itupun tersungkur
dalam keadaan mati.
Namun pada Akhir
penyebutan kisah-kisah aulia Allah menghidupkan kembali orang mati, beliau
mengatakan tidak ada riwayat yang shahih yang mengisahkan seorang aulia Allah
dihidupkan baginya seorang yang sudah mati dalam waktu yang lama sehingga
tulangnya diperkirakan sudah hancur, tetapi kemudian bisa hidup dalam waktu
yang lama juga. Namun menurut beliau ini tidak diragukan, mungkin saja terjadi
pada seorang nabi sebagai mu’jizatnya.
2.
Berbicara
orang mati
Ini banyak
contoh kisah-kisahnya seperti yang diriwayat tentang kisah yang terjadi pada
Abu Sai’d al-Kharazi, Syeikh Abd al-Qadir al-Jailani dan lain-lain.
3. Terbelah laut atau kering laut dan
dapat berjalan atas air
Contohnya banyak, diantaranya
kisah yang dialami oleh Syeikh Islam Taqiyuddin Ibn Daqiq al-Id.
4. Berubah suatu benda kepada bentuk
lain.
Sebagaimana dikisahkan Syeikh Isa
al-Hitar, pernah seseorang mengirim kepadanya dua tempayan penuh dengan khamar untuk
memperolok-oloknya. Namun Syeikh Isa al-Hitar menuangkan isi salah satunya
kepada tempayan yang Lain, kemudian beliau mengatakan kepada yang hadir ketika
itu, “Bismillah, makanlah.” Maka merekapun makan, karena seketika itu juga
khamar tersebut menjadi mentega, yang harum dan warnanya tidak pernah dilihat
sama dengannya.
5. Mengerucut bumi
Dihikayahkan sebagian aulia di
Jami’ Tharasus kepingin berziarah ke Masjidilharam, maka aulia itu memasukkan
kepada dalam jubbahnya, ketika dikeluarkannya, beliau itu sudah berada di
masjidilharam. Ibnu al-Subki mengatakan kisah-kisah seperti ini mencapai qadar
jumlah mutawatir yang tidak mungkin mengingkarinya kecuali orang keras kepala.
6. Berbicara benda mati atau hewan
Tidak diragukan lagi, ini banyak terjadi. Contohnya kisah Ibrahim bin Adham
lagi duduk di bawah pohon delima di Baitul Muqaddis, tiba-tiba pohon kurma itu berbicara sampai tiga kali, ”Hai,
Abu Ishaq, muliakanlah aku dengan memakan sesuatu dariku”. Pohon kurma itu
rendah dan rasanya asam. begitu setelah delima itu dimakan Ibrahim bin Adham, pohonnya
tiba menjadi tinggi dan rasanya menjadi manis serta berbuah dua kali dalam
setahun. Kemudian orang-orang menamakan kurma itu kurma orang ‘abid.
7.
Dapat menyembuh orang sakit
Sebagaimana dikisahkan Syeikh Abd al-Qadir Al-Jailani bertemu dengan
seorang anak kecil yang tidak bisa berjalan, pakaiannya kotor, buta dan
berpenyakit kusta. Abd Al-Qadir al-Jailani mengatakan kepadanya, “Berdirilah
dengan izin Allah” maka anak itupun berdiri dan penyakitnya hilang semua.
8.
Patuh binatang-binatang dan benda mati
Sebagai kisah yang terjadi pada Abi Sa’id bin Abi al-Khair al-Maihani
bersama seekor singa dan kisah Ibrahim al-Khawas mencium singa. Bahkan patuh
benda mati sebagaimana kisah yang terjadi pada Syeikh Islam ‘Izzuddin bin
Abdussalam
9.
Menyingkatkan waktu
10.
Dan memanjang waktu
Ibnu al-Subki
mengatakan, dua bentuk karamat
ini sukar dipahami, tetapi kisah-kisahnya banyak terjadi. Karena itu,
menyerahkan kepada ahlinya lebih baik untuk orang yang mengimaninya.
11. Istijabah do’a
Ini banyak sekali. Ibnu al-Subki mengatakan, kami
sering menyaksikannya.
12. Tertahan lidah dari berkalam dan kefasihan
berkalam
13. Ketertarikan sebagian hati manusia
dalam suatu majelis yang awalnya penuh kebencian
14. Memberitahukan sebagian yang ghaib
dan kasyaf
15. Mampu tidak makan dan minum dalam
waktu yang lama
16. Maqam al-tasrif (merubah keadaan
alam), seperti sebagian wali yang menjual hujan
17. Mampu mendapati banyak makanan
18.
Terpelihara dari makanan yang haram
Sebagaimana dihikayahkan bahwa al-Harits al-Hasibi terangkat ke hidungnya
desahan makanan haram sehingga ia tahu makanan tersebut adalah haram dan tidak
memakannya
19. Terlihat tempat
yang jauh dibelakang hijab
Sebagaimana dikatakan
bahwa Syeikh Abu Ishaq al-Syairazi dapat melihat Ka’bah, padahal beliau berada
di Baghdad.
20.
Memunculkan ketakutan yang luar biasa sehingga dapat membuat mati dengan
semata-mata melihatnya.
Kisah ini pernah dialami oleh teman Abu Yazid al-Bustami
21.
Allah Ta’ala memelihara para aulia Allah dari kejahatan yang direncanakan
orang terhadapnya dan berubah menjadi kebaikan
Ini sebagaimana pernah terjadi kisah Imam Syafi’i r.a bersama Harun al-Rasyid.
22.
Berubah dengan bentuk yang berbeda-beda
Ini apa yang disebut oleh kalangan sufí sebagai alam mitsal. Alam mitsal
itu alam antara alam ajsam dan alam arwah, lebih halus dari alam ajsam dan
lebih kasat dari alam arwah. Berdasarkan ini, pada alam mitsal, arwah dapat
berjasad dan berbentuk dalam bentuk yang berbeda. Menurut kaum sufí ini sesuai dengan
firman Allah berbunyi :
فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Artinya : Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang
sempurna.(Q.S. Maryam : 17)
Contohnya, kisah al-Qazhib al-Ban al-Maushily
(beliau termasuk salah seorang abdal), beliau pernah dituduh meninggalkan
shalat oleh orang yang tidak pernah melihat beliau shalat dan orang itu sangat
bersikeras bahwa beliau tidak shalat. Pada ketika itu, al-Maushily menjelma
dalam beberapa bentuk yang berbeda, beliau bertanya kepada orang yang menuduh
beliau tersebut, “Dalam bentuk mana kamu melihat aku tidak shalat?”.
23. Mengetahui yang tersimpan dalam bumi
24. Kemudahan dalam mengarang kitab-kitab pada waktu yang singkat.
Sebagaimana Imam Syafi’i, seandainya dihitung
umur beliau yang pendek itu, maka dhahirnya tidak mencukupi waktunya untuk
mengarang sepersepuluh dari karya-karya beliau. Belum lagi berdasarkan riwayat
yang shahih bahwa beliau membaca al-Qur’an sekali khatam dengan memikirkan maknanya
dalam setiap hari dan dua kali khatam dalam setiap hari pada bulan Ramadhan,
kesibukan mengajar, zikir, berpikir dan sakit. Ibnu
al-Subki mengatakan ini termasuk dalam katagori jenis karamat memanjang waktu (nasyr
al-zaman).
[1] Ibnu al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyah
al-Kubra, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabiyah, Juz. II, Hal. 337-344
Tidak ada komentar:
Posting Komentar