Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Aceh kembali kehilangan pelita syurga dan seorang ulama karismatik panutan umat, Tgk Syech H Adnan Mahmud. Pendiri Pesantren Ashabul Yamin itu meninggal Selasa, 27 Desember 2011 sekitar pukul 01.00 WIB di kediamannya, Desa Keude Bakongan, Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan.
Adnan Mahmud yang akrab disapa Nek Abu atau Abu Bakongan ini meninggal dalam usia 106 tahun. Berita berpulangnya Abu Adnan menyebar cepat di kalangan masyarakat Aceh Selatan. Bahkan dalam waktu singkat informasi itu berkembang hingga ke berbagai kawasan di Aceh, bahkan hingga ke Malaysia.
Berbagai kalangan datang melayat ke rumah kediaman alrmahum, baik dari kalangan pejabat negara, ulama terkemuka, tokoh masyarakat dan masyarakat umum lainnya dari berbagai kabupaten juga hadir di Kompleks Dayah Ashabul Yamin yang didirikan almarhum.
Jenazah almarhum dishalatkan di Masjid Baitul Halim yang dihadiri sedikitnya ribuan jamaah, sekitar pukul 13.30 WIB jenazah dimakamkan di Kompleks Pesantren Ashabul Yamin, yakni di samping makam Ummi Hj Hasani (istri almarhum). Semasa hidupnya almarhum menyebut bangunan itu sebagai “Taman Rohani”.
Abon Hasbi Nyak Dywa, salah seorang ulama karismatik dari Kuta Fajar Aceh Selatan menyampaikan sambutan dan pelepasan jenazah almarhum
Abu Adnan Mahmud meninggal dalam usia sangat tua, yakni 106 tahun. Beliau meninggal setelah satu pekan kembali dari Malaysia berobat tumor pada tenggorokan (di bawah lidah) yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir.
Almarhum Abu Adnan lahir tahun 1905. Almarhumah istrinya bernama Hj Hasani. Pasangan ini mempunyai tujuh putra, 35 cucu.
Abu Adnan Mahmud menamatkan pendidikan dayah beliau di Darussalam Labuhanhaji Aceh Selatan, merupakan salah seorang murid tertua dari Syekh Muda Wali al-Khalidy, ulama tersohor di Aceh. Dalam sejarah hidupnya, Abu Adnan dikenal sebagai seorang ulama yang teguh dalam prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah dan bermazhab Syafi'i.
Selain mengajar di Pesantren/Dayah Ashabul Yamin, almarhum juga pernah berkecimpung di dunia politik. Ia pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Aceh dua periode (1971-1981).
(dikutip dari berbagai sumber)
Adnan Mahmud yang akrab disapa Nek Abu atau Abu Bakongan ini meninggal dalam usia 106 tahun. Berita berpulangnya Abu Adnan menyebar cepat di kalangan masyarakat Aceh Selatan. Bahkan dalam waktu singkat informasi itu berkembang hingga ke berbagai kawasan di Aceh, bahkan hingga ke Malaysia.
Berbagai kalangan datang melayat ke rumah kediaman alrmahum, baik dari kalangan pejabat negara, ulama terkemuka, tokoh masyarakat dan masyarakat umum lainnya dari berbagai kabupaten juga hadir di Kompleks Dayah Ashabul Yamin yang didirikan almarhum.
Jenazah almarhum dishalatkan di Masjid Baitul Halim yang dihadiri sedikitnya ribuan jamaah, sekitar pukul 13.30 WIB jenazah dimakamkan di Kompleks Pesantren Ashabul Yamin, yakni di samping makam Ummi Hj Hasani (istri almarhum). Semasa hidupnya almarhum menyebut bangunan itu sebagai “Taman Rohani”.
Abon Hasbi Nyak Dywa, salah seorang ulama karismatik dari Kuta Fajar Aceh Selatan menyampaikan sambutan dan pelepasan jenazah almarhum
Abu Adnan Mahmud meninggal dalam usia sangat tua, yakni 106 tahun. Beliau meninggal setelah satu pekan kembali dari Malaysia berobat tumor pada tenggorokan (di bawah lidah) yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir.
Almarhum Abu Adnan lahir tahun 1905. Almarhumah istrinya bernama Hj Hasani. Pasangan ini mempunyai tujuh putra, 35 cucu.
Abu Adnan Mahmud menamatkan pendidikan dayah beliau di Darussalam Labuhanhaji Aceh Selatan, merupakan salah seorang murid tertua dari Syekh Muda Wali al-Khalidy, ulama tersohor di Aceh. Dalam sejarah hidupnya, Abu Adnan dikenal sebagai seorang ulama yang teguh dalam prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah dan bermazhab Syafi'i.
Selain mengajar di Pesantren/Dayah Ashabul Yamin, almarhum juga pernah berkecimpung di dunia politik. Ia pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Aceh dua periode (1971-1981).
(dikutip dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar