Hamzah Fansuri merupakan seorang tokoh kontroversial di
mata ilmuan Islam sesudahnya. Meskipun banyak banyak yang mencelanya karena
dikaitkan dengan akidah wahdatul wujud, tetapi juga tidak sedikit yang
membelanya sehingga disebut-sebut sebagai gelar auliya Allah atau ‘arif billah
dan sebagainya. Namun terlepas dari kontroversial Hamzah Fansuri tersebut, beliau
adalah seorang ilmuan Islam yang tetap menghormati syari’at. Syari’at dan
hakikat tidak pernah saling bertentangan. Beliau mengatakan barangsiapa yang
keluar dari kandungan syari’at, maka orang itu termasuk orang yang digoda syetan.
Pemahaman beliau ini berbeda sekali dengan i’tiqad Salek Buta yang berpendapat
kalau sudah sampai maqam hakikat, maka tidak perlu lagi berbuat ibadah dhahir
(syari’at).
Berikut cuplikan tulisan dalam kitab beliau, Syarabul ‘Asyiqin :
“Dan mencari
makrifat kepada guru yang sempurna kepada syari’at dan tarikat dan hakikat. Karena
syari’at seperti rumah, hakikat seperti isi rumah. Jika rumah tiada berpagar
akibatnya isi rumah itu dicuri orang, yakni jalan kepada Allah jika tiada
dengan syari’at akibatnya diharu syetan, seperti firman Allah :
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Yakni bahwa tiadakah kujanjikan dengan kamu
hai anak Adam bahwa jangan kamu menyembah syetan, sesungguhnya ia bagi kamu
seteru terlalu nyata.
Bagi kita memagar diri kita supaya kita
jangan diharu syetan. Barangsiapa memagar dirinya dengan pagar syari’at, tiada
dapat diharu syetan. Adapun barangsiapa keluar daripada kandung syari’at, niscaya
ia dapat diharu syetan. Jangan kamu sanggah syari’at ini kecil, barangsiapa
mencela syari’at, kafir. Na’uzu billahi minha, karena syari’at tiada
bercerai dengan tarikat, tiada bercerai dengan hakikat, tiada bercerai dengan
makrifat. Seperti kapal sebuah, syari’at seperti isinya, makrifat akan labanya.
Apabila lunas dibuangkan, niscaya kapal itu karam, labapun lenyap, modalpun
lenyap, merugi kita. Wallhu a’lam bisshawab.” (Hamzah Fansuri, Syarabul
‘Asyiqin, alih aksara oleh Drs Nurdin AR, M.Hum, Terbitan Dinas
Kebudayaan Prov. NAD, Tahun 2002, Hal. 19)
assalamu'alaikum...
BalasHapusDi manakah letak makam hamzah fansuri,apakah benar makam beliau di ujoeng pancu aceh aceh besar..?
wassalam
ada yang mengatakan makam beliau di singkil, wallhua'alm
BalasHapusyang di ujong pancu saya pernah singgah pak :) tapi yang singkil belum :(
HapusDi Kampong Oboh Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam (dulu Kab. Aceh Singkil)
BalasHapus