Bunyi haditsnya sebagai berikut :
إِنَّ اللَّهَ لَمَّا خَلَقَ الْعَقْلَ قَالَ لَهُ
أَقْبِلْ فَأَقْبَلَ ثُمَّ قَالَ لَهُ أَدْبِرْ فَأَدْبَرَ فَقَالَ وَعِزَّتِي
وَجَلالِي مَا خَلَقْتُ خَلْقًا أَشْرَفَ مِنْكَ فَبِكَ آخُذُ وَبِكَ أُعْطِي
Sesungguhnya Allah pada saat menciptakan akal, berfirman
kepada akal “Menghadaplah!”, maka akalpun menghadap. Kemudian berfirman lagi, “Membelakangilah
!”, maka akalpun membelakangi. Kemudian Allah berfirman, “Demi kehormatan-Ku
dan kemulian-Ku, tidak akan Aku ciptakan suatu makhluq yang lebih mulia darimu.
Dengan sebabmu, Aku mengambil dan dengan sebabmu pula, Aku memberi.
Setelah mengutip
hadits ini, Mullaa ‘Ali al-Qaari mengatakan, para ulama sepakat menilai hadits ini
dusta dan palsu, demikian tersebut dalam kitab al-Maqaashid. (al-Masnu’ fi Ma’rifah
al-Hadits al-Maudhu’ : Hal 62)
Namun demikian, dalam kitab Zawaid ‘ala al-Zuhd
karangan Abdullah bin Imam Ahmad dengan sanad dhaif dari al-Hasan al-Bashri secara
marfu’ tapi mursal disebutkan :
لما خلق الله
العقل قال له: أقبل فأقبل، ثم قال له: أدبر فأدبر، قال: ما خلقت خلقًا أحب إليَّ
منك، بك آخذ وبك أعطي.
Pada saat Allah menciptakan akal, Allah berfirman
kepada akal “Menghadaplah!”, maka akalpun menghadap. Kemudian berfirman lagi, “Membelakangilah
!”, maka akalpun membelakangi. Kemudian Allah berfirman, “Aku tidak akan menciptakan
suatu makhluq yang lebih mencintai-Ku dibanding dirimu. Dengan sebabmu, Aku
mengambil dan dengan sebabmu pula, Aku memberi.
Hadits ini telah diriwayat oleh Daud bin al-Muhbir dalam
kitabnya, al-‘Aqlu. Sedangkan Daud bin al-Muhbir ini berdusta meriwayat dari al-Hasan
dengan tambahan :
ولا أكرم علي منك؛ لأني بك أُعرَف, وبك أُعبَد.
Tidak ada yang lebih mulia pada-Ku dibanding dirimu,
karena dengan sebabmu, Aku dikenal dan dengan sebabmu, Aku disembah.
Al-Iraqi dalam takhrij hadits hadits-hadits Ihya
mengatakan, hadits ini telah ditakhrij oleh al-Thabraniy dalam al-Kabir dan
al-Aushath dan juga ditakhrij oleh Abu Na’im dengan sanad dhaif pada keduanya. Al-Shakhawi
dan al-Suyuthi mengatakan, hadits ini telah diriwayat oleh Ibnu Ahmad dalam
kitabnya, al-Zawaid al-Zuhd dari al-Hasan secara marfu’. Hadits ini mursal tapi
sanadnya jaid (baik). Tidak seharusnya riwayat ini dinilai palsu hanya karena
diriwayat oleh Daud bin al-Muhbir, apalagi hadits ini telah diriwayat oleh para
imam hadits tidak melalui sanad Daud bin al-Muhbir. Karena itu, hadits ini
bukan hadits palsu. (Kasyf al-Khafaa karangan al-‘Ajluniy : II/269)
Alhasil hadits ini tidaklah palsu (maudhu’) sebagaimana
disebut oleh Mullaa ‘Ali al-Qaari pada awal tulisan ini, akan tetapi hanyalah
dhaif karena sanadnya mursal sebagaimana penjelasan al-Shakhawiy dan al-Suyuthi
di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar