Dalam kitab Tanbih al-Ghafiliin, Abu Lits
al-Samarqandi menyebut hadits ini tanpa menyebut sanadnya sebagai ucapan Abu
Darda’ dengan redaksi berikut :
وَقَالَ
أَبُو الدَّرْدَاءِ: كُنْ عَالِمًا، أَوْ مُتَعَلِّمًا، أَوْ مُسْتَمِعًا، وَلَا
تَكُنِ الرَّابِعَ فَتَهْلِكْ.
Abu Darda’ mengatakan, Jadilah engkau orang
berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang ke-empat, maka kamu akan celaka. (Tanbih
al-Ghafiliin : 436)
Demikian juga dengan redaksi yang sama telah
disebut hadits ini dalam Ihya ‘Ulumuddin : I/9.
Al-Baihaqi dan Abd al-Bar telah meriwayat
hadits ini dengan sanad dhaif sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Zar’ah al-‘Iraqi
dari hadits ‘Itha’ bin Muslim al-Khafaaf dari Abu Bakrah secara marfu’ dengan
redaksi :
اغدُ عالمًا أو
متعلمًا أو مستمعًا أو محبًّا، ولا تكن الخامسة فتهلك
Bersegeralah menjadi orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi
orang yang ke-lima, maka kamu akan celaka.
Namun al-‘Ajluniy mengatakan sanadnya
dhaif sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Zar’ah al-‘Iraqi, meskipun
al-Haitsamiy mengatakan, rijalnya terpercaya. Kemudian al-‘Ajluniy mengatakan, al-Baihaqi
mengatakan sesungguhnya ‘Itha’ menyendiri dalam periwayatan ini, padahal telah
diriwayat hadits ini dari Ibnu Mas’ud dan Abu Darda’ sebagai perkataan
keduanya.(Kasyf al-Khaafa : I/167).
Diujung pembahasan, al-‘Ajluniy
mengatakan :
والمشهور على
الألسنة كن عالما أو متعلما أو مستمعا ولا تكن الرابعة فتهلك
Yang populer hadits ini pada lisan manusia adalah
: “Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang
mau mendengarkan ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang ke-empat, maka
kamu akan celaka” .(Kasyf al-Khaafa : I/167).
Al-Zabidiy mengatakan, al-Baihaqi dan
al-Thabrani dalam al-Ausath dan juga al-Bazaar dalam Musnadnya telah mentakrij dari
riwayat ‘Itha’ bin Muslim al-Khafaaf dari Khalid al-Hazaa’ dari Abdurahman bin
Abu Bakrah dari bapaknya secara marfu’ :
أغد عالماً أو
متعلماً أو مستمعاً أو محباً ولا تكن خامساً فتهلك
Bersegeralah menjadi orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi
orang yang ke-lima, maka kamu akan celaka.
al-Baihaqi mengatakan sesungguhnya ‘Itha’
menyendiri dalam periwayatan ini, padahal telah diriwayat hadits ini dari Ibnu
Mas’ud dan Abu Darda’ sebagai perkataan keduanya. Namun al-Haitsamiy
mengatakan, rijalnya terpercaya. Keterangan al-Haitsami ini diikuti oleh al-Samhawiy.
Namun al-Manaawiy tidak menerimanya, beliau mengatakan, Abu Zar’ah al-Iraqi
telah mengatakan hadits ini dhaif dan tidak diriwayat hadits ini dalam kutubussittah
(kitab hadits yang enam), sedangkan ‘Itha’ bin Muslim mukhtalafun fihi. Berkata
‘Ubaid, dari Abu Daud mengatakan sesungguhnya ‘Itha’ dhaif. Yang lain
mengatakan laisa bi syai’
(Takhrij Ahadits Ihya Ulumuddin karangan
al-Zabidiy : I/63)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar