1.
Hadits Muslim dari Jabir :
أَنَّهُ صلى الله عليه وسلم
نَهَى أَنْ يُبَالَ فِى الْمَاءِ الرَّاكِدِ.
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW
melarang kencing dalam air yang tenang. (Syarah
al-Mahalli, Juz. I, Hal. 40)
Imam al-Nawawi dalam kitabnya, al-Majmu’
Syarah al-Muhazzab mengatakan :
“Hadits ini telah diriwayat oleh
Muslim dan yang senada dengannya terdapat dalam Shahihaini dari Abu Hurairah
r.a.”[1]
2.
Hadits Abu Daud dan lainnya berbunyi :
انه صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم
نهَى عن أَن يبال فِي الْجُحر
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW
melarang kencing dalam lobang. (Syarah
al-Mahalli, Juz. I, Hal. 40)
Menurut keterangan Ibnu Mulaqqan, hadits ini
shahih telah diriwayat oleh Ahmad dalam Musnadnya, Abu Daud dan al-Nisa’i dalam
Sunan keduanya, Hakim dalam al-mustadrak, Baihaqi dalam sunannya dengan sanad
yang shahih dan semua rijalnya terpercaya. Al-Hakim mengatakan, hadist ini
shahih atas syarat Bukhari dan Muslim dan kedua beliau ini berhujjah dengan
semua perawinya.[2]
3.
Hadits Muslim, Rasulullah SAW bersabda :
اتَّقوا اللعانين قَالُوا وَمَا
اللعانان ؟ قَالَ : الَّذِي يتخلى فِي طرق النَّاس أَو فِي
ظلهم
Artinya : Takutlah kepada dua
kutukan. Mereka bertanya, apa dua kutukan itu ? Rasulullah menjawab :
“Orang-orang yang buang air besar dan kecil pada jalan atau pada tempat
berteduh manusia. (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 40)
Imam Muslim meriwayat hadist ini
dalam kitabnya, Shahih Muslim.[3]
Dalam riwayat Ibnu al-Sakn : طَرِيق المسملين (jalan kaum muslimin) ganti dari lafazh “النَّاس"
dan dalam satu riwayat Ibnu Hibban : “فِي
طَرِيق النَّاس وأفنيتهم” (pada
jalan dan halaman rumah manusia)[4]
4.
Riwayat Ibnu Hibban dan lainnya, hadits :
النهي عن التحدث على الغائط
Artinya : larangan dari berbicara
dalam kakus (Syarah al-Mahalli, Juz. I, Hal. 41)
Hadits ini diriwayat oleh Abu Daud, Ibnu
Majah dan telah menshahihkannya oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Lafazhnya :
لَا يقْعد الرّجلَانِ عَلَى الْغَائِط يتحدثان يرَى كل مِنْهُمَا
عَورَة صَاحبه فَإِن الله يمقت ذَلِك
Artinya : Tidak duduk dua orang dalam kakus, lalu
saling berbicara, dimana masing-masing keduanya melihat aurat temannya, karena
sesungguhnya Allah membenci hal itu.[5]
5.
Riwayat Bukhari pada hadits :
القَبْرَيْنِ لا يستبرئ
Artinya : Dua kubur yang tidak
melakukan istibra’ ((Syarah al-Mahalli,
Juz. I, Hal. 41)
Dalam Tuhfah al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj
disebutkan :[6]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي
كَبِيرٍا كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ ، وَأَمَّا الآخَرُ
فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ فأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ فَعَلْتَ
هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.(متفق عليه)
Artinya
: Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan, Nabi SAW melewati dua perkuburan, maka
Nabi mengatakan, “Kedua-duanya sedang disiksa, tetapi bukan karena dosa besar,
yang seorang buang air kecil tidak bersuci dan seorang lagi tukang fitnah.”
Kemudian Nabi mengambil pelepah kurma yang masih basah dan dibelah dua.
Kemudian masing-masing ditanam pada setiap perkuburan. Ada yang bertanya, Ya
Rasulullah kenapa engkau lakukan ini ? Jawab beliau, “Mudah-mudahan keduanya
dapat meringankan siksaannya selama belum kering.(Muttafaqun ‘alaihi)
Pada
lafazh Muslim :
لاَ يَسْتَنزه عن البول او مِنَ الْبَوْلِ
Artinya : Tidak suci dari kencing
Dan pada satu lafazh Bukhari :
لا يستبرئ مِنَ
الْبَوْلِ
Artinya : Tidak istibra’ dari
kencing.
[1]
Al-Nawawi, Majmu’
Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 93
[2]
Ibnu Mulaqqan, Badrul
Munir, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 321-322
[3]
Imam Muslim, Shahih
Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 156, No. Hadits : 641
[4]
Ibnu Mulaqqan, Badrul
Munir, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 311
[5]
Ibnu Mulaqqan, Tuhfah
al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 164
[6]
Ibnu Mulaqqan, Tuhfah
al-Muhtaj ila Adallah al-Minhaj, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 165-166
Tidak ada komentar:
Posting Komentar