Salah satu cabang Ulumul Quran adalah apa yang
dinamakan dengan Ilmu Munasabatul Quran. Ilmu munasabah ialah suatu kajian
ulumul quran yang membahas korelasi-korelasi yang terdapat dalam Alquran
sehingga dapat menjadikan hikmah tersendiri bagi orang yang mempelajarinya.
A. Pengertian Munasabah dan pembagiannya
Menurut al-Suyuthi kata munâsabah menurut bahasa adalah
mendekati (muqârabah). Adapun apabila dihubungkan kepada munasabah pada
ayat-ayat atau surat dalam al-Qur’an, maka munasabah dapat bermakna mengaitkan antara
ayat-ayat, yang terkaid dengan sebab lafazh
umum dan khusus, aqli, hissi (kasat mata) dan khayali atau hubungan antar ayat yang terkait dengan
sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’arudh) dan
sebagainya. Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa kegunaan ilmu ini adalah menjadikan
bagian-bagian kalam saling berkait sehingga penyusunannya menjadi seperti
bangunan yang kokoh yang bagian-bagiannya tersusun harmonis.[1]
Manna’ al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum
al-Qur’an[2] menyebutkan
pengertian munasabah dalam ulumul qur’an adalah mengubungkan satu rangkaian
kalam dengan kalam lainnya dalam satu ayat atau satu ayat dengan ayat lainnya
ataupun antara satu surat dengan surat lainnya. Selanjut beliau merincikan beberapa
munasabah al-Qur’an antara lain :
1.
munasabah antara ayat-ayat al-Qur’an
2.
Munasabah antara surat-surat dalam al-Qur’an
3.
Munasabah pembuka dan penutup surat.
B. Contoh-Contoh Munasabah
Diantara contoh
munasabah al-Qur’an yang disebut Manna’ al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum
al-Qur’an adalah :
a.
Munasabah antara ayat dengan ayat lain, seperti firman
Allah
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
Artinya : Maka apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? Dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan ? (Q.S. al-Ghasyiah : 17-20)
Dimana unta merupakan ciptaan yang
dekat dengan kehidupan manusia. Disaat dimana unta memerlukan makanan berupa
rumput, maka manusia menengadah kelangit berharap turunnya hujan yang dengannya
tumbuh rumput-rumput, sementara itu, bumi dan gunung merupakan tempat menetap
beristirahat dan mencari rezeki. Karena itu manakala mereka mendengar ayat-ayat
di atas, maka akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam bagi siapa yang mau
merenunginya.
b. Munasabah
antara surat dengan surat lainnya, seperti firman Allah berbunyi :
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ
الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي
أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Artinya : Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S. Quraisy :
1-4)
Surat Quraisy di atas disebut setelah Surat al-Fiil, yakni
berbunyi :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ
فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي
تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ
بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya : Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung Ababil, yang
melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).(Q.S.
al-Fill : 1-5)
Surat Quraisy di atas`mengandung perintah menyembah Allah yang telah
memberi makanan kepada kaum Quraisy untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan. Maksud ayat surat ini relevan dengan surat sebelumnya,
yakni Surat al-Fiil, yang mengandung makna bahwa Allah telah menghancurkan
pasukan Gajah yang ingin memerangi kaum Quraisy dengan menghancurkan Ka’bah.
Artinya sebagai konsekwensi perlindungan Allah terhadap kaum Quraisy, maka
mereka harus beriman kepada-Nya.
c.
Munasabah pembuka dan penutup surat, seperti firman
Allah sebagai pembuka Surat al-Hadid berbunyi :
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya : Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi
bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. al-Hadid : 1)
Ayat pembuka surat al-Hadid ini yang mengandung penjelasan semua
yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah tentunya
sangat bersesuaian dengan penutup surat sebelumnya, yaitu Surat al-Waqi’ah,
ayat 96, yang mengandung arti perintah tasbih, yakni berbunyi :
فَسَبِّحْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الْعَظِيمِ
Artinya
: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar. (Q.S.
al-Waqi’ah : 96)
Dosen : Tgk Alizar Usman
izin copas y ustadz, syukrn 'ala 'ilmik
BalasHapusok, silakan
Hapusass,, ustad,boleh minta contoh untuk munasabah lain? kan munasabah itu ada 8,ya?
Hapusminta munasabah surat aljum'ah dengan surat sebelumnya tadz,,,?
BalasHapus