Wajib mengi’tiqadkan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan nabi
yang paling utama dari segala nabi. I’tiqad ini berdasarkan dalil sebagai
berikut :
1. Hadits Nabi SAW berbunyi :
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Artinya : Saya adalah sayyid
(penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang
pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa’at dan
orang yang pertama kali diberi hak untuk memberikan syafa’at.” (Shahih Muslim).[1]
Hadits ini menyatakan bahwa Rasulullah SAW menjadi sayyid di
akhirat. Namun bukan berarti Nabi Muhammad SAW menjadi sayyid hanya pada hari
akhirat saja. Bahkan beliau SAW menjadi sayyid manusia di dunia dan
akhirat, sebagaimana dikemukan oleh al-Nawawi dalam mensyarahkan hadits di
atas, yaitu :
“Adapun sabda
Rasulullah SAW pada hari kiamat, sedangkan beliau adalah sayyid, baik di dunia
maupun di akhirat, sebab dikaidkan demikian adalah karena nyata sayyid beliau
itu bagi setiap orang, tidak ada yang berusaha mencegah, menentang dan
seumpamanya, berbeda halnya di dunia, maka ada dakwaan dari penguasa kaum kafir
dan dakwaan orang musyrik”.[2]
2.
2. Dari
Abu Sa’id, berkata :
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم أنا سيد ولد آدم يوم القيامة ولا
فخر
Artinya : Rasulullah SAW bersabda, Aku adalah sayyid anak Adam pada
hari kiamat. Aku tidak sombong.(H.R. Turmidzi)[3]
Zainuddin al-Iraqi mengatakan, hadits ini merupakan riwayat
al-Turmidzi dan beliau mengatakan, hadits hasan dan riwayat Ibnu Majah dari Abu
Sa’id al-Khudri.[4]
kelebihan sebagian Nabi Allah atas sebagian yang lain diakui
oleh firman Allah antara lain :
a. Q.S. al-Baqarah : 253, berbunyi :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ
عَلَى بَعْضٍ
Artinya : Rasul-rasul itu,
Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.(Q.S. al-Baqarah : 253)
b. Q.S. al-Isra’
: 55, berbunyi :
وَلَقَدْ
فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain) (Q.S. al-Isra’ : 55)
Memang ada hadits shahih yang
dhahirnya bertentangan dengan keterangan-keterangan di atas. Hadits tersebut adalah
sabda Rasulullah SAW, berbunyi :
لاََ تُفَضِّلُوا
بَيْنَ أَنْبِيَاءِ اللهِ
Menjawab pertentangan ini, Imam al-Nawawi dalam kitab beliau, al-Fatawa
mengutip lima jawaban ulama mengenai ini, yakni antara lain :
1). Rasulullah SAW mengatakan hadits ini sebelum mengetahui bahwa beliau
adalah yang paling utama dari segala nabi, manakala beliau mengetahuinya, maka
beliau bersabda, “Aku adalah
sayyid anak Adam”
2). Larangan membeda-bedakan itu dalam konteks dapat menyebabkan
persengketaan. Hal ini karena asbab wurud hadits ini adalah penamparan seorang yahudi
oleh seorang muslim.
3). Larangan membeda-bedakan itu dalam konteks dapat menyebabkan
melecehkan kepada sebagian para nabi, bukan pembedaan dalam semua hal. Ini didukung
oleh firman Allah berbunyi :
وَلَقَدْ
فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain) (Q.S. al-Isra’ : 55)
4). Rasulullah SAW mengatakan hadits ini dalam konteks tawadhu’
5). Larangan membeda-bedakan itu dalam
konteks diri kenabian, bukan pada zat/diri para nabi, umum risalah dan kelebihan-kelebihan
keistimewaan mereka.[7]
[1] Imam Muslim, Shahih Muslim,
Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 59, No. Hadits : 6079
[2] Imam al-Nawawi, Syarah Muslim,
Maktabah Syamilah, Juz. XV, Hal. 37
[3] Turmidzi, Sunan al-Turmidzi,
Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 308, No. Hadits 3148
[4] Zainuddin
al-Iraqi, Takhrij al-Ihya, dicetak bersama kitab Ihya Ulmuddin,
Thaha Putra, Semarang, Juz. IV, Hal. 510
[5] Bukhari, Shahih
al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 194, No. Hadits : 3414
[6] Imam Muslim, Shahih
Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 100, No. Hadits : 6300
[7] Imam al-Nawawi,
al-Fatawa, Hal. 151-152
Tidak ada komentar:
Posting Komentar