Tampilkan postingan dengan label Kitab Kuneng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab Kuneng. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Oktober 2012

Resensi Kitab Ghayatul Wushul


Kitab Ghayatul Wushul merupakan sebuah kitab Ushul Fiqh yang cukup populer di kalangan ilmuan Islam di Indonesia, baik di kalangan dayah/pesantren maupun lainnya. Kitab ini merupakan hasil karya ulama besar dalam Mazhab Syafi’i, yaitu Syaikh Islam Zakariya al-Anshari (826-926 H), lahir di Kairo dan pernah belajar di Al-Azhar Kairo. Di Dayah Aceh, umumnya kitab ini di ajarkan pada kelas tingkatan V, VI dan VII. Berdasarkan pengalaman kami pada saat belajar di dayah/pesantren, kitab Ghayatul Wushul ini dianggap sebuah kitab yang tidak mudah dipahami, mengingat disamping isinya memang masalah-masalah yang berat, juga bahasanya cukup singkat dan padat, sehingga dalam memahaminya membutuhkan seperangkat ilmu bantu lainnya, sedangkan memahami isi kitab tersebut merupakan suatu keharusan bagi orang-orang yang mau mempelajari ushul fiqh dan fiqh. Sebagaimana pengikut mazhab Asy’ari lainnya, dalam beberapa masalah, pengarang kitab ini dalam melakukan kajiannya dipengaruhi oleh metode dan istilah-istilah ilmu kalam, misalnya saat membahas mengenai devinisi hukum.
Kitab Ghayatul Wushul merupakan Syarah dari kitab Labb al-Ushul yang juga karangan pensyarah sendiri, yaitu Zakariya al-Anshari. Sedangkan Labb al-Ushul merupakan ringkasan dari kitab Jam’ul Jawami’ karangan Tajuddin al-Subky (wafat : 771 H). Sementara kitab Jam’ul Jawami’ ini menurut pengakuan pengarangnya sendiri merupakan kitab ushul fiqh dengan merujuk kepada sekitar seratus kitab-kitab karangan ulama sebelumnya. Rujukan utama Jam’ul Jawami’ ini adalah kitab karya Tajuddin al-Subky sendiri, yaitu syarah atas kitab al-Mukhtashar karya Ibnu Hajib dan syarah atas kitab al-Minhaj karya al-Baidhawi.
Sebagaimana dijelaskan dalam muqaddimahnya, Kitab Ghayatul Wushul terdiri muqaddimah dan tujuh kitab, yaitu lima mengenai dalil-dalil, yaitu al-Kitab, al-Sunnah, ijmak, Qiyas dan istidlal dan keenam masalah ta’adul dan tarjih dan ketujuh ijtihad dan yang berhubungan dengannya, yaitu taqlid dan adab fatwa. Kemudian disisipi dengan masalah taqlid pada bidang ushuluddin yang ditutup dengan khatimah mengenai tasauf.
            Sejauh pengetahuan penulis, kitab Ghayatul Wushul telah dibuat hasyiahnya oleh Syekh Muhammad al-Jauhari dengan ditempatkan di bawah Ghayatul Wushul berdasarkan terbitan Usaha Keluarga-Semarang dan oleh Dr Shahal Mahfudh, seorang ulama dari Indonesia, yakni dari kalangan Nahdhatul Ulama dengan judul, “Thariqat al-Hushul ila Ghayatul Wushul.”
Bagi anda yang menginginkan kitab Ghayatul Wushul versi PDF, dapatkan melalui link berikut :
dan ini ada kitab Thariqat al-Hushul ila Ghayatul Wushul, karya Dr Shahal Mahfudh, yang merupakan syarah ghayatul wushul melaui link : http://www.ketabpedia.com/1923/


Rabu, 24 Oktober 2012

Resensi kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, karya al-Nawawi


Kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab karya Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi merupakan rujukan fiqh terbesar mazhab al-Syafi-’i secara khusus dan fiqh Islam secara umum. Kitab yang merupakan komentar/syarah atas kitab al-Muhazzab karya Abu Ishaq al-Syairazi (W. 476 H) ini memiliki karakter khusus dibandingkan kitab mazhab lainnya, sehingga membuatnya berada di tempat teratas dibanding ensklopedia-ensiklopedia fiqh lainnya, baik klasik maupun kontemporer. Khususnya dikalangan mutaakhiriin pengikut Syafi’i, kitab ini mempunyai posisi yang sangat penting dalam fatwa, sehingga tidak mengherankan kalau Sayyed al-Bakri al-Dimyathi mengatakan bahwa kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab merupakan rujukan yang lebih diutamakan apabila bertentangan dengan kitab karya al-Nawawi lainnya, seperti al-Tahqiq, al-Tanqih, al-Raudhah dan al-Minhaj.
Kitab al-Majmu’ karya al-Nawawi merupakan salah satu rujukan terbesar yang penuh dengan pendapat-pendapat fiqh keempat imam mazhab dan lain-lainnya, sekalipun fokus utama pembahasannya adalah mengenai fiqh al-Syafi-’i. Dalam mengutip pendapat-pendapat mazhab, beliau merujuk kepada kitab al-Asyraf dan al-Ijmak karya Ibnu Munzir serta kitab-kitab pengikut mazhab-mazhab itu sendiri.
Cakupan isi kitab al-Ma’mu’ Syarh al-Muhazzab memuatkan seluruh pendapat-pendapat mazhab berserta dalil-dalilnya, di samping menyebutkan pentarjihan di antara pendapat-pendapat ini. Disamping itu terdapat juga pentakhrijan hadits-hadits hukum, penjelasan maknanya, penyebutan seluruh pendapat para imam dari kalangan ahli fiqh dan pentarjihan di antara pendapat-pendapat tersebut serta mazhab-mazhab mereka, penjelasan kecacatan hadits, status hadits dan biografi para perawinya, penafsiran kalimat-kalimat yang langka ( gharib ) dari al-Qur’an dan al-Hadits serta penjelasan kosa kata yang terdapat dalam redaksi kitab al-Muhazzab.
Namun, al-Nawawi -rahimahullah- meninggal sebelum menyelesaikan pensyarahan atas al-Muhazzab pada abad ketujuh Hijriyah karena beliau meninggal dunia lebih awal pada tahun 676 H. Syarah al-Nawawi tersebut terdiri dari  Juz  1 sampai dengan 9, terdiri dari Kitab al-Thaharah, al-Shalat, al-Zakat, al-Shiyam, al-Hajj dan yang berhubungan dengan qurban, aqiqah, nazar, makanan, perburuan dan penyembelihan. Kemudian masuk dalam bab jual beli dengan penjelasan tentang hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh jual beli, jual beli gharar dan lainnya serta yang membatalkan dan yang tidak membatalkannya, sehingga masuk bab riba. Maka selanjutnya tugas mulia ini diambil alih oleh salah seorang ulama terkemuka, yaitu Taqiyuddin al-Subki, seorang Syaikhul Islam pada masanya (W. 756 H). al-Subki juga tidak sempat menyelesaikannya, maka seterusnya disambung kembali syarahnya oleh al-'Alim  al-Faqih al-Syeikh Muhammad Najib al-Muthi_'iy dengan mengikuti metode dua imam sebelumnya. Akhirnya,  terwujudlah kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab yang lengkap disyarah oleh tiga ulama.

Bagi anda yang ingin kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab versi PDF, download via link berikut :


Daftar Pustaka
            1Dr. Muhammad al-Zuhaili, Muqaddimah al-Tahqiqi atas kitab al-Muhazzab, Dar al-Qalam, Damsyiq, Hal. 16-18
2.      Sayyed Al-Bakry al-Dimyathi, I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang, Juz. IV, Hal. 234
3.      KH Sirajuddin Abbas, Keagungan Mazhab Syafi’i, Pustaka Tarbiyah, Jakarta

Rabu, 26 September 2012

Resensi kitab Minhaj al-Thalibin, karya al-Nawawi


Kitab al-Minhaj merupakan sebuah kitab fiqh yang sangat penting dan dianggap mu’tamad dalam Mazhab Syafi’i. Dengan mempelajari kitab ini, kita dengan mudah akan mengetahui mana yang merupakan pendapat Syafi’i dan mana yang merupakan pendapat para pengikutnya yang didasarkan kepada ushul Syafi’i dan juga dengan gamblang diketahui perbedaan pendapat, baik antara qaul Syafi’i sendiri maupun perbedaan pendapat dikalangan para pengikutnya dan sekaligus mengetahui pendapat mana yang rajih di antara pendapat-pendapat yang ada, sehinggga tidak heran jika kitab ini mendapat perhatian besar dikalangan ulama-ulama Syafi’iyah mutaakhirin. Karena kebesaran kitab al-Minhaj ini, maka banyak para ulama Syafi’iyah setelah beliau yang mensyarah, meringkasnya dan bahkan membuatnya dalam bentuk nadham sebagaimana terlihat dalam uraian sebelumnya. Mempunyai kedudukan yang utama dalam Mazhab Syafi’i, tidak lain adalah karena pengarang kitab ini sendiri mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam fatwa. Imam al-Nawawi, pengarang kitab ini dalam Mazhab Syafi’i merupakan seorang mujtahid tarjih yang fatwanya menjadi acuan dalam pengamalan, bahkan apabila bertentangan tarjihnya dengan ulama Syafi’iyah lainnya, maka pendapat al-Nawawi-lah yang harus diamalkan dan dianggap sebagai mazhab. Ibnu Hajar dan Ibnu ‘Alan mengatakan, diantara kitab-kitab al-Nawawi, kitab Minhaj al-Thalibin merupakan rujukan fatwa dalam mazhab Syafi’i setelah kitab Majmu’ Syarah al-Muhazzab, al-Tahqiq, al-Tanqih dan al-Raudhah.[1]  Kelebihan beliau dalam ilmu pengetahuan agama juga diikuti oleh kelebihan dalam pengamalan dan ketaqwaan. Hal ini terbukti dengan terjadinya beberapa kelebihan dalam bentuk karamah, antara lain sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu al-Naqib bahwa telunjuk jari beliau bersinar ketika padam lampu yang menyinari beliau saat beliau mengarang kitab.[2]

Riwayat hidup pengarang Minhaj al-Thalibin, Imam al-Nawawi
Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Beliau lahir di Desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H (1233 M) dan wafat pada tahun 676 H (1277 M) Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits. Al-Nawawi seorang pakar hadits, fiqh, teologi, tafsir, sejarah, bahasa dan lain-lain. Dalam bidang fiqh, beliau mengikuti Mazhab Syafi’i dan dalam bidang teologi bermazhab al-Asy’ari.
Imam Nawawi merupakan seorang ulama yang sangat produktif dalam bidang tulis menulis. Kitab-kitab karya beliau antara lain :
  1. Syarh Shahih Muslim (penjelasan kitab Shahih Muslim)
  2. Riyadhus Shalihin (kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan tingkah laku )
  3. Syarh Shahih al-Bukhari
  4. Al-Azkar (kitab mengenai zikir dan do’a)
  5. Al-Arba’in al-Nawawiyah (kumpulan hadits shahih)
  6. Al-Irsyad fii ‘Ulum al-hadits
  7. al-Taqrib wal-Taisir
  8. Raudhah al-Thalibin
  9. Majmu’ Syarah al-Muhazzab
  10. Minhaj al-Thalibin
  11. Tahrir Alfazh al-Tanbih
  12. Al-Tahqiq
  13. Syarh al-Wasith
  14. Al-Idhah fil-Manasik
  15. al-Fatawa
  16. Bustan al-Arifin[3]

Sanad kitab Minhaj al-Thalibin
Dalam mengarang al-Minhaj ini, Imam al-Nawawi mengambil ilmu dan tarjih dari gurunya, Imam ‘Alamah al-Kamal Salaar dari ‘Alamah Badr al-Din pengarang al-Syamil al-Shaghir. Beliau mengambil dari Syekh Islam Abd al-Ghafar al-Quzwainy pengarang al-Hawy al-Shaghir, beliau mengambil dari Abu al-Qasim al-Quzwainy al-Rafi’i dari Syekh Badruddin Muhammad bin al-Fadhal dari Imam ‘Izzuddin Muhammad bin Yahya. Beliau mengambil dari Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dari Imam al-Haramain Abu al-Ma’aaly abd al-Mulk bin Muhammad al-Juwainy dari ayahnya Syekh Islam Muhammad al-Juwainy dari Abu Bakar al-Qufal al-Maruzy dari Abu Zaid al-Maruzy dari ‘Alamah Ibnu Suraij dari Zainuddin Abu Sa’id al-Anmaathy. Beliau mengambil dari Isma’il bin Yahya al-Muzny, beliau mengambil dari Imam Mazhab Sulthan Ulama Muhammad Idris al-Syafi’i.[4]
Adapun matan al-Minhaj merupakan ringkasan dari al-Muharrar karya al-Rafi’i yang beliau ringkas dari kitab al-Wajiz karya al-Ghazali. Al-Ghazali sendiri meringkasnya dari karya beliau sendiri yang bernama al-Wasith yang diringkas dari al-Basith yang juga karya beliau. Al-Ghazali meringkaskan Kitab al-Basith ini dari kitab al-Nihayah karya Imam al-Haramain. Kitab al-Nihayah merupakan syarah Mukhtashar al-Muzny, sedangkan Mukhtashar al-Muzny diringkas dari al-Um. Pendapat lain mengatakan kitab al-Nihayah merupakan ringksan dari empat kitab, yaitu al-Um, al-Imla’, al-Buwaithi dan Mukhtashar al-Muzny.[5]

Syarah kitab Minhaj al-Thalibin
Kitab al-Minhaj merupakan sebuah kitab fiqh yang dianggap penting dalam Mazhab Syafi’i, sehinggga banyak para ulama yang hidup sesudah al-Nawawi yang mensyarahnya, supaya pengikut Syafi’i dapat memahaminya dengan mudah dan benar. Syarah-syarah tersebut antara lain :
  1. Al-Bahr al-Mawaj ila Syarh al-Minhaj, karya Shafiuddin Ahmad bin al-‘Imad al-Aqfahasy
  2. Al-Diibaj ila Syarh al-Minhaj, karya Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi
  3. Tashhih al-Minhaj, karya Sirajuddin Umar bin Ruslan al-Bulqainy
  4. Dar al-Taj fi I’rab Masykal al-Minhaj, karya al-Suyuthi
  5. Al-Bahr al-Mawaj, karya Muhammad bin Fakhruddin al-Abar al-Maaridiny
  6. Al-Najm al-Wahaj ila Syarh al-Minhaj, karya Jamaluddin Muhammad bin Musa al-Damiry
  7. Syarh al-Minhaj, karya Taqiyuddin Abu Bakar bin Ahmad bin Syahbah
  8. Badayah al-Muhtaj ‘ala Syarh al-Minhaj, karya Ibnu Syahbah al-Asaady
  9. Irsyad al-Mihtaj ila Syarh al-Minhaj, karya Ibnu Syahbah al-Asaady
  10. Hadi al-Raghibin ila Syarh Minhaj al-Thalibin, karya Muhammad bin Abdullah bin Qadhi ‘Ajilun
  11. Tuhfah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, karya Ibnu Hajar al-Haitamy
  12. Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, karya Muhammad bin Ahmad al-Ramly
  13. Mughni al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, karya Khatib Syarbainy
  14. Syarh al-Minhaj, karya Jalaluddin al-Mahally
  15. Syarh al-Minhaj, karya Ahmad bin Hamdan al-Azra’i
  16. Al-Ibtihaj ila Syarh al-Minhaj, karya Taqiyuddin al-Subky
  17. Syarh al-Minhaj, karya al-Asnawy
  18. Syarh al-Minhaj, karya Farj bin Muhammad al-Ardibily
  19. Syarh al-Minhaj, karya Zakariya al-Anshary
  20. I’anah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, karya Sayyed Muhammad bin Ahmad Abd al-Barry al-Ahdal
  21. Dan lain-lain[6]

Mukhtashar dan nadham dari kitab Minhaj al-Thalibin
Al-Minhaj al-Thalibin, disamping banyak syarahnya, juga ada para ulama yang meringkasnya dalam bentuk mukhtashar. Mukhtashar-mukhtashar itu antara lain :
1.      Al-Wahaj fii Ikhtishar al-Minhaj, karya Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf al-Andalusy
2.      Al-Manhaj al-Thulab, karya Zakariya al-Anshary. Kitab ini kemudian disyarah oleh pengarangnya sendiri dengan nama Fath al-Wahab

Al-Suyuthi salah seorang ulama Syafi’iyah abad ke X H, untuk memudah kaum muslimin menghafal kitab al-Minhaj, beliau telah membuat  isi al-Minhaj dalam bentuk nadham dengan nama al-Ibtihaj ila Nadham al-Minhaj.[7]

untuk mendapatkan kitab ini versi PDF download via link ini :
 http://www.al-mostafa.info/data/arabic/depot3/gap.php?file=i002609.pdf





[1] Sayyed Al-Bakry, I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang, Juz. IV, Hal. 234
[2] Al-Faqih Sayyed Ahmad Maiqary Syumailah al-Ahdal, Sulam al-Muta’allim al-Muhtaj ila Ma’rifah Rumuz al-Minhaj, Hal. 16
[3] Muhammad Idrus Ramli, Mazhab al-Asy’ari, Khalista, Surabaya, Hal. 146-147
[4] Al-Faqih Sayyed Ahmad Maiqary Syumailah al-Ahdal, Sulam al-Muta’allim al-Muhtaj ila Ma’rifah Rumuz al-Minhaj, Hal. 19
[5] Sayyed Alwy bin Ahmad al-Saqaf, Sab’ah al-Kutub al-Mufidah, Usaha Keluarga, Semarang, Hal. 41-42
[6] Al-Faqih Sayyed Ahmad Maiqary Syumailah al-Ahdal, Sulam al-Muta’allim al-Muhtaj ila Ma’rifah Rumuz al-Minhaj, Hal. 24-28
[7] Al-Faqih Sayyed Ahmad Maiqary Syumailah al-Ahdal, Sulam al-Muta’allim al-Muhtaj ila Ma’rifah Rumuz al-Minhaj, Hal. 21-23

Senin, 24 September 2012

Resensi kitab I’anah al-Thalibin


I'anah al-Thalibin, karya Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, adalah salah satu kitab yang sering menjadi rujukan primer bagi mayoritas santri dan pengikut mazhab Syafi’i di Indonesia dan menjadi bacaan wajib di dayah Aceh dan pesantren di Indonesia pada umumnya. Di dayah Aceh, pada umumnya kitab ini diajarkan pada tingkat/tahun belajar ke-3  dan ke-4 . Abu Bakar Muhammad Syatha adalah salah satu ulama besar bermazhab Syafi’i yang hidup pada akhir abad ke-13 H dan permulaan abad ke-14 H. Latar belakang penulisan kitab ini seperti dituturkan pengarang dalam muqaddimah kitab ini berawal ketika beliau menjadi pengajar kitab syarah Fath al-Mu’in di Masjidil Haram. Fath al-Mu’in sendiri adalah karya al-Allamah Zainuddin al-Malibari. Selama mengajar itulah beliau menulis catatan pinggir untuk mengurai kedalaman makna kitab Fathul mu’in yang penting diingat dan perlu diketahui sebagai pendekatan dalam memahami. Lalu, sesuai penuturan beliau, beberapa sahabat beliau memintanya untuk mengumpulkan catatan itu dan melengkapinya untuk kemudian dijadikan satu kitab (hasyiyah) yang pada akhirnya bisa lebih bermanfaat untuk kalangan yang lebih luas.
Kitab ini merupakan tulisan bermodel hasyiyah, yaitu berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas. Sesuai namanya, kitab ini diperuntukkan santri yang mengkaji Fath al-Mu’in.
Pada akhir kitab I’anah al-Thalibin ini Juz. IV disebutkan, selesai ditulis hasyiah ini adalah pada Hari Rabu ba’da Ashar, 27 Jumadil al-Tsani Tahun 1298 H. Kitab ini tergolong fiqh mutaakhkhirin. I’anah al-Thalibin memiliki kelebihan sebagai fiqh mutakhkhirin yang lebih aktual dan kontekstual karena memuat ragam pendapat yang diusung ulama mutaakhkhirin utamanya Imam al-Nawawi, Ibnu Hajar dan banyak lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir kebutuhan penelaah akan rujukan yang variatif dan efektif. Yang menjadi rujukan dalam mengarang kitab ini adalah kitab-kitab fiqh Syafi’i mutaakhkhirin, yaitu Tuhfah al-Muhtaj, Fath al-Jawad Syarh al-Irsyad, al-Nihayah, Syarh al-Raudh, Syarh al-Manhaj, Hawasyi Ibnu al-Qasim, Hawasyi Syekh ‘Ali Syibran al-Malusi, Hawasyi al-Bujairumy dan lainnya sebagaimana beliau jelaskan dalam muqaddimah kitab ini.

Catatan
Dalam buku Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i, K.H. Sirajuddin Abbas mengatakan bahwa Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, pengarang kitab I’anah al-Thalibin ini sangat berjasa memberikan pelajaran kepada mukimin-mukimin dari Indonesia, sehingga pada permulaan abad ke-14 H  banyak ulama-ulama murid dari beliau yang mengembangkan mazhab Syafi’i di Indonesia, sehingga ajaran itu merata di seluruh kepulauan di Indonesia. 

Untuk mendapatkan kitab ini versi PDF, download lewat link berikut :
 http://www.4shared.com/office/oa5MB_eT/_______.html

Daftar Pustaka
1.      Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang
2.      KH Sirajuddin Abbas, Sejarah Keagungan Mazhab Syafi’i., Pustaka Tarbiyah, Jakarta



Jumat, 21 September 2012

Resensi Kitab Matan al-Taqrib


Kitab yang sering disebut dikalangan dayah/pesantren Aceh sebagai Matan Taqrib ini merupakan kitab fiqh syafi’i yang sangat terkenal di kalangan dayah/pesantren Aceh. Di dayah Aceh kitab ini diajarkan pada tingkat pertama. Hal ini karena kitab ini merupakan kitab fiqh yang sangat ringkas tetapi tetap lengkap mencakup semua bab fiqh. Kitab al-Taqrib ini juga dikenal dengan nama Ghayah al-Ikhtishar. Materi kitab ini dimulai dengan kitab, kemudian bab, seterusnya pashal. Karena sistimatikanya bagus dan bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, maka sangat membantu para santri memahami kitab ini, sehingga tidak heran kitab ini sangat populer dikalangan mazhab Syafi’i, baik didunia Islam luar maupun di Indonesia dan dengan alasan ini juga, barangkali kitab ini banyak disyarah oleh ulama-ulama yang datang setelah pengarang kitab ini. Penulis sendiri memulai belajar fiqh syafi’i di dayah dengan belajar kitab ini yang dibimbing oleh guru-guru dayah, baik ketika penulis berada di dayah Darul Hasanah Pasie Kuala Bau Aceh Selatan, maupun ketika penulis mondok di dayah Darul Muarrif Lam Ateuk Aceh Besar.

Riwayat hidup pengarang kitab al-Taqrib.
Pengarang kitab ini bernama Syekh al-Imam Abu Thayib Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany (dinisbah kepada negeri Asfihan, sebuah negeri ‘ajam yang merupakan negerinya atau kakeknya). Beliau yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Syuja’ ini merupakan seorang ulama yang sangat shaleh dan berumur panjang, berusia seratus enam puluh tahun. Dengan umur panjang tersebut, tidak pernah salah satu anggota tubuh beliau yang cidera, saat ditanyai kenapa bisa terjadi seperti itu, beliau menjawab :
“Aku tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah dengan anggota tubuhku, manakala aku memelihara anggota tubuhku dari maksiat pada waktu kecil, maka Allah memeliharanya pada waktu besar”.

Beliau lahir pada tahun 433 H dan pernah mendalami mazhab Syafi’i di Bashrah lebih dari empat puluh tahun dan meninggal dunia di Madinah. Namun dalam kitab Hasyiah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, setelah disebut bahwa umur beliau seratus enam puluh tahun, disebutkan beliau meninggal dunia pada tahun 488 H. Jadi seandainya benar beliau meninggal dunia pada tahun 488 H ini, maka tentunya beliau bukan lahir pada tahun 433 H, mengingat umur beliau yang panjang, yakni sampai seratus enam puluh tahun. Dalam kitab Thabaqaat al-Syafi’iyah al-Kubra, Tajuddin al-Subki menempatkan beliau ini dalam thabaqat kelima ulama-ulama syafi;iyah, yakni ulama-ulama Syafi'iyah yang meninggal dunia setelah lima ratus tahun hijrah.

Syarah atas kitab al-Taqrib
Kitab-kitab yang merupakan syarah atas kitab al-Taqrib karya Abu Syuja’ ini antara lain :
1.    Al-Iqna’ fi Halli Alfazh Abi Syuja’, karya Khatib Syarbaini. Kitab ini kemudian dibuat hasyiahnya oleh Sulaiman al-Bujairumy. Kitab ini banyak dijadikan rujukan dalam bidang fiqh di kalangan dayah/pesantren di Indonesia dan Aceh.
2.    Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh aAfazh al-Taqrib, karya Ibnu Qasim al-Ghazy. Kitab ini kemudian dibuat hasyiahnya oleh Ibrahim al-Bajury. Di dayah Aceh, biasanya kitab ini diajarkan pada tingkat atau tahun kedua belajar.
3.     Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, karya Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini al-Hishni al-Dimsyaqy al-Syafi’i.

Bagi saudara yang ingin mendowload kitab al-Taqrib ini dapat di link berikut :
 http://www.4shared.com/office/DlAylLGp/_____.html

Daftar Pustaka
1.      Al-Tajuddin al-Subki, Thabaqaat al-Syafi’iyah al-Kubra, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah.
2.      Ibrahim al-Bajuri, Hasyiah ‘ala Fath al-Qarib, al-Haramian, Singapura
3.      Sulaiman al-Bujairumi, Hasyiah ‘ala al-Iqna’, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut.