Antri
dalam istilah sederhana adalah berdiri berderet-deret ke belakang menunggu
untuk mendapat giliran. Antrian merupakan salah satu bentuk
aktivitas menunggu yang kerap kali kita jumpai dalam rutinitas kehidupan.
Ketika kita mengadakan sebuah transaksi di bank, kita mendapati antrean yang
panjang. Ketika kita hendak makan malam di ruang makan asrama, ketika
masyarakat di perkampungan hendak mengambil beras raskin, ketika ingin membayar
di kasir supermarket, ketika ingin membeli tiket di loket, kaum muslimin yang
hendak menunaikan ibadah haji, dan yang lainnya, antri selalu menjadi pilihan
tunggal. Inilah fenomena masa kini yang terpampang di hadapan kita. Termasuk
yang harus mengikuti antrian di saat kita berada di lampu merah di jalan-jalan
raya.
Menerobos antrian, termasuk di dalamnya
pada saat berada pada lampu merah di jalan raya merupakan perilaku maksiat yang
dilarang dalam agama yang semestinya harus dihindari. Larangan ini dapat kita
perhatikan hadits-hadits berikut ini :
1. Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ سَبَقَ إِلَى مَا
لَمْ يَسْبِقْ إِلَيْهِ مُسْلِمٌ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ
Barangsiapa
lebih dahulu sampai kepada suatu daripada orang muslim lainnya, maka dia yang
lebih berhak atas sesuatu tersebut (H.R. Abu Daud)
Sesuai dengan
hadits ini, maka orang yang menerebos antrian adalah orang yang merampas hak
orang lain. Ibnu Hajar al-Asqalaniy mengatakan :
فَالنَّاسُ فِي الْمُبَاحِ كُلُّهُمْ سَوَاءٌ
فَمَنْ سَبَقَ إِلَى شَيْءٍ اسْتَحَقَّهُ وَمَنِ اسْتَحَقَّ شَيْئًا فَأَخَذَ
مِنْهُ بِغَيْرِ حَقٍّ فَهُوَ غَصْبٌ وَالْغَصْبُ حَرَامٌ
Semua manusia
dalam hal sesuatu yang mubah (hak bersama) adalah sama. Karena itu, barangsiapa
yang lebih dahulu sampai kepada sesuatu, maka dia yang berhak atasnya dan orang
yang berhak atas sesuatu apabila diambil oleh orang lain tanpa hak, maka orang
lain tersebut adalah merampas dan merampas itu hukumnya haram.(Fathulbarri :
XI/63)
2. Anas bin Malik menceritakan :
أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِلَبَنٍ قَدْ شِيبَ بِمَاءٍ،
وَعَنْ يَمِينِهِ أَعْرَابِيٌّ، وَعَنْ يَسَارِهِ أَبُو بَكْرٍ، فَشَرِبَ ثُمَّ
أَعْطَى الْأَعْرَابِيَّ، وَقَالَ الْأَيْمَنَ فَالْأَيْمَنَ
Sesungguhnya
Rasulullah SAW dibawa susu yang sudah dicampuri air untuknya, sedangkan dikanan
beliau ada seorang Badui dan dikiri beliau ada Abu Bakar. Lalu beliau
meminumnya, kemudian sisanya beliau memberikannya kepada orang Badui tersebut.
Kemudian beliau bersabda : “Hendaknya dimulai dari sebelah kanan dahulu dan kanan
seterusnya” (H.R. Muslim)
Disamping ada
perintah memberikan sesuatu kepada yang berada di sebelah kanan dahulu, hadits
ini juga memberi petunjuk kepada kita seharusnya dalam menerima sesuatu berlaku
hak sesuai dengan antrian. Dalam hadits ini Rasulullah SAW memberi petunjuk
supaya yang didahulukan adalah orang Badui yang berada di sebelah kanan beliau,
kemudian orang lain yang juga berada di sebelah kanan setelah orang Badui.
Sementara Abu Bakar, seorang sahabat utama beliau yang juga berada dekat kiri
beliau harus menunggu selesai antrian sebelah kanan beliau. Ini menunjukan
sabar dalam antrian merupakan perilaku terpuji dalam agama kita dan
menerobosnya merupakan perilaku tidak terpuji.
3. Dalam kitab Mirqatussu’ud al-Tashdiq Syarah Sulam al-Taufiq karangan
Syeikh Nawawi al-Bantaniy disebutkan, termasuk perilaku maksiat badan adalah :
(اخذ
نوبته)اي الغير في المكان او الثوب او البئر او غير ذالك
mengambil giliran orang lain baik dalam hal tempat,
pakaian, mengambil air di sumur, dan tindakan lainnya (Mirqatussu’ud
al-Tashdiq Syarah Sulam al-Taufiq : 157)
Wallahua’lam
bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar