Menurut penjelasan Ibnu Qutaibah dalam kitab al-Ma’arif,
Khidhir mempunyai nama lengkap Balya bin Mulkaan bin Faaligh bin ‘Amir bin Syaalikh
bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh a.s.[1].
Status Khidhir antara nabi, rasul ataupun hanya seorang
wali Allah
Para ulama berbeda pendapat tentang status Khidhir,
apakah beliau seorang nabi atau sekaligus berstatus sebagai Rasul atau hanya
seorang wali Allah. Bahkan ada yang berpendapat bahwa beliau ini adalah seorang
malaikat.[2] Namun
Ibnu al-Shalah menegaskan beliau ini adalah seorang nabi, meskipun terjadi perbedaan
pendapat terhadap kerasulan beliau. Ini terlihat dalam Fatwa Ibnu Shalat :
وَهُوَ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وعَلى نَبينَا والنبيين
وآلهم وَسلم نَبِي وَاخْتلفُوا فِي كَونه مُرْسلا
Al-Khidhir-semoga Allah memberi rahmat dan kesejahteraan
kepada beliau dan Nabi kita serta semua Nabi dan keluarga mereka- adalah
seorang nabi. Para ulama berbeda pendapat terhadap kerasulan beliau.[3]
Pendapat kenabian Khidhir juga diikuti oleh ulama-ulama
yang hidup setelah Ibnu Shalah seperti Ibnu Hajar al-Haitamiy[4] dan
al-Ramli.[5] Salah
satu dalil yang dikemukan oleh kelompok ini adalah firman Allah Ta’ala menghikayah
perkataan al-Khidhir, berbunyi :
وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي
Apa yang aku perbuat bukanlah menurut
kemauanku (Q.S. al-Kahfi : 82)
Apakah Nabi Khidhir masih hidup?
Terkait apakah Khidhir a.s. masih hidup sampai sekarang
atau tidak. Para ulama juga masih terjadi perbedaan pendapat dalam menjelaskannya.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :
قَالُوا: وَكَانَ يُكَنَّى أَبَا الْعَبَّاسِ، وَيُلَقَّبُ بِالْخَضِرِ،
وَكَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْمُلُوكِ، ذَكَرَهُ النَّوَوِيُّ فِي تَهْذِيبِ
الْأَسْمَاءِ، وَحَكَى هُوَ وَغَيْرُهُ فِي كَوْنِهِ بَاقِيًا إِلَى الْآنِ ثُمَّ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ قَوْلَيْنِ، وَمَالَ هُوَ وَابْنُ الصَّلَاحِ إِلَى
بَقَائِهِ، وَذَكَرُوا فِي ذَلِكَ حِكَايَاتٍ وَآثَارًا عَنِ السَّلَفِ
وَغَيْرِهِمْ وَجَاءَ ذِكْرُهُ فِي بَعْضِ الْأَحَادِيثِ. وَلَا يَصِحُّ شَيْءٌ
مِنْ ذَلِكَ، وَأَشْهَرُهَا أَحَادِيثُ التَّعْزِيَةِ وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ
Para ulama mengatakan, Khidhir mempunyai kuniyah Abu
Abbas dengan laqab al-Khidhir. Beliau termasuk keturunan para raja. Imam
al-Nawawi telah menyebutnya dalam Kitab Tahzib al-Asmaa. Al-Nawawi dan ulama
selainnya menyebut terdapat dua pendapat apakah Khidhir masih hidup sekarang
dan sampai hari kiamat atau tidak. Al-Nawawi dan Ibnu Shalah cenderung kepada
pendapat Khidhir masih hidup. Mereka ini menyampaikan cerita-cerita dan atsar
dari ulama salaf dan lainnya. Telah datang pada sebagian hadits terkait tentang
masih hidup Khidhir, namun tidak ada yang shahih. Yang paling terkenal adalah
hadits-hadits takziah, namun isnadnya dhaif.[6]
Sebagaimana terlihat dalam kutipan di atas, Ibnu Katsir
menyebutkan bahwa Ibnu al-Shalah dan al-Nawawi cenderung kepada pendapat yang
mengatakan, bahwa Nabi Khidhir a.s. sampai sekarang masih hidup. Bahkan Ibnu
al-Shalah dalam Fatawa beliau menyebut pendapat yang menyatakan Nabi Khidhir
sudah mati sebagai pendapat syaz (ganjil).[7] Pendapat
ini kemudian juga diikuti oleh Ibnu Hajar al-Haitamiy. Dalam al-Fatawa
al-Haditsiyah ketika ditanya apakah Nabi Khidhir dan Ilyas masih hidup?, Beliau
menegaskan :
الْمُعْتَمد حياتهما ونبوتهما، وأنهما خصا بذلك فِي الأَرْض
كَمَا خص إِدْرِيس وَعِيسَى صلى الله عَلَيْهِمَا وَسلم ببقائهما حيين فِي
السَّمَاء.
Pendapat yang menjadi pegangan adalah keduanya masih
hidup dan merupakan seorang nabi. Dikhususkan hal tersebut pada keduanya di
bumi sebagaimana dikhususkan Idris a.s. dan Isa a.s. abadi sampai sekarang di
langit.[8]
Senada dengan al-Haitamiy, Imam al-Ramli juga berpendapat
yang sama. Beliau mengatakan :
وَالصَّحِيحُ أَيْضًا أَنَّهُ حَيٌّ فَقَدْ قَالَ ابْنُ
الصَّلَاحِ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ عَلَى أَنَّهُ حَيٌّ
وَالْعَامَّةُ مَعَهُمْ فِي ذَلِكَ
Yang menjadi pendapat shahih adalah Nabi Khidhir masih
hidup. Sesungguhnya Ibnu al-Shalah, Jumhur ulama dan orang-orang shalih
berpendapat masih hidup. Awam ummat sepakat dengan mereka tentang ini.[9]
Menurut al-Nawawi pendapat ini merupakan pendapat kebanyakan
para ulama dan yang disepakati dikalangan para shufi serta orang-orang shaleh. Mereka
menceritakan riwayat-riwayat bertemu dengan Nabi Khidhir dan menerima ilmu dari
beliau serta terjadi tanya jawab. Juga keberadaan beliau pada tempat-tempat
yang mulia sangat banyak dan tidak terhingga.[10]
Sebagian ahli hadits, menolak pendapat ini dengan
argumentasi antara lain firman Allah Ta’ala berbunyi :
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ
Dan kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusia sebelum kamu. (Q.S. al-Anbiya : 34)[11]
Namun pendalilian dengan ayat ini dibantah, karena yang
dimaksud dengan “al-Khuld” adalah dijadikan abadi. Sedangkan Khidhir tidak
abadi. Karena Khidhir dan lainnya semuanya mati pada saat tiupan sangkakala
sebelum kiamat.[12] Diantara ahli
hadits yang menolak anggapan Nabi Khidhir masih hidup adalah Imam al-Bukhari[13]
Wallahua’lam bisshawab
[1] Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 187
[2] Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 187
[3] Ibnu
Shalah, Fatawa Ibnu Shalah, Maktabah al-Ulum wal Hukm,
[4] Ibnu
Hajar al-Haitamiy, al-Fatawa al-Haditsiyah, Maktabah Syamilah,
Hal 128
[5] Imam
al-Ramli, Fatawa al-Ramli, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 222
[6] Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 187
[7] Ibnu
Shalah, Fatawa Ibnu Shalah, Maktabah al-Ulum wal Hukm,
[8] Ibnu
Hajar al-Haitamiy, al-Fatawa al-Haditsiyah, Maktabah Syamilah,
Hal 128
[9] Imam
al-Ramli, Fatawa al-Ramli, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 222
[10] Imam
al-Ramli, Fatawa al-Ramli, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 223
[11] Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 187
[12] Isma’il
Haqqi, Tafsir Ruh al-Bayan, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 269
[13] Isma’il
Haqqi, Tafsir Ruh al-Bayan, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 269
Tidak ada komentar:
Posting Komentar